Makalah Fiqh Ibadah Sholat

Ilustrasi Sholat. (Foto. Repro)


SHOLAT
Makalah
Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah    : Fiqih Ibadah
Dosen Pengampu : Bp Drs.Rustam,DKAH.M.Ag

Disusun oleh:
Ahmad Nastain             (122211021)
Ahmad Syaefi               (122211022)
Al Muamat                    (122211025)
An. Rohmatul Ulfa        (122211027)

FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013

I           PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang Masalah
                        Sebagaimana telah di ketahui bahwa sumber aturan islam, baik Al qur’an maupun Hadits ialah berbahasa Arab. Oleh lantaran itu, istilah-istilah aturan dalam agama islam, salah satunya kata “Sholat”. Dalam bahasa arab kata sholat di gunakan untuk beberapa arti, diantaranya do’a.
S U R A T   A S Y - S Y U U R A

42:26. dan Dia memperkenankan (doa) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal yang saleh dan menambah (pahala) kepada mereka dari karunia-Nya. Dan orang-orang  yang kafir bagi mereka azab yang sangat keras.

                        Dalam istilah lain, sholat ialah satu macam atau bentuk ibadah yang di wujudkan dengan melaksanakan perbuatan-perbuatan tertentu di sertai ucapan-ucapan tertentu dan dengan syarat-syarat tertentu pula. Istilah sholat ini tidak jauh berbeda dari arti yang dipakai oleh bahasa di atas, lantaran di dalamnya mengandung do’a-do’a, baik yang berupa permohonan, rahmat, ampunan dan lain sebagainya.
                        Adalah suatu kenyataan bahwa tak seorangpun yang sempurna, apalagi maha sempurna, melainkan seseorang itu serba terbatas, sehingga dalam menempuh perjalanan hidupnya yang sangat komplek itu, ia tidak akan luput dari kesulitan dan problema. Oleh lantaran itu kita perlu mengetahui apa itu sholat, dan syarat rukunya.
B.        Rumusan Masalah
            1. Pengertian sholat?
            2. Bagaimana sejarah sholat itu di syariatkan kepada umat islam?
            3. Apa sajakah macam-macam sholat?
            4. Syarat dan Rukun sholat?



II         PEMBAHASAN
A.    Pengertian Sholat
Sholat dalam bahasa arab berarti Do’a, sedangkan yang di maksud sholat disini ialah ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir, dan di sudahi dengan salam.[1]
S U R A T   A S Y - S Y U U R A

42:26. dan Dia memperkenankan (doa) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal yang saleh dan menambah (pahala) kepada mereka dari karunia-Nya. Dan orang-orang  yang kafir bagi mereka azab yang sangat keras.

Dan alam kitab Fathul Mu’in sholat ialah Hiya syai’an aqwalun wa af allun mahsusotin bi takbiri muhtatimatun bi taslimi wasumiyat bi dalika listimaliha yang artinya sholat ialah ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan yang di awali dengan takbirotul ikhrom dan di akhiri dengan salam dengan syarat tertentu.[2]
Seperti dalam firaman Allah dalam surat ( Al Ankabut : 25)                        
ã@ø?$#!$tBzÓÇrré&y7øs9Î)šÆÏBÉ=»tGÅ3ø9$#ÉOÏ%r&urno4qn=¢Á9$#(žcÎ)no4qn=¢Á9$#4sS÷Zs?ÇÆtãÏä!$t±ósxÿø9$#̍s3ZßJø9$#urãø.Ï%s!ur«!$#çŽt9ò2r&3ª!$#urÞOn=÷ètƒ$tBtbqãèoYóÁs?ÇÍÎÈ 
Artinya : Bacalah yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) ialah lebih besar (keutamaannya dari ibadat  yang lain)     Dan Allah mengetahui apa yang kau kerjakan.(Al ankbut:25).
Dalam istilah ilmu fiqh, sholat ialah satu macam atau bentuk ibadah yang di wujudkan dengan melaksanakan perbuatan-perbuatan tertentu di sertai ucapan-ucapan tertentu dan dengan syarat-syarat tertentu pula.Istilah sholat ini tidak jauh berbeda dari arti yang dipakai oleh bahasa di atas, lantaran di dalamnya mengandung do’a-do’a, baik yang berupa permohonan, rahmat, ampunan dan lain sebagainya.[3]
B.     Sejarah awal mula di syariatkanya sholat
Awal mula sholat di syariatkan pada kita yaitu sehabis nabi Muhamad melaksanakan perjalan isro’ mi’roj .dalam kitab fathul mu’in juga di jelaskan, “fayakuna jahadaha walam taj tamik hadihil khomsah li ghoiri nabiyina muhamad shollallhu alaihi wassalam wa faradot laiatal isra’I ba’da nubuwati biasri sinina wasalasatu ashurin laelata sab’I wa isrina min rojab”. [4]
Dalam perjalanan Isra' Mi'raj, sehabis melampaui Masjidil Aqsha, Nabi pribadi diangkat naik hingga ke langit tujuh, kemudian Sidratul Muntaha dan Baitul Ma’mur. Imam Al-Bukhari meriwayatkan, pada ketika kejadian Mi’raj, Nabi Muhammad SAW berada di Baitul Ma’mur, Allah SWT mewajibkannya beserta umat Islam yang dipimpinnya untuk melaksanakan sholat sehari semalam. 
Nabi Muhammad mendapatkan begitu saja dan pribadi bergegas. Namun Nabi Musa AS memperingatkan, umat Muhammad tidak akan berpengaruh dengan limapuluh waktu itu. ”Aku telah mencar ilmu dari pengalaman umat insan sebelum kamu. Aku pernah mengurusi Bani Israil yang sangat rumit. Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintallah kringanan untuk umatmu .
Nabi Muhammad kembali menghadap Sang Rabb, meminta dispensasi dan ternyata dikabulkan. Tidak lagi lipapuluh waktu, tapi sepuluh waktu saja. Nabi Muhammad pun bergegas. Namun Nabi Musa tetap tidak yakin umat Muhammad bisa melaksanakan shalat sepuluh waktu itu.”Mintalah lagi keringanan.” Nabi kembali dan risikonya memeroleh keringanan, menjadi hanya lima waktu saja."
Sebenarnya Nabi Musa masih berkeberatan dengan lima waktu itu dan menyuruh Nabi Muhammad untuk kembali meminta keringanan. Namun Nabi Muhammad tidak berani. Aku telah mendapatkan dispensasi dari tuhanku, hingga saya malu. Kina saya sudah pasrah
Nabi Muhammad memang mengakui bahwa pendapat Nabi Musa AS itu benar adanya. Lima kali shalat sehari semalam itu masih memberatkan. Namun lima waktu itu bukankah sudah merupakan bentuk keringanan?! Demikianlah.
Shalat telah diwajibkan bagi Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya semenjak diturunkannya firman Allah pada awal kenabian,
Hai orang yang berselimut (Muhammad),),bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya)... (QS. Al-Muzzammil, 73:1-19)
Ini ialah petunjuk bahwa Rasulullah dan para pengikutnya yang gres berjumlah sedikit kala itu mempunyai kewajiban untuk bangkit pada tengah malam untuk menjalankan kewajiban. Menurut Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid, al-Hasan, Qatadah, dan ulama salaf lainnya, kewajiban shalat malam dihapuskan sehabis ayat ke 20 atau ayat terakhir dari surat al-Muzammil ini diturunkan oleh Allah SWT.
”Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui sebetulnya kau berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kau sekali-kali tidak sanggup memilih batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi dispensasi kepadamu, lantaran itu bacalah apa yang gampang (bagimu) dari Al Qur'an. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kau orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah...

Pelaksanaan ibadah shalat mengatakan bahwa Baitul Maqdis di Yerusalem merupakan salah satu kawasan sangat penting posisinya dalam agama Islam sebagai kiblat pertama umat Islam. Kurang lebih 13 tahun lamanya Nabi Shalat dan para pengikutnya menghadap Baitul Maqdis, sebelum risikonya Allah memerintahkan umat Islam untuk memindahkan kiblatnya ke Ka'bah di Makkah. Pemindahan arah kiblat ini terjadi di tengah-tengah ibadah shalat sedang berlangsung. Masjid kawasan dilaksanakan shalat ketika perintah berpindah kiblat ini diturunkan hingga kini disebut sebagai Masjid Kiblatain (Masjid Dua Kiblat).[5]
S U R A T   A L - B A Q A R A H

2:142. Orang-orang yang kurang akalnya di antara insan akan berkata: "Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitulmakdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.

2:143. Dan demikian (pula) Kami telah mengakibatkan kau (umat Islam), umat yang adil dan pilihan semoga kau menjadi saksi atas (perbuatan) insan dan semoga Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan semoga Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.

Asbabul nuzulnya ketika solat subuh,di rokaat kedua nabi suruh menghadap ke ka’bah
Menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Syaibah, menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Tsabit dari Anas bin Malik RA sebetulnya Rasulullah SAW (pada suatu hari) sedang mendirikan solat dengan menghadap ke Baitul Maqdis. Kemudian turunlah ayat Al-Quran: "Sesungguhnya Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kau ke Kiblat yang kau sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kau berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Kemudian seorang lelaki Bani Salamah lewa (dihadapan sekumpulan orang yang sedang shalat Shubuh) dalam posisi ruku' dan sudah menerima satu rakaat. Lalu ia menyeru, sesungguhnya Kiblat telah berubah. Lalu mereka berpaling ke arah Kiblat. (HR. Bukhari dan Muslim).

Allah senantiasa melibatkan Masjidil Aqsho dalam setiap perkembangan ajaran-ajaran seputar Shalat. Termasuk menghadap ke Baitul Maqdis sebelum dipindahkan kiblatnya ke Ka'bah. Perintah Shalat lima waktu diterima sehabis Rasulullah dikaruniai singgah di Baitul Maqdis (QS. Al-Isra', 17). Dalam perjalanan menuju sidrotul muntaha. Imam Syafi'i menyatakan, "Saya sangat suka beri'tikaf di Masjid (Baitul Maqdis), lebih dari Masjid manapun." Ketika ditanya alasannya, Beliau menjawab, "Di sinilah kawasan berkumpul dan dikuburkannya beberapa Nabi Allah."[6]

C.    Macam-macam sholat
Dilihat aturan melaksanakanya, pada garis besarnya sholat di bagi menjadi dua, yaitu sholat fardu dan sholat sunnah. Selanjutnya sholat fardu juga di bagi menjadi dua, yaitu fardu ain dan fardu kifayah. Demikian pula sholat sunah, juga di bagi menjadi dua, yaitu sunnah muakkad dan ghoiru muakkad.
1.      Sholat fardu
Sholat fardu ialah sholat yang hukumnya wajib, dan apabila di kerjakan mendapatkan pahala, kalau di tinggal mendaptkan dosa. Contohnya: sholat lima wakktu, sholat mayat dan sholat nadzar. Sholat fardu ada (2) yaitu
v  Fardu Ain ialah sholat yang wajib di lakukan setiap manusia. sholat ini di laksanakan sehari semalam dalam lima waktu (isya’, subuh, dhuhur, asar, magrib) dan juga sholat Jum’at.
. Nabi bersabda:
Artinya: Dari Tolhah bin Ubaidillah R.A ,bahwasanya Rosullah SAW bersabda: “ Sholat lima (kali) dalam satu hari satu malam “(HR.Bukhori dan Muslim)
v  Fardu kifayah ialah sholat yang di wajibkan pada sekelompok muslim, dan apabila salah satu dari mereka sudah ada yang mengerjakan maka gugurlah kewajiban dari kelompok tersebut.
Contoh: sholat jenazah
v  Sholat fardu lantaran nadzar ialah sholat yang di wajibkan kepada orang-orang yang berjanji kepada Allah SWT sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah atas segala nikmat yang telah di terimanya.
Contoh : Ahmad akan melasanakan ujian, ia bilang kepada dirinya dan teman-temanya, “ nanti ketika saya sukses mengerjakan ujian dan lulus saya akan melaksanakan sholat 50 rokaat “ ketika pengumuman ia lulus maka Ahmad wajib melaksanakan Sholat nadzar.
2.      Sholat Sunnah
Sholat Sunnah ialah sholat yang apabila di kerjakan mendapatkan pahala dan apabila tidak di kerjakan tidak mendapatkan dosa. Sholat sunah di sebut juga dengan Sholat tatawu’, nawafil, manduh, dan mandzubat, yaitu sholat yang di anjurkan untuk di kerjakan.[7] Sholat sunnah juga di bagi (2) yaitu
v  Sunnah Muakkad ialah sholat sunah yang sealalu dikerjakan atau jarang sekali tidak dikerjakan oleh Rosulluloh SAW dan pelaksanaannya sangat dianjurkan dan di tekankan separti solat witir, solat hari raya dan lain-lain
v  Sunnah ghoeru muakkadah ialah solat sunah yang tidak selalu dikerjakan oleh Rosulluloh SAW,dan juga tidak di tekan kan untuk di kerjakan.holat
Semua sholat, termasuk sholat sunat dilakukan ialah untuk mencari keridhoan atau pahala dari Alloh swt. Namun sholat sunat jikalau dilihat dari ada atau tidak adanya sebab-sebab dilakukannya, sanggup dibedakan manjadi dua macam, yaitu: shalat sunat yang bersebab dan shalat sunat yang tidak bersebab.
·         Shalat sunat yang bersebab, yaitu shalat sunat yang dilakukan lantaran ada sebab-sebab tertentu, ibarat sholat istisqa’ (meminta hujan) dilakukan lantaran terjadi kemarau panjang, shalat kusuf (gerhana) dilakukan lantaran terjadi gerhana matahari atau bulan, dan lain sebagainya.
·         Shalat sunat yang tek bersebab, yaitu shalat sunat yang dilakukan tidak lantaran ada sebab-sebab tertentu. Sebagai referensi : sholat witir, sholat dhuha dan lain sebagainya.[8]

D.    Syarat dan Rukun Sholat
Sholat di nilai sah dan semprna apabila sholat tersebut di laksanakan dengan memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun dan hal-hal yang disunnahkan serta terlepas dari hal-hal yang membatalkanya.
1.      Syarat-syarat Sholat
Syarat-syarat Sholat ialah sesuatu hal yang harus di penuhi sebelum kita melaksanakan sholat. Syarat Sholat di bagi menjadi (2) yaitu
v  Syarat wajib Sholat ialah syarat yang wajib di penuhi dan tidak bisa di nego-nego lagi. Seperti Islam, pandai dan tamziz atau baligh.[9]suci dari haid dan nifas serta telah mendengar permintaan dakwah islam.[10]
v  Syarat sah solat itu ada (8) yaitu
·         Suci dari dua hadas
·         Suci dari najis yang berada pada pakaian, tubuh, dan kawasan sholat.
·         Menutup aurot
Aurat pria yaitu baina surroh wa rukbah( antara pusar hingga lutut), sedangkan aurot wanita ialah jami’i  badaniha illa wajha wa kaffaien ( semua anggota tubuh kecuali wajah dan kedua telapak tangan).
·         Menghadap kiblat
·         Mengerti kefarduan Sholat
·         Tidak meyakini salah satu fardu dari beberapa fardu sholat sebagaisuatu sunnah.
·         Menjauhi hal-hal yang membatalkan Sholat.[11]
2.      Rukun-rukun Sholat
Rukun Sholat ialah suatu perkara yang harus di penuhi ketika Sholat sedang di kerjakan.Ulama hebat fiqh berbeda argument dalam memilih berapa jumlah rukun Sholat.
.Dalam kitab syafinatun najjah karya Salim Abdullah ada(17) yaitu
Ø  Niat
Ø  Membaca takbirotul ikhrom
Ø  Berdiri bagi yang bisa (dalam Sholt fardu).
Ø  Membaca fatihah.
Ø  Rukuk.
Ø  Tumakninah di dalam rukuk.
Ø  I’tidal
Ø  Sujud dua kali.
Ø  Tumakninah di dalam sujud.
Ø  Duduk di antara dua sujud.
Ø  Tumakninah di dalam duduk di antara dua sujud.
Ø  Membaca tahyat
Ø  Duduk di dalam takhyat akhir.
Ø  Membaca Sholawat
Ø  Mengucapkan salam
Ø  Tertib dalam melaksanakan rukun-rukun tersebut
Kalau dalam buku tuntunan Sholat lengkap karya Abu Masyad , rukun Sholat ada (18) yaitu ibarat di atas tapi pada urutan ke 17 nya di tambah “ niat keluardari sholat”.sedangkan pada kitab mabadi’ul fiqiyah karya Umar Abdul Jabbar ada 10.

III.       KESIMPULAN
            Sholat dalam bahasa arab berarti Do’a, sedangkan yang di maksud sholat disini ialah ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir, dan di sudahi dengan salam.
Awal mula sholat di syariatkan pada kita yaitu sehabis nabi Muhamad melaksanakan perjalan isro’ mi’roj .dalam kitab fathul mu’in juga di jelaskan, “fayakuna jahadaha walam taj tamik hadihil khomsah li ghoiri nabiyina muhamad shollallhu alaihi wassalam wa faradot laiatal isra’I ba’da nubuwati biasri sinina wasalasatu ashurin laelata sab’I wa isrina min rojab”.
Dilihat aturan melaksanakanya, pada garis besarnya sholat di bagi menjadi dua, yaitu sholat fardu dan sholat sunnah. Selanjutnya sholat fardu juga di bagi menjadi dua, yaitu fardu ain dan fardu kifayah. Demikian pula sholat sunah, juga di bagi menjadi dua, yaitu sunnah muakkad dan ghoiru muakkad.
Sholat di nilai sah dan semprna apabila sholat tersebut di laksanakan dengan memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun dan hal-hal yang disunnahkan serta terlepas dari hal-hal yang membatalkanya.
 Syarat Sholat di bagi menjadi (2) yaitu
Ø  Syarat wajib Sholat ialah Islam, pandai dan tamziz atau baligh, suci dari haid dan nifas serta telah mendengar permintaan dakwah islam.
Ø  Syarat sah solat itu ada (8) yaitu
·         Suci dari dua hadas.
·         Suci dari najis yang berada pada pakaian, tubuh, dan kawasan sholat.
·         Menutup aurot
·         Menghadap kiblat
·         Mengerti kefarduan Sholat
·         Tidak meyakini salah satu fardu dari beberapa fardu sholat sebagaisuatu sunnah.
·         Menjauhi hal-hal yang membatalkan Sholat
Dalam kitab syafinatun najjah karya Salim Abdullah ada(17) yaitu
Ø  Niat
Ø  Membaca takbirotul ikhrom
Ø  Berdiri bagi yang bisa (dalam Sholt fardu).
Ø  Membaca fatihah.
Ø  Rukuk.
Ø  Tumakninah di dalam rukuk.
Ø  I’tidal
Ø  Sujud dua kali.
Ø  Tumakninah di dalam sujud.
Ø  Duduk di antara dua sujud.
Ø  Tumakninah di dalam duduk di antara dua sujud.
Ø  Membaca tahyat
Ø  Duduk di dalam takhyat akhir.
Ø  Membaca Sholawat
Ø  Mengucapkan salam
Ø  Tertib dalam melaksanakan rukun-rukun tersebut.

IV.       PENUTUP
Demikian paparan yang sanggup kami persembahkan menganai “sholat” dengan waktu yang cukup singkat ini, semoga bermanfaat bagi kita semua baik di dunia maupun akherat kelak, kami memohon maaf apbila dalam pemaparan yang kami sampaikan ini terdapat banyak kesalahan dalam makalah ini, kami juga mengharapkan kritik dan sarann yang sifatnya membangun untuk makalah-makalah kami selanjutnya.









DAFTAR PUSTAKA
Dradjat ,Zakiah Prof.Dr.Ilmu Fiqh,Yogyakarta:PT Dana Bhakti Wakaf,1995
Rasjid, Sulaiman H,Fiqh islam,Bandung:PT Sinar Baru,1986
Abdullah, bin salim, Matan safinatun an najjah,Semarang:PT Karya Toha Putra,2003
Jabbar, Abdul Umar,Mabbadiul fiqqiyah,Surabaya:Saad Muhhamad Nabhan
Abdul aziz,bin Zainudin,, Fathul mu’in bi sarkhil qurotal ain,Indonesia ; Daroyail Kitabah
Masyad,Abu, Tuntunan Sholat Lengkap,Semarang:M.G


[1]H Sulaiman Rasyid,fiqh islam(Bandung:PT Sinar Baru Algensindo,1986) hlm 53
[2]Syekh Zainudin Abdul Aziz, Fathul mu’in bi sarkhil qurotal ain,(Indonesia ; Daroyail Kitabah ) hlm 3
[3]Prof DR. zakiah dradjat, Ilmu Fiqh,(Yogyakarta;PT. Dana Bhakti Wakaf,1995) jild 1 hlm 71
[4]Syekh Zainudin Abdul Aziz, Fathul mu’in bi sarkhil qurotal ain,(Indonesia ; Daroyail Kitabah ) hlm 3

[7]Prof DR. zakiah dradjat, Ilmu Fiqh,(Yogyakarta;PT. Dana Bhakti Wakaf,1995) jild 1 hlm78
[8]Prof DR. zakiah dradjat, Ilmu Fiqh,(Yogyakarta;PT. Dana Bhakti Wakaf,1995) jild 1 hlm79
[9]Umar Abdul Jabbar,Al mabadi’ul fiqhiyah,(Surabaya:Saad Muhhamad nabhan) jilid 4 hlm19
[10]Salim bin Abdullah, Matan safinatu an najah,(Semarang: PT KaryaToha Putra,2003) hlm 46
[11]Salim bin Abdullah, Matan safinatu an najah,(Semarang: PT KaryaToha Putra,2003) hlm 46-47
 
Share on Google Plus

About Raden

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.