Pembelajaran Terpadu





2.1  Pengertian Pembelajaran Terpadu
Terdapat dua istilah yang secara teoritis mempunyai kekerabatan yang saling terkait dengan keterangan satu dengan yang lainnya, yaitu intergrated curiculum (kurikulum terpadu) dan intergrated learning (pembelajaran terpadu). Kurikulum terpadu yaitu kurikulum yang menggabungkan sejumlah disiplin ilmu melalui pemaduan isi, keterampilan dan sikap (Wolfinger, 1994:133). Rasional pemaduan itu antara lain disebabkan oleh beberapa hal berikut:

1.      Kebanyakan perkara dan pengalaman (termasuk pengalaman belajar)  bersifat interdispilner, sehingga untuk memahami, mempelajari dan memecahkan diharapkan muliti-skill.
2.      Adanya tuntutan interaksi kolaboratif yang tinggi dalam memecahkan aneka macam masalah.
3.      Memudahkan anak menciptakan hubunganantarskemata dan transfer pemahaman antarkonteks.
4.      Demi efisiensi.
5.      Adanya tuntutan keterlibatan anak yang tinggi dalam proses pembelajaran.
4
 
Sejalan dengan hal tersebut diatas, pembelajaran terpadu banyak dipengaruhi oleh eksplorasi topik yang ada dalam kurikulum sehingga anak sanggup berguru menghubungkan proses dan isi pembelajaran secara lintas disiplin dengan waktu yang bersamaan.
Perbedaan yang fundamental dari konsepsi kurikulum terpadu dan pembelajaran terpadu terletak pada segi perencanaan dan pelaksanaannya. Idealnya, pembelajaran terpadu seharusnya bertolak dari kurikilim terpadu, tapi kenyataan memperlihatkan bahwa banyak kurikulum yang memisahkan matapelajaran satu dengan yang lainnya (separated curriculum) menuntut pembelajaran yang sifatnya terpadu (intergrated learning).
Selain pendapat diatas, nampaknya ada pihak yang menyamakan antara konsepsi pembelajaran terpadu dengan kurikulum terpadu. Landasan pemikiran yang dipakai yaitu bahwa pusat perhatian kurikulum terpadu terletak pada proses yang ditempuh seorang siswa dikala berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya. Atas dasar itu, pembelajaran terpadu disikapi sebagai sebuah wawasan dan aktifitas berfikir dalam merancang pembelajaran yang ditujukan untuk menghubungkan tema, topik maupun pemahaman dan keterampilan yang diperoleh siswa secara utuh/terpadu.
Pembelajaran terpadu sebagai konsep sanggup diartikan sebagai pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memperlihatkan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna dalam pembelajaran terpadu, siswa akan memahami kosep-konsep yang ereka pelajari melalui pengalaman pribadi dan menghubungkannya dengan kosep lain yang sudah mereka pahami.
Fokus perhatian pembelajaran terpadu terletak pada proses yang ditempuh siswa dikala berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya (Aminuddin,1994). Berdasarkan hal tersebut, maka pengertian pembelajaran terpadu sanggup dilihat sebagai berikut:
1.      Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan aneka macam mata pelajaran yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling serta dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak.
2.      Suatu cara yang membuatkan pengatahuan dan keterampilan anak secara serempak (simultan).
3.      Merakit atau menggabungkan sebuah konsep dalam beberapa mata pelajaran yang berbeda, dengan keinginan siswa sanggup berguru dengan lebih baik dan bermakna.
Pembelajaran yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian (center of interest) yang dipakai untuk memahami gejala-gejala dengan konsep lain, baik yang berasal dari mata pelajaran yang bersangkutan maupun dari mata pelajaran lainnya.
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan yang berorentasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak. Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Teori pembelajaran ini didimotori para tokoh Psikologi Gestlat, (termasuk teori Piaget) yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan menekankan juga pentingnya jadwal pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan anak.
Pelaksanaan pendekatan pembelajaran terpadu ini bertolak dari suatu topik dan tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru tolong-menolong dengan anak. Tujuan dari tema ini bukan hanya untuk menguasai konsep mata pelajaran, akan tetapi konsep-konsep dari mata pelajaran yang terkait dijadikan sebagai alat dan wahana untuk mempelajari dan menjelajahi topik atau tema tersebut. Jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional, maka pembelajaran terpadu sepertinya lebih menekankan pada keterlibat anak dalam proses berguru atau mengarahkan anak secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan. Pendekatan pembelajaran terpadu ini lebih menekankan pada penerapan konsep berguru sambil melaksanakan sesuatu (learning by doing).

2.2 Karakteristik Pembelajaran Terpadu
Penerapan pendekatan pembelajaran terpadu di sekolah dasar bisa disebut sebagai suatu upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan terutama dalam rangka mengimbangi tanda-tanda penjejalan isi kurikulum yang sering terjadi dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah-sekolah kita. Penjejalan isi kurikulum tersebut dikhawatirkan akan mengganggu perkembangan anak, lantaran terlalu banyak menuntut anak untuk mengerjakan kegiatan atau tugas-tugas yang melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka. Dengan demikian, anak kehilangan sesuatu yang seharusnya bisa mereka kerjakan. Jika dalam proses pembelajaran, anak hanya merespon segalanya dari guru, maka mereka akan kehilangan pengalaman pembelajaran yang alamiah dan pribadi (direct experiences). Pengalaman-pengalaman sensorik yang membentuk dasar kemampuan pembelajaran abnormal siswa menjadi tidak tersentuh, hal tersebut merupakan karakteristik utama perkembangan anak usia sekolah dasar. Di sinilah mengapa pembelajaran terpadu sebagai pendekatan gres dianggap penting untuk dikembangkan di sekolah dasar.
Terdapat beberapa karakteristik yang perlu dipahami dari pembelajaran terpadu, antara lain:
1.      Pembelajaran terpadu berpusat pada siswa (student centered). Hal ini sesuai dengan pendekatan berguru modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Peran guru lebih banyak sebagai fasilitator yaitu memperlihatkan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar.
2.      Pembelajaran terpadu sanggup memperlihatkan pengalaman pribadi kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman pribadi ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3.      Dalam pembelajaran terpadu pemisahan antarmata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Bahkan dalam pelaksanaan di kelas-kelas awal sekolah dasar, fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling akrab berkaitan dengan kehidupan siswa.
4.      Pembelajaran terpadu menyajikan konsep-konsep dari aneka macam mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa sanggup memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diharapkan untuk membantu siswa dalam memecahkan perkara yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5.      Pembelajaran terpadu bersifat luwes (fleksibel), alasannya yaitu guru sanggup mengaitkan materi latih dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
6.      Hasil pembelajaran sanggup berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Dengan demikian, siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
Sedangkan untuk pembelajaran terpadu sendiri memilki beberapa kelebihan diantaranya adalah:
1.      Pengalaman dan kegiatan berguru akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan siswa.
2.      Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
3.      Seluruh kegiatan berguru lebih bermakna bagi siswa sehingga hasil berguru akan sanggup bertahan lebih lama.
4.      Pembelajaran terpadu sanggup menumbuhkembangkan keterampilan berpikir siswa.
5.      Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya.
6.      Menumbuhkembangkan keterampilan sosial siswa menyerupai kerjasama, toleransi, komunikasi, dan respek terhadap gagasan orang lain.
Selain beberapa kekuatan atau kelebihan diatas, penerapan pembelajaran terpadu di sekolah dasar mempunyai beberapa hambatan dalam pelaksanaannya, diantaranya:
1.      Kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa dalam kurikulum sekolah dasar tahun 2004 masih terpisah-pisah ke dalam mata pelajaran-mata pelajaran yang ada. Hal ini akan menyulitkan guru dalam membuatkan jadwal pembelajaran terpadu. Di samping itu, tidak semua kompetensi dasardapat dipadukan.
2.      Dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu dibutuhkan sarana dan prasarana berguru yang optimal. Jika tidak, maka proses pelaksanaan pembelajaran terpadu tidak akan berjalan dengan baik, dan hal ini tentu saja akan kuat terhadap hasil berguru yang dicapai siswa.
3.      Belum semua guru sekolah dasar memahami konsep pembelajaran terpadu ini secara utuh, bahkan ada kecenderungan yang menjadi hambatan utama dalam pelaksanaannya yaitu sifat konservatif guru, dalam arti bahwa pada umumnya guru merasa bahagia dengan proses pembelajaran yang konvensional.

2.3  Landasan Pembelajaran Terpadu
            Dalam setiap pelaksanaan pembelajaran di sekolah dasar, seorang guru harus mempertimbangkan banyak faktor. Selain lantaran pembelajaran itu intinya merupakan implementasi dan kurikulum yang berlaku, juga selalu membutuhkan landasan-landasan yang kuat dan didasarkan atas hasil-hasil pemikiran yang mendalam. Landasan-landasan tersebut pada hakikatnya yaitu faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan oleh para guru pada waktu merencanakan, melaksanakan, serta menilai proses dan hasil pembelajaran. Landasan-landasan yang perlu mendapat perhatian guru dalam pembelajaran terpadu di sekolah dasar mencakup landasan filosofis, landasan psikologis, dan landasan praktis.  


2.3.1 Landasan Filosofis
            Landasan filosofis dimaksudkan pentingnya aspek filsafat dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu, bahkan landasan filsafat menjadi landasan utama yang melandasi aspek lainnya. Perumusan tujuan atau kompetensi dan isi atau materi pembelajaran terpadu intinya bergantung pada pertimbangan filosofis. Pandangan filosofi yang berbeda akan mendorong dan mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran terpadu yang berbeda pula. Secara filosofis, kemunculan pembelajaran terpadu sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yatiu aliran progresivisme, konstruktivisme, dan humanism.
            Aliran progresivisme beranggapan bahwa proses pembelajaran pada umumnya perlu sekali dilaksanakan pada: (a) pembentukan kreativitas, (b) tunjangan sejumlah kegiatan, (c) suasana yang alamiah, dan (d) memperhatikan pengalaman siswa. Aliran ini juga memandang bahwa dalam proses belajar, siswa sering dihadapkan pada persoalan-persoalan yang harus mendapat pembecahan (problem solving). Dalam memecahkan perkara tersebut, siswa perlu menentukan dan menyusun ulang dan pengetahuan dan pengalaman berguru yang telah dimilikinya.
            Aliran konstruktivisme melihat pengalaman pribadi sebagai kunci dalam pembelajaran. Sebab itu, pengalaman orang lain yang diformulasikan contohnya dalam suatu buku teks dihubungkan dengan pengalaman siswa secara langsung. Aliran konstruktivisme ini menekankan bahwa pengetahuan yaitu hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Suatu pengetahuan dianggap benar apabila pengetahuan itu sanggup dipakai untuk memecahkan perkara atau fenomena yang sesuai. Bagi konstruktivisme, tidak sanggup ditransfer begitu saja dari guru kepada siswa, tetapi harus diinterpretasika sendiri oleh siswa.
            Aliran humanism menihat siswa dari segi: (a) keunikan/kekhasannya, (b) potensinya, dan (c) motivasi yang dimilikinya. Siswa selain mempunyai kesamaan juga mempunyai kekhasan. Implikasi dari hal tersebut dalam kegiatan pembelajaran adalah: (a) layanan penbelajaran selain bersifat klasikal juga bersifat individual, (b) akreditasi adanya siswa yang lambat dan siswa yang cepat, (c) penyikapan yang unik terhadap siswa baik yang menyangkut faktor personal/individual maupun yang menyangkut faktor lingkungan sosial kemasyarakatannya.
2.3.2 Landasan Psikologis
            Pembelajaran terpadu juga dilandasi oleh beberapa pandangan psikologis. Hal ini disebabkan bahwa proses pembelajaran itu sendiri sendiri berkaitan dengan sikap manusia, dalam hal ini yaitu siswa. Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara siswa dengan lingkungan belajarnya, baik lingkunga yang bersifat fisik, maupun lingkungan sosial. Melalui pembelajaran diharapkan adanya perubahan sikap siswa menuju kedewasaan, baik fisik, mental/intelektual, moral, maupun sosial. Namun demikian, perlu juga diingatkan bahwa tidak semua perubahan sikap siswa tersebut mutlak sebagai intervensi dari proses pembelajaran, ada juga yang dipengaruhi kematangan siswa itu sendiri atau imbas dari lingkungan di luar kelas.
            Pembelajaran terpadu sebagai pencapaian kompetensi siswa sudah niscaya berkenaan dengan proses perubahan sikap siswa tersebut di atas. Melalui pembelajaran terpadu siswa diharapkan sanggup terbentuk tingkah laris gres berupa kompetensi konkret dan potensial dari para siswa serta kompetensi gres yang berlaku dalam waktu yang relatif lama. Dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu harus dilandasi oleh psikologi sebagai pola dalam menentukan apa dan bagaimana sikap itu harus dikembangkan.
Terdapat beberapa pandangan psikologis yang melandasi pembelajaran terpadu. Pandangan pertama yaitu bahwa intinya masing-masing siswa membangun realitasnya sendiri. Dengan kata lain, pengalaman pribadi siswa yaitu kunci dari pembelajaran yang berarti bukan pengalaman orang lain (guru) yang ditransfer melalui aneka macam bentuk media. Pandangan kedua mengemukakan bahwa keseluruhan perkembangan anak yaitu terpadu dan anak melihat dirinya dan sekitarnya secara utuh (holistik).
Pandangan selanjutnya yaitu bahwa pikiran seseorang intinya mempunyai kemampuan untuk mencari pola dan kekerabatan antara gagasan-gagasan yang ada. Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa untuk menemukan pola dan kekerabatan tersebut dari aneka macam disiplin ilmu. Pandangan psikologis selanjutnya menyatakan bahwa intinya siswa yaitu seorang individu dengan berbagaikemampuan yang dimilikinya dan mempunyai kesempatan untuk berkembang. Dengan demikian, kiprah guru bukanlah satu-satunya pihak yang paling menentukan, tetapi lebih banyak bertindak sebagai tut wuri handayani.
2.3.3 Landasan Mudah dan Landasan Sosial Budaya serta IPTEK
            Landasan mudah diharapkan lantaran intinya guru harus melaksanakan pembelajaran terpadu secara aplikatif di dalam kelas. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu juga dilandasi oleh landasan mudah yaitu sebagai berikut: (a) perkembangan ilmu pengetahuan begitu cepat sehingga terlalu banyak isu yang harus dimuat dalam kurikulum, (b) hampir semua pelajaran di sekolah diberikan secara terpisah satu sama lain, padahal seharusnya saling terkait, (c) permasalahan yang muncul dalam pembelajaran kini ini cenderung lebih bersifat lintas mata pelajaran (interdispliner) sehingga diharapkan usaha kolaboratif antara aneka macam mata pelajaran untuk memecahkannya, dan (d) kesenjangan yang terjadi antara teori dan praktik sanggup dipersempit dengan pembelajaran yang dirancang secara terpadu sehingga siswa akan bisa berpikir secara teoritis dan pada dikala yang sama bisa berikir praktis.
Pembelajaran terpadu bergotong-royong juga perlu mempertimbangkan landasan lainnya yaitu landasan sosial budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal ini lantaran pembelajaran selalu mengandug nilai yang harus sesuai dengan nilai yang berlaku dalam masyarakat. Di samping itu, keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi juga oleh lingkungan. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya, harus menjadi dasar dan pola untuk mencapai keberhasilan pembelajaran terpadu. Lanadasan IPTEK diharapkan dalam pengembangan pembelajaran terpadu sebagai upaya menyelaraskan materi pembelajaran terpadu dengan perkembangan dan kemajuan yang terjadi dalam dunia IPTEK, baik secara pribadi maupun tidak langsung.

2.4 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Terpadu
            Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu di sekolah dasar, terutama pada dikala penggalian tema-tema, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan penilaian. Dalam proses penggalian tema-tema perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Tema hendaknya tidak terlalu  luas, namun dengan gampang sanggup dipakai untuk memadukan mata pelajaran.
2. Tema harus bermakna, maksudnya tema yang dipilih untuk dikaji harus memperlihatkan bekal bagi siswa untuk berguru selanjutnya.
3. Tema harus diubahsuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.
4. Tema yang dikembangkan harus bisa memperlihatkan sebagian besar minat siswa.
5. Tema yang hendak dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi dalam rentang waktu belajar.
6. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta keinginan masyarakat.
7. Tema yang dipilih hedaknya juga mempehatikan ketersediaan sumber belajar.
Dalam proses pelaksanaan pembelajaran terpadu perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: (a) guru hendaknya tidak bersikap otoriter atau menjadi single actor yang mendominasi kegiatan dalam proses pembelajaran, (b) tunjangan tanggung jawab individu dan kelompok harus terang dalam setiap kiprah yang menuntut adanya kolaborasi kelompok, dan (c) guru perlu bersikap akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak dalam perencanaan pembelajaran.
Dalam proses evaluasi pembelajaran terpadu, perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: (a) member kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan evaluasi diri sendiri (self evaluation) di samping bentuk evaluasi lainnya, dan (b) guru perlu mengajak para siswa untuk menilai perolehan berguru yang telah dicapai berdasarkan criteria keberhasilan pencapaian tujuan atau kompetensi yang telah disepakati.

2.5 Manfaat Pembelajaran Terpadu
Di bawah ini diuraikan beberapa manfaat yang sanggup dipetik dengan pelaksanaan pembelajaran terpadu, antara lain:
1.      Dengan menggabungkan aneka macam mata  pelajaran akan terjadi penghematan lantaran tumpang tindih materi sanggup dikurangi bahkan dihilangkan.
2.      Siswa sanggup melihat kekerabatan – kekerabatan yang bermakna alasannya yaitu materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat daripada tujuan simpulan itu sendiri.
3.      Pembelajaran terpadu sanggup meningkatkan taraf kecakapan berfikir siswa. Hal ini sanggup terjadi lantaran siswa dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih besar, lebih luas dan lebih dalam  ketika menghadapi situasi pembelajaran.
4.      Kemungkinan pembelajaran yang terpotong-potong sedikit sekali terjadi, alasannya yaitu siswa dilengkapi dengan pengalaman belajaryang lebih terpadu sehingga akan mendapat pengertian akan mengenai proses dan materi yang terpadu.
5.      Pembelajaran terpadu memperlihatkan penerapan-penerapan dunia nyata sehingga sanggup mempertinggi kesempatan transfer pembelajaran (transfer of learning).
6.      Dengan pemaduan antar mata pelajaran diharapkan penguasaan materi pembelajaran akan semakin baik dan meningkat.
7.      Pengalaman antar mata pelajaran sangat positif untuk membentuk pendekatan menyeluruh pembelajaran terhadap pengembanga ilmu pengetahuan. Siswa akan lebih aktif dan otonom dalam pemikirannya.
8.      Motivasi berguru sanggup diperbaiki dan ditingkatkan dalam pembelajaran antar mata pelajaran. Para siswa akan telibat dalam “konfrontasi yang melibatkan banyak pemikiran” dengan pokok bahasa yang dihadapi.
9.      Pembelajaran terpadu membantu mencipitakan struktur kognitif atau pengetahuan awal siswa yang sanggup enjembatani pemahaman yang terkait, pemahaman yang terorganisasi dan pemahaman yang lebih mendalam perihal konsep-konsep yang sedang dipelajari, dan akan menjadi transfer pemahaman dari suatu konteks ke konteks yang lain.
10.  Melalui pembelajaran terpadu terjadi kolaborasi yang lebih meningkat antara para guru, para siswa, guru-siswa dan siswa –orang/narasumber lain, berguru menjadi lebih menyenangkan, berguru dalam situasi yang lebih nyata dan dala konteks yang lebih bermakna.

2.6 Berbagai Model Pembelajaran Terpadu
Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit tematisnya, berdasarkan spesialis yang berjulukan Robin Fogarty (1991) mengemukakan bahwa terdapat sepuluh cara atau model dalam merencanakan pembelajaran terpadu. Kesepuluh cara atau model tersebut adalah: (1) fragmented, (2) connected, (3) nested, (4) sequenced, (5) shared, (6) webbed, (7) threaded, (8) integrated, (9) immersed, dan (10) networked. Secara singkat kesepuluh cara atau model tersebut sanggup diuraikan sebagai berikut.
2.6.1 Model Penggalan (Fragmented)
Model fragmented ditandai oleh ciri pemaduan yang hanya terbatas pada satu mata pelajaran saja. Misalnya, dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, materi pembelajran perihal menyimak, berbicara, membaca, dan menulis sanggup dipadukan dalam materi pembelajaran keterampilan berbahasa. Dalam proses pembelajarannya, butir-butir materi tersebut dilaksanakan secara terpisah-pisah pada jam yang berbeda-beda.




Gambar 2.6.1.1 Model Penggalan
 
 
2.6.2  Model Keterhubungan (Connected)
Model connected dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir pembelajaran sanggup dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Butir-butir pembelajaran seperti: kosakata, struktur, membaca, dan mengarang misalnya, sanggup dipayungkan pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Penguasaan butir-butir pembelajaran tersebut merupakan keutuhan dalam membentuk kemampuan berbahasa dan bersastra. Hanya saja pengalaman secara utuh tersebut tidak berlangsung secara otomatis. Karena itu, guru harus menata butir-butir pembelajaran dan proses pembelajarannya secara terpadu.




Gambar 2.6.2.1 Model Keterhubungan (Connected)

 
 


2.6.3  Model Sarang (Nested)
Model nested merupakan pemaduan aneka macam bentuk pnguasaan konsep keterampilan melalui sebuh kegiatan pembelajaran. Misalnya, pada jam-jam tertentu seorang guru memfokuskan kegiatan pembelajaran pada pemahaman perihal bentuk kata, makna kata, dan ungkapan dengan saran pembuahan keterampilan dalam membuatkan daya imajinasi, daya berpikir logis, menentukan ciri bentuk dan makna kata-kata dalam puisi. Pembelajaran aneka macam bentuk penguasaan konsep dan keterampilan tersebut keseluruhannya tidak harus dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Keterampilan dalam membuatkan daya imajinasi dan berpikir logis dalam hal ini disikapi sebagai bentuk keterampilan yang tergarap dikala siswa menggunakan kata-kata, menciptakan ungkapan dan mengarang puisi. Untuk mengetahui telah dikuasainya keterampilan tersebut ditunjukkan oleh kemampuan mereka dalam menciptakan ungkapan dan mengarang puisi.








Gambar 2.6.3.1 Model Sarang (Nested)
 
 




2.6.4  Model Urutan/Rangkaian (Sequenced)
Model sequenced merupakan model pemaduan topik-topik antarmata pelajaran yang berbeda secara parallel. Isi dongeng dalam roman sejarah, misalnya: topik pembahasannya secara paralel atau dalam jam yang sama sanggup dipadukan dengan ikhwal sejarah usaha bangsa, karakteristik kehidupan social masyarakat pada periode tertentu maupun topik yang menyangkut perubahan makna kata. Topik-topik tersebut sanggup dipadukan pembelajarannya pada alokasi jam yang sama.
 



2.6.5  Model Bagian (Shared)
Model shared merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akhir adanya overlapping konsep atau wangsit pada dua mata pelajaran atau lebih. Butir-butir pembelajaran perihal kewarganegaraan dalam PPKn misalnya, sanggup bertumpang tindih dengan butir pembelajaran dalam Tata Negara, PSB, dan sebagainya.



Gambar 2.6.5.1 Model Bagian (Shared)
 
 

2.6.6  Model Jaring Laba-laba (Webbed)
Selanjutnya, model yang paling popular yaitu model webbed. Model ini bertolak dari pendekatan tematis sebagai pemandu materi dan kegiatan pembelajaran. Dalam kekerabatan ini tema sanggup mengikat kegiatan pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran.



Gambar 2.6.6.1 Model Jaring Laba-laba (Webbed)

 
 
2.6.7  Model Galur (Threaded)
Model threaded merupakan model pemaduan bentuk keterampilan, misalnya; melaksanakan prediksi dan estimasi dalam matematika, ramalan terhadap kejadian-kejadian, antisipasi terhadap dongeng dalam novel, dan sebagainya. Bentuk threaded ini berfokus pada apa yang disebut meta-curriculum.








Gambar 2.6.7.1 Model Galur (Threaded)

 
 





2.6.8  Model Ketepaduan (Integrated)
Model integrated merupakan pemaduan sejumlah topic dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topic tertentu. Topic evidensi yang semula terdapat dalam mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam, dan Ilmu Pengetahuan Sosial, semoga tidak menciptakan muatan kurikulum berlebihan, cukup diletakkan dalam mata pelajaran tertentu, contohnya Ilmu Pengetahuan Alam. Contoh lain, dalam teks membaca yang merupakan belahan mata pelajaran Bahasa Indonesia, sanggup dimasukkan butir pembelajaran yang sanggup dihubungkan dengan Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, dan sebagainya.



Dalam hal ini diharapkan penataan area isi bacaan yang lengkap sehingga sanggup dimanfaatkan untuk memberikan aneka macam butir pembelajaran dari aneka macam mata pelajaran yang berbeda tersebut. Ditinjau dari penerapannya, model ini sangat baik dikembangkan di SD.





Gambar 2.6.8.1 Model Ketepaduan (Integrated)

 
 
2.6.9  Model Celupan (Imemersed)
Model immersed dirancang untuk membantu siswa dalam menyaring dan memadukan aneka macam pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan medan pemakainya. Dalam hal ini tukar pengalaman dan pemanfaatan pengalaman sangat diharapkan dalam kegiatan pembelajaran.


Gambar 2.6.9.1 Model Celupan (Imemersed)

 
 
2.6.10    Model Jaringan (Networked)
Terakhir, model networked merupakan model pemaduan pembelajaran yang mengandaikan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk keterampilan gres sesudah siswa mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda-beda. Belajar disikapi sebagai proses yang berlangsung secara terus-menerus lantaran adanya kekerabatan timbal balik antara pemahaman dan kenyataan yang dihadapi siswa.
 




Selain pandangan Robin Fogarty di atas, Jacobs (1989) mengemukakan lima pilihan bentuk keterpaduan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu: (a) discipline based, (b) parallel, (c) multidisciplinary, (d) interdisciplinary, dan (e) intergrated. Secara ringkas kelima model tersebut sanggup diuraikan sebagai berikut.
1.      Bentuk discipline based yaitu bentuk keterpaduan yang bertolak dari mata pelajaran tertentu. Sebuah topik ekonomi contohnya sanggup dihubungkan dengan perkara sosial politik dan ilmiah.
2.      Bentuk parallel memadukan tema-tema yang sama dalam beberapa mata pelajaran. Bentuk ini mengkondisikan tingkat keterpaduan yang kurang mendalam.
3.      Bentuk multidisciplinary adalah bentuk pembelajaran sejumlah mata pelajaran secara terpisah melalui sebuah tema.
4.      Bentuk interdisciplinary adalah bentuk pembelajaran yang menggabungkan sejumlah mata pelajaran dalam sebuah tema. Kegiatan pembelajaran berlangsung dalam waktu yang bersamaan.
5.      Bentuk integrated merupakan bentuk pembelajaran yang memadukan sebuah konsep dari sejumlah mata pelajaran melalui kekerabatan tujuan-tujuan, isi, keterampilan, aktivitas, dan sikap. Dengan kata lain, bentuk pembelajaran integrated merupakan pembelajaran antarmata pelajaran yang ditandai oleh adanya pemaduan tujuan, kemampuan, sikap dari aneka macam mata pelajaran dalam topik tertentu secara utuh.

2.7 Model Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar
            Model-model pembelajaran terpadu menyerupai di atas tidak semuanya sempurna diterapkan di sekolah dasar di Indonesia. Menurut hasil pengkajian Tim Pengembang PGSD (1997), terdapat tiga model yang sanggup diterapkan di sekolah dasar kita, yaitu model jaring laba-laba (webbing), model keterhubungan (connected), dan model keterpaduan (integrated). Di bawah ini diuraikan ketiga model pembelajaran terpadu tersebut beserta kelebihan dan kelemahan pelaksaanannya.
2.7.1 Model Jaring Laba-laba (Webbed)
            Model pembelajaran ini adalaha model pembelajaran terpadu yang mengunakan tematik. Pendekatan ini dimulai dengan menentukan tema, yang kemudian dikembangkan menjadi subtema dengan memperhatikan keterkaitan tema tersebut dengan mata pelajaran yang terkait. Dari subtema tersebut diharapkan kegiatan siswa sanggup berkembang dengan sendirinya.
            Kelebihan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba yaitu sebagai berikut: (a) adanya faktor motivasional yang dihasilkan dari menyeleksi tema yang sangat diminati, (b) model jaring laba-laba relatif gampang dilakukan oleh guru yang belum berpengalaman, (c) model ini mempermudah perencanaan krja tim untuk membuatkan tema ke dalam semua bidang isi pelajaran.
            Kelemahan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba sebagai berikut: (a) langkah yang sulit dalam pembelajaran terpadu model jaring laba-laba yaitu menyeleksi tema, (b) adanya kecederungan merumuskan suatu tema dangkal sehingga hal ini hanya berkhasiat secara artificial di dalam perencanaan kurikulum, (c) guru sanggup menjaga misi kurikulum, dan (d) dalam pembelajaran lebih focus pada kegiatan daripada pengembangan konsep.
2.7.2 Model Keterhubungan (Connected)
            Model keterhubungan yaitu model pembelajaran terpadu yang secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep lain, satu topik dengan topik dengan topik lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain, tugas-tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas-tugas yang dilakukan dalam satu semester dengan ide-ide yang dipelajari dalam satu semester dengan ide-ide yang akan dipelajari pada semester berikutnya di dalam satu mata pelajaran.
            Kelebihan pembelajaran terpadu model keterhubungan adalah: (a) dengan mengaitkan ide-ide  dalam satu mata pelajaran, siswa mempunyai keuntungan citra yang besar menyerupai halnya suatu mata pelajaran yang terfokus pada satu aspek, (b) konsep-konsep kunci dikembangkan siswa secara terus menerus sehingga terjadi internalisasi, dan (c) mengaitkan ide-ide dalam suatu mata pelajaran memungkinkan siswa mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, mengasimilasi wangsit secara berangsur-berangsur dan memudahkan transfer atau pemindahan ide-ide tersebut dalam memecahkan masalah.
            Kelemahan model pembelajaran keterhubungan adalah: (a) aneka macam mata pelajaran di dalam model ini tetap terpisah dan nampak tidak terkait walaupun kekerabatan dibentuk secara eksplisit antara mata pelajaran (interdisiplin), (b) guru tidak didorong untuk bekerja secara tolong-menolong sehingga isi pelajaran tetap terfokus tanpa merentangkan konsep-konsep dan ide-ide antara mata pelajaran, dan (c) usaha-usaha yang terkonsentrasi untuk mengintegrasikan ide-ide dalam suatu mata pelajaran adapat mengabaikan kesempatan untuk membuatkan kekerabatan yang lebih global dengan mata pelajaran lain.
2.7.3 Model Keterpaduan (Integrated)
            Model ini merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antarmata pelajaran. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan mata pelajaran dengan cara tetapkan prioritas kurikuler dan menentukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih didalam mata pelajaran. Berbeda dengan model jaring laba-laba yang menuntut pemilihan tema dan pengembangannya sebagai langkah awal maka dalam model keterpaduan tema yang terkait dan bertumpang tindih mrupakan hal terakhir yang ingin dicari dan dipilih oleh guru dalam tahap perencanaan program. Pertama, guru menyeleksi konsep-konsep, keterapilan dan sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberpa mata pelajaran, selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan, dan sikap yang mempunyai keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara mata pelajaran.
            Kelebihan model keterpaduan antara lain: (a) memudahkan siswa unutk mengarahkan keterkaitan dan keterhubungan di antara mata pelajaran, (b) memungkinkan pemahaman antarmata pelajaran dan memperlihatkan penghargaan terhadap pengetahuan dan keahlian, dan (c) bisa membangun motivasi. Sedangkan kelemahan model keterpaduan antara lain: (a) model ini model yang sangat sulit diterpakan secara penuh, (b) model ini menghendaki guru yang terampil, percaya diri, dan menguasai konsep, sikap dan keterampilan yang sangat diprioritaskan, (c) model ini menghendaki tim antarmata pelajaran yang terkadang sulit dilakukan, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan.



















Share on Google Plus

About Raden

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.