Pendidikan Islam Bagi Anak Di Lingkungan Keluarga

Judul : Pentingnya Peran Pendidikan Islam bagi Anak di Lingkungan Keluarga
Nama : Ratih Nurafriani
NIM : 1110012000005
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemahaman seorang anak perihal Islam memang masih sangat terbatas. Tapi kita harus memberikan pemahaman itu kepada mereka supaya mereka tidak menjadi orang yang merugikan bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Seperti yang telah kita ketahui, banyak anak yang melaksanakan kenakalan-kenakalan menyerupai mencuri, berbohong, berkelahi, dan sebagainya merupakan jawaban dari kurangnya pemahaman anak perihal Islam. Pengetahuan mereka perihal agama Islam sangat sedikit mereka dapatkan, baik di lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat.
Lingkungan keluarga merupakan daerah dimana seorang anak menerima pengetahuan dan pemahaman perihal agama dari orangtua (ayah dan ibu). Orangtua berperan penting dalam memberikan pendidikan kepada anak-anaknya terutama pendidikan agama Islam. Orangtua harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Karena seorang anak biasanya akan menggandakan sikap dan tingkah laris dari orang-orang terdekatnya terutama orangtua. Maka dari itu, kiprah orangtua disini sangat penting dalam membentuk kepribadian seorang anak.

1.2. Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun bertujuan untuk memberikan klarifikasi betapa pentingnya pendidikan agama Islam bagi perkembangan anak dan pembentukkan kepribadian seorang anak. Karena kesuksesan suatu negara tergantung dari susila para cowok zaman sekarang.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan merupakan salah satu alat untuk sanggup membimbing seseorang menjadi orang yang baik terutama pendidikan agama. Dengan pendidikan agama akan membentuk aksara akhlakul karimah bagi anak sehingga bisa memfilter mana pergaulan yang baik dan mana pergaulan yang tidak baik.
Pendidikan agama sesungguhnya pendidikan untuk pertumbuhan total seorang anak didik. Pendidikan agama ditujukan kepada penyempurnaan aneka macam keluhuran budi. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw.,
اِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الاَحْلاَقِ
Artinya : “Sesungguhnya Aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak.” (H.R. Ahmad )
Pendidikan Islam ialah sebuah sarana atau pun furshoh untuk menyiapkan masyarakat muslim yang benar-benar mengerti perihal Islam. Disini para pendidik muslim mempunyai satu kewajiban dan tanggung jawab untuk memberikan ilmu yang dimilikinya kepada anak didiknya baik melalui pendidikan formal maupun non formal.
Pendidikan Islam berbeda dengan pendidikan yang lain. Pendidikan Islam lebih mengedepankan nilai-nilai keislaman dan tertuju pada terbentuknya insan yang berakhlakul karimah serta taat dan tunduk kepada Allah semata. Sedangkan pendidikan selain Islam, tidak terlalu memprioritaskan pada unsur-unsur dan nilai-nilai keislaman, yang menjadi prioritas hanyalah pemenuhan kebutuhan indrawi saja.

2.2. Konsep Pendidikan Islam
Menurut konsep dalam Islam, proses tarbiyah (pendidikan) mempunyai tujuan untuk melahirkan suatu generasi gres dengan segala ciri-cirinya yang unggul dan beradab. Penciptaan generasi ini dilakukan dengan penuh keikhlasan dan ketulusan yang sepenuhnya dan seutuhnya kepada Allah SWT melalui proses tarbiyah. Melalui proses tarbiyah inilah, Allah SWT telah menampilkan pribadi muslim yang merupakan uswah dan qudwah melalui Muhammad SAW. Pribadinya merupakan manifestasi dan jelmaan dari segala nilai dan norma anutan Al-Qur’an dan sunah Rasulullah SAW.
Islam menghendaki aktivitas pendidikan yang menyeluruh, baik menyangkut aspek duniawi maupun ukhrowi. Maka hal ini, proses pendidikan sangat didukung banyak aspek, terutama guru atau pendidik, orang tua, dan juga lingkungan.
Lingkup bahan pendidikan Islam secara lengkap dikemukakan oleh Heri Jauhari Muchtar dalam bukunya “Fikih Pendidikan”, sebagaimana dikutip dalam Sismanto (2008), yang menyatakan bahwa pendidikan Islam itu meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
• Pendidikan keimanan (Tarbiyatul Imaniyah)
• Pendidikan moral/akhlak ((Tarbiyatul Khuluqiyah)
• Pendidikan jasmani (Tarbiyatul Jasmaniyah)
• Pendidikan rasio (Tarbiyatul Aqliyah)
• Pendidikan kejiwaan/hati nurani (Tarbiyatulnafsiyah)
• Pendidikan sosial/kemasyarakatan (Tarbiyatul Ijtimaiyah)
• Pendidikan seksual (Tarbiyatul Syahwaniyah)
Secara umum, keseluruhan ruang lingkup bahan pendidikan Islam yang tercantum di atas, sanggup dibagi manjadi 3 bahan pokok pembahasan. Ketiga pokok bahasan tersebut yakni; Tarbiyah Aqliyah (IQ learning), Tarbiyyah Jismiyah (Physical learning), dan Tarbiyatul Khuluqiyyah (SQ learning).
Pertama, ialah Tarbiyah Aqliyah (IQ learning). Tarbiyah aqliyah atau sering dikenal dengan istilah pendidikan rasional (intellegence question learning) merupakan pendidikan yang mengedapan kecerdasan akal. Tujuan yang diinginkan dalam pendidikan itu ialah bagaimana mendorong anak supaya bisa berfikir secara logis terhadap apa yang dlihat dan diindra oleh mereka.
Kedua, Tarbiyyah Jismiyah (Physical learning). Yaitu segala kegiatan yang bersifat fisik dalam ranhgka menyebarkan aspek-aspek biologis anak tingkat daya badan sehingga bisa untuk melaksanakan kiprah yang di berikan padanya baik secara individu ataupun sosial nantinya, dengan keyakinan bahwa dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang sehat “al-aqlussalim fi jismissaslim“ sehingga banyak di berikan beberapa permainan oleh mereka dalam jenis pendidikan ini.
Dan ketiga, Tarbiyatul Khuluqiyyah (SQ learning) Makna tarbiyah khuluqiyyah disini di artikan sebagai konsistensi seseorang bagaimana memegang nilai kebaikan dalam situasi dan kondisi apapun ia berada seperti; kejujuran, keikhlasan, mengalah, bahagia bekerja dan berkarya, kebersihan, keberanian dalam membela yang benar, bersandar pada diri sendiri (tidak bersandar pada orang lain), dan begitu juga bagaimana tata cara hidup berbangsa dan bernegara.
2.3. Peran Orang Tua (Keluarga) dalam Pendidikan Anak
Orang renta dan bawah umur pada umumnya mempunyai kekerabatan yang sangat erat baik secara fisik dan emosional. Hubungan semacam ini membuat bawah umur merasa kondusif dan dicintai. Peran orang renta dalam mendidik anak-anaknya di lingkungan keluarga tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Karena keluarga merupakan daerah pertumbuhan anak yang pertama di mana ia mendapatkan dampak dari anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupanya (usia pra-sekolah). Sebab pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan sangat membekas, sehingga tak gampang hilang atau berubah sudahnya.
Pendidikan dan bimbingan dimulai semenjak usia dini tujuannya ialah membuat anak mempunyai kepribadian yang Islami, dengan aksara dan moral yang baik, prinsip-prinsip Islam yang kuat, mempunyai sarana untuk menghadapi tuntutan hidup dengan cara yang matang dan bertanggung jawab.
Salah satu dasar pentingnya kiprah orang renta dalam mendidika anak ialah sabda Rasulullah Saw. Yang menyatakan bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanya lah yang menjadikannya nasrani, yahudi atau majusi.
Berdasarkan Hadits ini, terperinci sekali bahwa anak dilahirkan dalam keadaan suci menyerupai kertas putih yang belum terkena noda. Anak ialah karunia Allah yang tidak sanggup dinilai dengan apa pun. Ia menjadi daerah curahan kasih sayang orang tua. Ia akan berkembang sesuai dengan pendidikan yang diperoleh dari kedua orang tuanya dan juga lingkungan disekitarnya.
Secara umum, dalam hal ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para orangtua muslim dalam mendidik anak:
• Orang renta perlu memahami perihal apa yang dimaksud dengan pendidikan anak dan tujuannya.
• Banyak menggali informasi perihal pendidikan anak.
• Memahami kiat mendidik anak secara praktis. Dengan demikian setiap tanda-tanda dalam tahap-tahap pertumbuhan pertumbuhan anak sanggup ditanggapi dengan cepat.
• Sebelum mentransfer nilai, kedua orang renta harus melaksanakan lebih dulu dalam kehidupan sehari-hari. Karena di usia kecil, bawah umur cerdas cenderung menggandakan dan merekam segala perbuatan orang terdekat. Bersegera mengajarkan dan memotivasi anak untuk menghafal Al- Quran. Kegunaannya di samping semenjak dini mengenalkan Yang Maha Kuasa pada anak, juga untuk mendasari jiwa dan akalnya sebelum mengenal pengetahuan yang lain.
• Menjaga lingkungan si anak, harus membuat lingkungan yang sesuai dengan anutan yang diberikan pada anak.
Akan tetapi, dalam mendidik anak orang renta hendaknya berperan sesuai dengan fungsinya. Masing-masing saling mendukung dan membantu. Bila salah satu fungsi rusak, anak akan kehilangan identitas. Pembagian kiprah dalam Islam sudah jelas, kiprah ayah tidak diabaikan, tapi kiprah ibu menjadi hal sangat penting dan menentukan.
Pendidikan anak akan berhasil bila diwujudkan dengan mengikuti langkah-langkah kongkrit dalam hal penanaman nilai-nilai Islam pada diri anak. Sehubungan dengan hal ini, Abdurrah-man An-Nahlawi mengemukakan tujuh kiat dalam mendidik anak, yaitu:
1. Dengan Hiwar (dialog)
Mendidik anak dengan hiwar (dialog) merupakan suatu keharusan bagi orang tua. Oleh alasannya ialah itu kemampuan berdialog mutlak harus ada pada setiap orang tua. Dengan hiwar, akan terjadi komunikasi yang dinamis antara orang renta dengan anak, lebih gampang dipahami dan berkesan. Selain itu, orang renta sendiri akan tahu sejauh mana perkembangan pemikiran dan sikap anaknya.
Dalam mendidik umatnya, Rasulullah SAW sering memakai metode ini. Anak-anak sering menanyakan: apa betul Allah itu ahad, katanya Tuhan itu ada di mana-mana. Pada usia remaja atau dewasa, obrolan dengan orang renta itu sangat diharapkan dalam menghadapi dilema hidup yang semakin kompleks seiring dengan lingkungan anak yang semakin luas.
2. Dengan Kisah
Kisah mempunyai fungsi yang sangat penting bagi perkembangan jiwa anak. Suatu kisah bisa menyentuh jiwa dan akan memotivasi anak untuk merubah sikapnya. Kalau kisah yang diceritakan itu baik, maka kelak ia berusaha menjadi anak baik, dan sebaliknya bila kisah yang diceritakan itu tidak baik, sikap dan perilakunya akan berubah menyerupai tokoh dalam kisah itu.
Banyak sekali kisah-kisah sejarah, baik kisah para nabi, teman atau orang-orang shalih, yang bisa dijadikan pelajaran dalam membentuk kepribadian anak. Contohnya, banyak bawah umur jadi malas, tidak mau berusaha dan mau terima beres. Karena kisah yang menarik baginya ialah kisah khayalan yang menampilkan pribadi malas tetapi selalu ditolong dan diberi kemudahan.
3. Dengan Perumpamaan
Al-Qur`an dan al-hadits banyak sekali mengemukakan perumpamaan. Jika Allah SWT dan Rasul-Nya mengungkapkan perumpamaan, secara tersirat berarti orang renta juga harus mendidik anak-anaknya dengan perumpamaan. Sebagai contoh, orang renta berkata pada anaknya, “Bagaimana pendapatmu bila ada seorang anak yang rajin shalat, ulet mencar ilmu dan hormat pada kedua orang tuanya, apakah anak itu akan disukai oleh ayah dan ibunya?” Tentu si anak berkata, “Tentu, anak itu akan disukai oleh ibunya.”
Dari ungkapan menyerupai itu, orang renta bisa melanjutkan aba-aba terhadap anak-anaknya hingga sang anak betul-betul bisa menyadari, bahwa kalau mau disukai orang tuanya yang harus dilakukan sang anak ialah rajin shalat, ulet mencar ilmu dan hormat pada keduanya. Begitu seterusnya dengan persoalan-persoalan lain.
4. Dengan Keteladanan
Orang renta merupakan pribadi yang sering ditiru anak-anaknya. Kalau sikap orang renta baik, maka anaknya menggandakan hal-hal yang baik dan bila sikap orang tuanya buruk, maka biasanya anaknya menggandakan hal-hal jelek pula. Dengan demikian, keteladanan yang baik merupakan salah satu kiat yang harus diterapkan dalam mendidik anak.
Kalau orang renta menginginkan anak-anaknya menjadi anak shaleh, maka yang harus shalih duluan ialah orang tuanya. Sebab, dari keshalehan mereka, bawah umur akan meniru, dan menggandakan itu sendiri merupakan gharizah (naluri) dari setiap orang.
5. Dengan Latihan dan Pengamalan
Anak shalih bukan hanya anak yang berdoa untuk orang tuanya. Anak shalih ialah anak yang berusaha secara maksimal melaksanakan anutan Islam dalam kehidupan sehari-hari. Untuk melaksanakan anutan Islam, seorang anak harus dilatih semenjak dini dalam praktik pelaksanaan anutan Islam menyerupai shalat, puasa, berjilbab bagi yang puteri, dan sebagainya.
Tanpa latihan yang dibiasakan, seorang anak akan sulit mengamalkan anutan Islam, meskipun ia telah memahaminya. Oleh alasannya ialah itu seorang ibu harus menanamkan kebiasaan yang baik pada anak-anaknya dan melaksanakan kontrol supaya sang anak disiplin dalam melaksanakan Islam.
6. Dengan ‘Ibrah dan Mauizhah
Dari kisah-kisah sejarah, para orang renta bisa mengambil pelajaran untuk anak-anaknya. Begitu pula dengan insiden aktual, bahkan dari kehidupan makhluk lain banyak sekali pelajaran yang bisa diambil. Bila orang renta sudah berhasil mengambil pelajaran dari suatu insiden untuk anak-anaknya, selanjutnya pada mereka diberikan mau’izhah (nasihat) yang baik.
Misalnya dengan kepercayaan yang kuat, umat Islam yang sedikit, bisa mengalahkan orang kafir yang banyak di perang Badar. Sesuatu yang berat dan besar bisa dipindahkan, bila kita berhubungan menyerupai semut-semut sesungguhnya membawa sesuatu, dan begitulah seterusnya.
Memberi hikmah itu tidak selalu harus dengan kata-kata. Melalui kejadian-kejadian tertentu yang menggugah hati, juga bisa menjadi nasihat, menyerupai menjenguk orang sakit, ta’ziyah pada orang yang mati, ziarah ke kubur, dan sebagainya.
7. Dengan Targhib dan Tarhib
Targhib ialah janji-janji menyenangkan bila seseorang melaksanakan kebaikan, sedang tarhib ialah bahaya mengerikan bagi orang yang melaksanakan keburukan. Banyak sekali ayat dan hadits yang mengungkapkan kesepakatan dan ancaman. Itu artinya orang renta juga mesti menerapkannya dalam pendidikan anak-anaknya.
Dalam Islam, targhib dan tarhib dikaitkan dengan dilema akhirat, yaitu nirwana dan neraka. Sehingga, sikap yang lahir dari sang anak melalui metode ini lebih kokoh alasannya ialah terkait dengan kepercayaan kepada Allah dan Hari Akhir. Metode ini dimaksudkan untuk menggugah dan mendidik insan supaya mempunyai perasaan robbaniyah, menyerupai khauf (takut) pada Allah, khusyu’ (merendahkan diri) di hadapan Allah, mahabbah (cinta) kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.

Dalam mendidik anak setidaknya ada dua macam hambatan atau tantangan: yakni tantangan yang bersifat internal dan yang bersifat eksternal. Sumber tantangan internal yang utama ialah orangtua itu sendiri, contohnya ketidakcakapan orangtua dalam mendidik anak atau ketidak harmonisan rumah tangga. Sunatullah telah menggariskan, bahwa pengembangan kepribadian anak haruslah berimbang antara fikriyah (pikiran), ruhiyah (ruh), dan jasadiyahnya (jasad). Tantangan eksternal mungkin bersumber dari lingkungan rumah tangga, contohnya interaksi dengan sobat bermain dan mitra sebayanya. Di samping itu peranan media massa sangat pula besar lengan berkuasa dalam perkembangan tingkah laris atau kepribadian anak. Informasi yang disebarluaskan media massa baik cetak maupun elektronik mempunyai daya tarik yang sangat kuat.
Maka dari itu, kiprah pendidikan islam penting supaya seorang anak tidak secara pribadi mendapatkan pengaruh-pengaruh yang jelek dari luar yang mengakibatkan sikap dan tingkah lakunya menjadi jelek pula. Disinilah kiprah orang renta juga penting supaya mereka sanggup membatasi anak-anaknya dalam menentukan sobat pergaulan sehingga sang anak tidak menjadi anak yang nakal.

2.4. Peran Pendidikan Agama Islam bagi Anak
Pelaksanaan pendidikan agama yang diberikan bukan hanya menimbulkan insan yang bakir dan terampil, akan tetapi jauh daripada itu ialah untuk menimbulkan insan yang mempunyai moral dan akhlakul karimah. Dengan moral dan akhlakul karimah yang dimilikinya akan bisa mengarahkan minatnya untuk terus mencar ilmu mencari ilmu.
Para jago pendidik Islam telah setuju bahwa maksud dari pendidikan dan pengajaran bukanlah memenuhi otak anak didik, tetapi maksudnya ialah mendidik susila dan jiwa mereka, dengan kesopanan yang tinggi, rasa fadhilah (keutamaan), mempersiapkan mereka untuk kehidupan yang seluruhnya nrimo dan jujur. Pendidikan agama memberikan pertolongan dan rasa aman, kkhususnya bagi anak dalam menghadapi lingkungannya.
Pada akhirnya, tujuan pendidikan Islam itu tidak terlepas dari tujuan nasional yang membuat insan Indonesia seutuhnya, seimbang kehidupan duniawi dan ukhrawi. Dalam AlQur’an sudah terang dikatakan bahwa insan itu diciptakan untuk mengabdi kepada Allah Swt. Sebagaimana firman Allah Swt. :
      
Artinya : “Dan saya tidak membuat jin dan insan melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Agama merupakan salah satu faktor pengendalian terhadap tingkah laris anak-anak. Hal ini sanggup dimengerti alasannya ialah agama mewarnai kehidupan masyarakat setiap hari. Pembinaan dan bimbingan melalui pendidikan agama sangat besar pengaruhnya bagi anak sebagai alat pengontrol dari segala bentuk sikap dan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari.
2.5. Akibat Kurangnya Pendidikan Islam pada Anak
Khususnya terhadap para siswa SD (SD) pendidikan agama sangat penting sebagai benteng semenjak dini dari hal-hal yang tidak baik. Terlebih ketika ini, realitas memperlihatkan bahwa bawah umur usia dini sudah banyak terlibat dengan sikap tidak baik, menyerupai tawuran, sikap amoral/asusila, narkoba, pornografi dan pornoaksi, dan lain-lain.
Berdasarkan hasil survey Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Yayasan Kita dan Buah hati memperlihatkan bahwa 67% siswa SD pernah mengakses pornografi melalui media komik dan internet. Survey yang dilakukan meliputi 2.818 siswa SD kelas 4-6 di Indonesia semenjak Januari 2008 s/d Februari 2010. Akibat labih jauh dari minimnya pendidikan agama semenjak SD, maka sikap menyimpang di usia Sekolah Menengah Pertama semakin meningkat. Menurut Komisi Nasional Perlindungan Anak merilis data bahwa 62,7% remaja putri Sekolah Menengah Pertama di Indonesia sudah tidak perawan.
Hasil lain, ternyata 93.7% siswa Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengan Atas pernah berciuman, 21,2% remaja Sekolah Menengah Pertama mengaku pernah pengguguran dan 97% remaja Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengan Atas pernah melihat film porno. Kenyataan ini seharusnya menyadarkan kita untuk membekali bawah umur usia SD (SD)khususnya dengan dasar ilmu agama yang layak. Salah satu forum pendidikan yang sangat kompeten memberikan bekal pengetahuan agama bagi bawah umur usia SD ialah Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA). Selama ini, lebih banyak didominasi orang renta yang mempunyai anak usia SD memandang sebelah mata bahkan tidak peduli dengan MDA kerana menganggap tidak punya jaminan masa depan. Padahal, MDA ialah forum pendidikan agama Islam yang menanamkan prinsip-prinsip dasar anutan agama Islam.
2.6. Peran Pendidikan Islam dalam Menghadapi Perkembangan Teknologi
Kemajuan teknologi yang semakin pesat telah merebut perhatian anak-anak. Banyak dari mereka yang mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi terhadap teknologi yang berkembang ketika ini. Mereka mulai mencoba-coba teknologi tersebut. Hingga pada akibatnya mereka melupakan kewajibannya sebagai anak untuk belajar.
Seorang anak boleh saja mempunyai rasa keingintahuan perihal hal yang baru. Tapi bila tidak dilandari dengan pendidikan agama yang baik memungkinkan mereka untuk mencoba hal-hal yang gres yang justru hal itu dihentikan dalam agama, menyerupai tawuran, mengakses pornografi dan pornoaksi, narkoba, dsb.
Dalam hal ini, pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan untuk memberikan pemahaman kepada bawah umur supaya sanggup membatasi diri dalam mengenal lingkungannya menyerupai teknologi yang berkembang ketika ini. Karena bila mereka terus menerus mengikuti perkembangan zaman dan tidak dilandasi dengan agama yang kuat, kemungkinan besar susila yang jelek akan menempel dalam diri mereka. Maka dari itu, orang renta harus selalu mengawasi kegiatan anak-anak, baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat. Sebagai hasilnya, ketika orang renta menentukan batasan-batasan bagi anak mereka, ia sudah bisa memahami bahwa standar yang harus diikutinya itu tidak hanya merupakan keinginan-keinginan pribadinya, namun hukum-hukum Allah, yang kepadanya orang renta menjadi subjek menyerupai halnya dirinya sendiri.

BAB III
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan pada potongan sebelumnya, sanggup disimpulkan bahwa pendidikan Islam bagi perkembangan kepribadian anak sangatlah penting. Disamping itu, kiprah orang renta pula sangat mensugesti anak dalam membentuk kepribadiannya, apakah sang anak akan menjadi anak yang baik atau buruk.
Seorang anak yang semenjak kecilnya tidak diberikan pengetahuan perihal agama oleh orang tuanya, kelak ketika mereka cukup umur akan gampang terpengaruh oleh pemahaman-pemahaman yang mungkin akan mensugesti kepribadiannya terutama akhlaknya.

Share on Google Plus

About Raden

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.