Pendidikan Islam Pada Kala Bani Abbasyiyah


SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA BANI ABBASYIYAH
Dosen Pembimbing : Ahmad Irfan Mufid, MA

Kelompok 5 :
Ratih Nurafriani (1110012000005)
Fitria Apriani (1110011000033)
 
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masa pemerintahan bani Abbasyiyah merupakan puncak perkembangan pendidikan Islam di dunia. Selama pemerintahan bani Abbasyiyah, banyak bidang pendidikan Agama maupun bidang pendidikan umum yang muncul beserta tokoh-tokoh yang berperan dalam perkembangan pendidikan tersebut.
Pendidikan Islam yang sangat berkembang pada masa Bani Abbasyiyah yaitu pada pemerintahan Harun Ar-Rasyid. Pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid, pendidikan Islam sangat berkembang pesat sehingga banyak ilmu-ilmu gres yang hingga ketika ini terus dikembangkan, contohnya dalam ilmu umum diantaranya bidang filsafat, astronomi, kedokteran, matematika, dan lain-lain. Juga dalam ilmu agama diantaranya tafsir, kalam, tasawuf, dan lain-lain.
1.2.Tujuan
1.      Memahami sejarah perkembangan pendidikan islam pada masa bani Abbasyiyah.
2.      Mengetahui tokoh-tokoh pendidikan islam yang kuat pada masa bani Abbasyiyah.
3.      Mengetahui lembaga-lembaga yang ada pada masa bani Abbasyiyah.
4.      Mengetahui kurikulum pendidikan yang terapkan pada masa bani Abbasyiyah.
1.3.Rumusan problem
1.      Bagaimana sejarah perkembangan pendidikan islam pada masa bani Abbasyiyah?
2.      Siapa sajakah tokoh-tokoh pendidikan islam yang kuat pada masa bani Abbasyiyah?
3.       Apa saja lembaga-lembaga yang ada pada masa bani Abbasyiyah?
4.      Bagaimana kurikulum pendidikan yang diterapkan pada masa bani Abbasyiyah



BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sekilas Sejarah Bani Abbasyiyah 
Khilafah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari khilafah sebelumnya dari Bani Umayyah, dimana pendiri dari khilafah ini yakni Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas Rahimahullah. Pola pemerintahan yang diterapkan oleh Daulah Abbasiyah berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s/d. 656 H (1258 M).
Berdasarkan perubahan teladan pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Daulah Abbas menjadi lima periode:
1.    Periode Pertama (132 H/750 M - 232 H/847 M), disebut periode imbas Arab dan Persia pertama.
2.    Periode Kedua (232 H/847 M - 334 H/945 M), disebut periode imbas Turki pertama.
3.    Periode Ketiga (334 H/945 M - 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Bani Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa imbas Persia kedua.
4.    Periode Keempat (447 H/1055 M - 590 H/l194 M), masa kekuasaan daulah Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa imbas Turki kedua (di bawah kendali) Kesultanan Seljuk Raya (salajiqah al-Kubra/Seljuk agung).
5.    Periode Kelima (590 H/1194 M - 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari imbas dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad dan diakhiri oleh invasi dari bangsa Mongol.
2.2. Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Bani Abbasyiyah
Popularitas daulah Abbasyiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya Al-Ma’mum (813-833 M). Harun Al-Rasyid yakni figur khalifah shaleh hebat ibadah, bahagia bershadaqah, sangat mengasihi ilmu sekaligus mengasihi para ‘ulama, bahagia dikritik serta sangat merindukan hikmah terutama dari para ‘ulama. Pada masa pemerintahannya dilakukan sebuah gerakan penerjemahan banyak sekali buku Yunani dengan menggaji para penerjemah dari golongan Nasrani dan penganut agama lainnya yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah, yang salah satu karya besarnya yakni pembangunan Baitul Hikmah, sebagai pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai sekolah tinggi tinggi dengan perpustakaan yang besar. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, alasannya yakni di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga sanggup membaca, menulis dan berdiskusi.
Harun Al-Rasyid juga memakai kekayaan yang banyak untuk dimanfaatkan bagi keperluan sosial. Rumah sakit, forum pendidikan dokter, dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter. Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat yang tak tertandingi.
2.3. Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam Pada Masa Bani Abbasyiyah
Beberapa ilmuwan muslim pada masa Daulat Abbasyiyah yang karyanya diakui dunia diantaranya:
§  Al-Razi (guru Ibnu Sina), berkarya dibidang kimia dan kedokteran, menghasilkan 224 judul buku, 140 buku wacana pengobatan, diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin. Bukunya yang paling masyhur yakni Al-Hawi Fi ‘Ilm At Tadawi (30 jilid, berisi wacana jenis-jenis penyakit dan upaya penyembuhannya). Buku-bukunya menjadi materi referensi serta panduan dokter di seluruh Eropa hingga kurun 17. Al-Razi yakni tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibnu Sina.
§  Al-Battani (Al-Batenius), seorang astronom. Hasil perhitungannya wacana bumi mengelilingi pusat tata surya dalam waktu 365 hari, 5 jam, 46 menit, 24 detik, mendekati akurat. Buku yang paling populer yakni Kitab Al Zij dalam bahasa latin: De Scienta Stellerum u De Numeris Stellerumet Motibus, dimana terjemahan tertua dari karyanya masih ada di Vatikan.
§  Al Ya’qubi, spesialis geografi, sejarawan dan pengembara. Buku tertua dalam sejarah ilmu geografi berjudul Al Buldan (891), yang diterbitkan kembali oleh Belanda dengan judul Ibn Waddih qui dicitur al-Ya’qubi historiae.
§  Al Buzjani (Abul Wafa). Ia mengembangkan beberapa teori penting di bidang matematika (geometri dan trigonometri).
Pencapaian kemajuan dunia Islam pada bidang ilmu pengetahuan tidak terlepas dari adanya perilaku terbuka dari pemerintahan Islam pada ketika itu terhadap banyak sekali budaya dari bangsa-bangsa sebelumnya menyerupai Yunani, Persia, India dan yang lainnya. Gerakan penterjemahan yang dilakukan semenjak Khalifah Al-Mansur (745-775 M) hingga Harun Al-Rasyid berimplikasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia, farmasi, biologi, fisika dan sejarah.
Dari hasil ijtihad dan semangat riset, maka para hebat pengetahuan, para alim ulama, berhasil menemukan banyak sekali keahlian berupa inovasi banyak sekali bidang-bidang ilmu pengetahuan, antara lain :
1. Ilmu Umum
a.       Ilmu Filsafat
1)    Al-Kindi (809-873 M) buku karangannya sebanyak 236 judul.
2)    Al Farabi (wafat tahun 916 M) dalam usia 80 tahun.
3)    Ibnu Bajah (wafat tahun 523 H)
4)    Ibnu Thufail (wafat tahun 581 H)
5)    Ibnu Shina (980-1037 M). Karangan-karangan yang populer antara lain: Shafa, Najat, Qoman, Saddiya dan lain-lain
6)    Al Ghazali (1085-1101 M). Dikenal sebagai Hujjatul Islam, karangannya: Al
Munqizh Minadl-Dlalal,Tahafutul Falasifah, Mizanul Amal, Ihya Ulumuddin dan lain-lain
7)    Ibnu Rusd (1126-1198 M). Karangannya : Kulliyaat, Tafsir Urjuza, Kasful Afillah dan lain-lain

b.      Bidang Kedokteran
1)      Jabir bin Hayyan (wafat 778 M). Dikenal sebagai bapak Kimia.
2)      Hurain bin Ishaq (810-878 M). Ahli mata yang populer disamping sebagai
penterjemah bahasa asing.
3)      Thabib bin Qurra (836-901 M)
4)      Ar Razi atau Razes (809-873 M). Karangan yang populer mengenai cacar dan
campak yang diterjemahkan dalam bahasa latin.
c.         Bidang Matematika
1)    Umar Al Farukhan: Insinyur Arsitek Pembangunan kota Baghdad.
2)    Al Khawarizmi: Pengarang kitab Al Gebra (Al Jabar), penemu angka (0).
d.      Bidang Astronomi
Berkembang subur di kalangan umat Islam, sehingga banyak para hebat yang populer dalam perbintangan ini menyerupai :
1)    Al Farazi : pencipta Astro lobe
2)    Al Gattani/Al Betagnius
3)    Abul wafat : menemukan jalan ketiga dari bulan
4)    Al Farghoni atau Al Fragenius
e.       Bidang Seni Ukir
Beberapa seniman ukir terkenal: Badr dan Tariff (961-976 M) dan ada seni musik, seni tari, seni pahat, seni sulam, seni lukis dan seni bangunan.
2. Ilmu Naqli
a.    Ilmu Tafsir, Para mufassirin yang termasyur: Ibnu Jarir ath Tabary, Ibnu Athiyah al Andalusy (wafat 147 H), As Suda, Mupatil bin Sulaiman (wafat 150 H), Muhammad bin Ishak dan lain-lain
b.    Ilmu Hadist, Muncullah ahli-ahli hadist ternama seperti: Imam Bukhori (194-256 H), Imam Muslim (wafat 231 H), Ibnu Majah (wafat 273 H),Abu Daud (wafat 275 H), At Tarmidzi, dan lain-lain
c.     Ilmu Kalam, Dalam kenyataannya kaum Mu’tazilah berjasa besar dalam membuat ilmu kalam, diantaranya para pencetus itu adalah: Wasil bin Atha’, Abu Huzail al Allaf, Adh Dhaam, Abu Hasan Asy’ary, Hujjatul Islam Imam Ghazali
d.    Ilmu Tasawuf, Ahli-ahli dan ulama-ulamanya yakni : Al Qusyairy (wafat 465 H) karangannya: ar Risalatul Qusyairiyah, Syahabuddin (wafat 632 H) karangannya: Awariful Ma’arif, Imam Ghazali : karangannya al Bashut, al Wajiz dan lain-lain.
e.    Para Imam Fuqaha, Lahirlah para Fuqaha yang hingga kini aliran mereka masih mendapat tempat yang luas dalam masyarakat Islam. Yang mengembangkan faham/mazhabnya dalam zaman ini adalah: Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambal dan Para Imam Syi’ah (Hasjmy, 1995:276-278).
2.4. Lembaga-Lembaga Pada Masa Bani Abbasyiyah
Perkembangan peradaban pada masa daulah Bani Abbasiyah sangat maju pesat, alasannya yakni upaya upaya dilakukan oleh para Khalifah di bidang fisik. Hal ini sanggup kita lihat dari bangunan-bangunan yang berupa:
a.    Kuttab, yaitu tempat berguru dalam tingkatan pendidikan rendah dan menengah.
b.    Majlis Muhadharah, yaitu tempat pertemuan para ulama, sarjana, hebat pikir dan
pujangga untuk membahas masalah-masalah ilmiah.
c.     Darul Hikmah, yakni perpustakaan yang didirikan oleh Harun Ar-Rasyid. Ini
merupakan perpustakaan terbesar yang di dalamnya juga disediakan tempat ruangan
belajar.
d.    Madrasah, Perdana menteri Nidhomul Mulk yakni orang yang mula-mula mendirikan sekolah dalam bentuk yang ada hingga kini ini, dengan nama Madrasah.
e.    Masjid, Biasanya digunakan untuk pendidikan tinggi dan tahassus.

Lembaga-lembaga pendidikan sebelum madrasah
Adapun lembaga-lembaga pendidikan islam yang sebelum kebangkitan madrasah pada masa klasik, adalah:
1. Suffah
Pada masa Rasulullah SAW, suffah yakni suatu tempat yang digunakan untuk kegiatan pendidikan biasanya tempat ini menyediakan pemondokan bagi pendatang gres dan mereka yang tergolong miskin disini para siswa diajari membaca dan menghafal al-qur’an secara benar dan aturan islam dibawah bimbingan eksklusif dari Nabi, dalam perkembangan berikutnya, sekolah shuffah juga mengatakan pelajaran dasar-dasar menghitung, kedokteran, astronomi, geneologi dan ilmu filsafat.
2. Kuttab atau maktab
Kuttab atau maktab berasal dari kata dasar yang sama, yaitu kataba yang artinya menulis. Sedangkan kuttab atau maktab berarti tempat untuk menulis atau tempat dimana dilangsungkan kegiatan tulis menulis.
Dengan adanya perubahan kurikulum tersebut sanggup dikatakan bahwa kuttab pada awal perkembangan merupakan forum pendidikan yang tertutup dan setelah adanya persentuhan dengan peradaban helenisme menjadi forum pendidikan yang terbuka terhadap pengetahuan umum, termasuk filsafat.
3. Halaqah
Halaqah artinya lingkaran. Artinya proses berguru mengajar disini dilaksanakan dimana murid melingkari gurunya. Seorang guru biasanya duduk dilantai menerangkan, membacakan karangannya, atau mengatakan komentar atas karya pemikiran orang lain. Kegiatan di halaqah ini tidak khusus untuk megajarkan atau mendiskusikan ilmu agama, tetapi juga ilmu pengetahuan umum, termasuk filsafat.
4. Majlis
Istilah majlis telah digunakan dalam pendidikan semenjak kurun pertama islam, mulanya ia merujuk pada arti tempat-tempat pelaksanakan berguru mengajar. Seiring dengan perkembangan pengetahuan dalam islam, majlis digunakan sebagai kegiatan transfer ilmu pengetahuan. Majlis banyak ragamnya, berdasarkan Muniruddin Ahmad ada 7 (tujuh) macam majlis, diantaranya: Majlis al-hadits, Majlis al-tadris, Majlis al-munazharah, Majlis muzakarah, Majlis al-syu’ara, Majlis al-adab, dan Majlis al-fatwa dan al-nazar.
5. Masjid
Semenjak berdirinya di zaman Nabi SAW, masjid telah menjadi pusat kegiatan dan isu banyak sekali problem kaum muslimin, baik yang menyangkut pendidikan maupun sosial ekonomi. Namun, yang lebih penting yakni sebagai forum pendidikan.
Kurikulum pendidikan dimasjid biasanya merupakan tumpuan pemerintah untuk memperoleh pejabat-pejabat pemerintah, seperti, qodhi, khotib dan iman masjid.
6. Khan
Khan biasanya difungsikan sebagai penyimpanan barang-barang dalam jumlah besar atau sebagai sarana komersial yang mempunyai banyak toko, seperti, khan al narsi yang berlokasi di alun-alun karkh di bagdad.
7. Ribarth
Ribath yakni tempat kegiatan kaum sufi yang ingin menjauhkan diri dari kehidupan duniawi dan mengkonsentrasikan diri untuk semata-mata ibadah.
8. Rumah – Ulama
Rumah bersama-sama bukan tempat yang nyaman untuk kegiatan berguru mengajar, namun para ulama dizaman klasik banyak yang mempergunakan rumahnya secara lapang dada untuk kegiatan berguru mengajar dan pengembangan ilmu pengetahuan.
9. Toko-toko buku dan perpustakaan
Toko-toko buku mempunyai peranan penting dalam kegiatan keilmuan islam, pada awalnya memang hanya manjual buku-buku, tetapi berikutnya menjadi sarana untuk berdiskusi dan berdebat, bahkan pertemuan rutin sering dirancang dan dilaksanakan disitu. Disamping tokobuku, perpustakan juga memilki peranan penting dalam kegiatan transfer keilmuan islam.
10. Rumah sakit
Rumah sakit pada zaman klasik bukan saja berfungsi sebagai tempat merawat dan mengobati orang-orang sakit, tetapi juga mendidik tenaga-tenaga yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan. Pada masa itu, percabaan dalam bidang kedokteran dan obat-obatan dilaksanakan sehingga ilmu kedoteran dan obat-obatan cukup pesat.
Rumah sakit juga merupakan tempat praktikum sekolah kedokteran yang didirikan diluar rumah sakit, rumah sakit juga berfungsi sebagai forum pendidikan .


11. Badiah (padang pasir, dusun tempat tinggal badui)
Badiah merupakan sumber bahasa arab yang orisinil dan murni, dan mereka tetap mempertahankan keaslian dan kemurnian bahasa arab. Oleh alasannya yakni itu badiah-badiah menjadi pusat untuk pelajaran bahasa arab yang orisinil dan murni. Sehingga banyak bawah umur khulifah, ulama-ulama dan para hebat ilmu pengetahuan pergi ke badiah-badiah dalam rangka mempelajari bahasa dan kesusastraan arab. Dengan begitu badiah-badiah telah berfungsi sebagai forum pendidikan.
Madrasah
1.   Sejarah dan motivasi pendirian madrasah
Lahirnya forum pendidikan formal dalam bentuk madrasah merupakan pengembangan dari sistem pengajaran dan pendidikan yang pada awalnya berlangsung di mesjid-mesjid.
Disisi lain, syalabi mengemukakan bahwa perkembangan dari masjid ke madrasah terjadi secara tidak langsung, menurutnya madrasah sebagai konsekuensi logis dari semakin ramainya pengajian di masjid yang fungsi utamanya yakni ibadah. Agar tidak hanya kegiatan ibadah, dibuatlah tempat khusus untuk berguru yang dikenal madrasah.
Meskipun madrasah sebagai forum pendidikan dan pengajaran didunia islam gres timbul sekitar kurun ke-14 H, ini bukan berarti bahwa semenjak awal perkembangannya islam tidak mempunyai forum pendidikan dan pengajaran. Pada awal telah berdiri madrasah yang menjadi cikal bakal munculnya madrasah nizamiyah, madrasah tersebut berada diwilayah Persia, tepatnya di kawasan Nisyapur, contohnya madrasah al-baihaqiyah, madrasah sa’idiyah dan madrasah yang terdapat di Khusan.
2.   Madrasah Nizhamiyah.
Madrasah nizhamiyah merupakan pertotipe awal bagi forum pendidikan tinggi, ia juga dianggap sebagai tonggak gres dalam penyelenggaraan pendidikan islam, dan merupakan karakteristik tradisi pendidikan islam sebagai suatu forum pendidikan resmi dengan sistem asrama. Pemerintah atau penguasa ikut terlibat didalam memilih tujuan, kurikulum, tenaga pengajar, pendanaan, sarana fisik dan lain-lain.
Kendati madrasah nizhamiyah bisa melestarikan tradisi keilmuan dan membuatkan pedoman islam dalam persi tertentu. Tetapi keterkaitan dengan standarisasi dan pelestarian pedoman kurang bisa menunjang pengembangan ilmu dan penelitian yang inofatif.
3.   Madrasah di Mekah dan Madinah.
Secara kuantitatif madrasah di Mekah lebih banyak dibandingkan di Madinah. Diantaranya madrasah Abu Hanifah, Maliki, madrasah Ursufiyah, madrasah Muzhafariah, sedangkan madrasah megah yang dijumpai di Mekah yakni madrasah qoi’it bey, didirikan oleh Sultan Mamluk di Mesir.
2.5. Kurikulum Pendidikan Pada Masa Bani Abbasyiyah
 Kurikulum Pendidikan Sebelum Berdirinya Madrasah.
  1. Kurikulum pendidikan rendah/dasar
Sebelum berdirinya madrasah, tidak ada tingkatan dalam pendidikan islam, tetapi hanya satu tingkat yang bermula dikuttab dan berakhir didiskusi halaqah. Tidak ada kurikulum khusus yang diikuti oleh seluruh umat islam, dilembaga kuttab biasanya diajarkan membaca dan menulis  al-qur’an, kadang diajarkan bahasa nahwu dan arudh. Sedangkan kurikulum yang ditawarkan oleh Ibnu Sina untuk tingkat ini yakni mengajari al-qur’an, alasannya yakni bawah umur dari segi fisik dan mental telah siap mendapatkan pendiktean.
Berikut sebuah riwayat yang bisa mengatakan citra wacana kurikulum pendidikan pada tingkat dasar pada ketika itu. Al Mufadhal bin Yazid menceritakan bahwa pada suatu hari ia berjumpa seorang bawah umur laki dari seorang baduwi. Karena merasa tertarik dengan anak itu, kemudian ia bertanya pada ibunya. Ibunya berkata kepada Yazid: “…apabila ia sudah berusia lima tahun saya akan menyerahkannya kepada seorang muaddib (guru), yang akan mengajarkannya menghapal dan membaca Al-Quran kemudian ia akan mengajarkannya syair. Dan apabila ia sudah dewasa, saya akan menyuruh orang mengajarinya naik kuda dan memanggul senjata kemudian ia akan mondar-mandir di lorong-lorong kampungnya untuk mendengarkan bunyi orang-orang yang minta pertolongan…”.
  1. Kurikulum pendidikan tinggi.
Kurikulum pendidikan tinggi, berpariasi tergantung pada syaikh yang mau mengajar para mahasiswa tidak terikat untuk mempelajari mata pelajaran tertentu, demikian juga guru tidak mewajibkan kepada mahasiswa untuk mengikuti kurikulum tertentu. Kurikulum pendidikan tingkat ini dibagi kepada dua jurusan, jurusan ilmu-ilmu agama dan jurusan ilmu pengetahuan.
Al-Khuwarazmi (Yusuf al-kutub, tahun 976) meringkas kurikulum agama sebagai berikut: Ilmu Fiqih, ilmu nahwu, ilmu kalam, ilmu kitabah (sekretaris), ilmu arudh, dan lain-lain.
Ikhwan Al-Ahafa mengklasifikasikan ilmu-ilmu umum kepada:
1) Disiplin-disiplin umum: tulis baca, arti baca gramatika, ilmu hitung, satra, ilmu wacana tanda dan isyarat, ilmu sihir, jimat, kimia, sulap, dagang, dan sebagainya.
2) Ilmu-ilmu filosofis: matematika, logika, ilmu angka-angka, geometri, astronomi, musik, aritmatika dan hukum-hukum geometri, dan sebagainya.
Kurikulum Pendidikan Setelah Berdirinya Madrasah.
Sejalan dengan perkembangan zaman dan tingkat kebutuhan, mendirikan madrasah dianggap krusial. Pendirian forum pendidikan tinggi islam ini terjadi di bawah patronase wazir Nizam Al-Mulk (1064 M). Biasanya sebuah madrasah dibangun untuk spesialis fiqih yang termasyhur dalam suatu mazhab yang empat. Umpamanya Nuruddin Mahmud bin Zanki telah mendirikan di Damaskus dan Halab beberapa madrasah untuk mazhab Hanafi dan Syafi’i dan telah dibangun juga sebuah madrasah untuk mazhab ini di kota Mesir.
Berdirinya madrasah, pada satu sisi, merupakan sumbangan islam bagi peradaban sesudahnya, tapi pada sisi lain membawa dampak yang jelek bagi dunia pendidikan setelah hegomoni negara terlalu kuat terhadap madrasah ini. Akibatnya kurikulum madrasah ini dibatasi hanya pada wilayah aturan (fiqih) dan teologi. ”pemakruhan” penggunaan nalar setelah runtuhnya Mu’tazilah, ilmu-ilmu profan yang sangat dicurigai dihapus dari kurikulum madrasah, mereka yang punya minat besar terhadap ilmu-ilmu ini terpaksa berguru sendiri-sendiri. Karenanya ilmu-ilmu profan banyak berkembang di forum nonformal.
BAB III
KESIMPULAN
Pada masa bani Abbasyiyah, pendidikan islam sangat berkembang pesat terutama pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid. Pada masa pemerintahannya, banyak bermunculan pemikiran-pemikiran gres yang bekerjasama dengan ilmu agama dan ilmu umum. Dan juga bermunculah tokoh-tokoh pendidikan islam yang sangat kuat dalam mengembangkan pendidikan agama maupun pendidikan umum.
Pada masa pemerintaha Ar-Rasyid banyak dibangun lembaga-lembaga pendidikan menyerupai Suffah, kuttab/maktab, halaqoh, majlis, masjid, khan, ribbat, rumah – ulama, rumah sakit, toko buku – perpustakaan, dan badiah. Juga yang hingga ketika ini masih dipergunakan oleh para pelajar untuk berguru pendidikan umum dan agama, yaitu Madrasah.

  
DAFTAR PUSTAKA
Suwito. 2008. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Yatim, Badri. 2000. Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.


Share on Google Plus

About Raden

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.