Dandelion (1)




Hai...
Bagaimana kabarmu di sana? Apakah kau sehat? Bagaimana perasaanmu ketika ini? Aku ingin kau baik-baik saja dan selalu senang hingga suatu ketika nanti kita bertemu...


Mataku menerawang diantara cahaya yang menyelinap masuk kamarku. Beberapa ketika mataku terkunci pada langit-langit dan meraba apa yang sedang saya rasakan. Aku... tak menyangka, kian bersahabat dengan kehidupan sesungguhnya. Padahal tawa lepas dan kelakuan konyol masih saja jadi kelakuanku sehari-hari kolam anak remaja. Aku hampir sudah bukan remaja, tapi batinku belum rela disebut dewasa. Aku... masih rindu melaksanakan kekonyolan bersama kawan-kawanku.

  
Kamu...
Aku memang masih kekanak-kanakan, tapi kau sering melintas di pikiranku. Seperti ketika ini, saya ingin tahu kabarmu. Jaga baik-baik dirimu, saya harap ibadah tak luput dari kesibukanmu, walau saya tahu saya sendiri masih sering lalai.

Kamu... bisakah kita berjanji melalui telepati?
Mungkin sampaumur sedang tumbuh dalam jiwaku, saya terus menerus memikirkanmu berharap kau yaitu sosok yang saya idamkan. Mungkin saya memang egois, tapi semoga hanya untuk ketika ini saja. Lalu, izinkan saya menunggumu sembari terus mengayuh hati memperbaiki diri dan menjadi sosok yang selama ini kau impikan, supaya kelak tak ada sesal dari lisanmu atau bahkan setitik dalam benakmu.

Kamu...
Maaf, aku... hhhh... saya sempat terperosok namun saya biarkan diriku terus tergelincir jatuh. Aku... sempat menjadi sosok yang mungkin tak kau inginkan. Aku... saya sempat lupa. Maafkan aku... saya telah menyesalinya dan tolong jangan kecewa terlebih dahulu, saya ingin kau menungguku dan menyambut uluran tanganku yang ingin kembali pulang. Dan mungkin, maafkan saya bila suatu ketika kita bertemu, saya akan berpura-pura saya baik-baik saja, alasannya saya terlalu takut kau kecewa.



Kamu...
Siapapun kamu, bisakah kita berjanji melalui telepati. Saling menjaga dan memperbaiki diri hingga suatu hari nanti saya menggenggam erat tanganmu bersandar manja meminta dukungan darimu kemudian kau tersenyum mencium lembut keningku dan memelukku. Aku tahu, saya sempat menjadi apa yang tidak kau inginkan, tapi bisakah kau tetap di situ alasannya saya benar-benar sedang memperbaiki diri.

Kamu...
Aku merasa kau juga sedang meraba suasana hatimu. Sesekali, saya mencicipi kau sedang memikirkanku meski kita sama-sama tak tahu.

Kamu...
Bisakah kita bertemu dengan sejuta kisah, berbagi, menyemangati, dan saling memegang erat untuk tetap berdiri?

Dear kau yang belum saya ketahui, biarkan saya terus menulis rintik-rintik rasa yang saya raba perlahan. Sebab saya bukan penyair, saya hanya seorang wanita yang sedang memperbaiki diri sambil menunggumu pulang...


Baik-baik ya disana,...
Share on Google Plus

About Raden

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.