Proses Pengambilan Keputusan Penemuan Pendidikan



MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Difusi Inovasi Pendidikan
yang dibina oleh Ibu Suwarti







                                                                             Oleh:
Kelompok 11/ Offering K3
Ida Nur Aida                                               130151614017 (20)
Muhammad Muhtar Asngari                      130151613978 (24)
Titin Risanti                                                130151613981 (34)


 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dewasa ini, kehidupan banyak mengalami perkembangan yang signifikan baik pada bidang teknologi, kesehatan, ekonomi maupun dalam dunia pendidikan. Hal-hal gres kian usang kian bermunculan dan semakin membantu dalam kinerja banyak sekali bidang tersebut. Ada yang bermanfaat untuk hal-hal yang kecil saja, namun banyak juga yang bermanfaat untuk hal-hal besar serta masyarakat luas. Masyarakatpun semakin dimanjakan dengan banyak sekali hal-hal gres yang tentunya menawarkan kemudahan di banyak sekali bidang kehidupan.
Sesuatu yang gres itu sanggup memunculkan berupa balasan atau respon yang baik ataupun respon yang jelek dari banyak sekali pihak. Sehingga seseorang atau individu mempunyai hak untuk mendapatkan maupun menolak apabila dianggap sesuatu yang gres itu atau penemuan tersebut kurang bermanfaat bagi kehidupan. Menerima atau tidak mendapatkan suatu penemuan sanggup dilakukan sesudah individu mendapatkan atau memperoleh suatu penemuan yang gres disebarluaskan. Namun respon dari individu terhadap penemuan yang ada tersebut tidak hanya untuk mendapatkan atau tidak menerima, namun haruslah dipikir secara mendalam serta dengan pertimbangan yang baik.
Ketika individu menerima, muncul pertanyaan apakah penemuan yang diterimanya itu sanggup bermanfaat baik baginya? Apakah penemuan yang diterima tersebut bisa dipakai dalam jangka waktu yang lama? Sementara bagi seorang individu yang tidak mendapatkan inovasi, juga harus mempertimbangkan ulang keputusan yang ia ambil. Apakah ketika ia tidak mendapatkan inovasi, ternyata penemuan tersebut amat bermanfaat baginya suatu hari nanti? Oleh lantaran itu, proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan suatu penemuan perlu pertimbangan yang mendalam dan cerdas.
1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Apakah pengertian proses keputusan inovasi?
1.2.2        Apa saja model proses keputusan inovasi?
1.2.3        Apa saja tipe keputusan inovasi?

1.3  Tujuan
1.3.1        Menjelaskan pengertian proses keputusan inovasi
1.3.2        Menjelaskan model proses keputusan inovasi
1.3.3        Menjelaskan tipe keputusan inovasi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Proses Keputusan Inovasi
Di dalam dunia pendidikan sangat perlu diadakan inovasi-inovasi terbaru guna berbagi dunia pendidikan ke arah yang lebih baik. Adanya penemuan pendidikan tidak terlepas dari adanya peruses pengambilan keputusan inovasi. Menurut Sa’ud (2010) menyampaikan bahwa proses keputusan penemuan ialah proses yang dilalui (dialami) individu (unit pengambil keputusan yang lain), mulai dari pertama tahu adanya inovasi, kemudian dilanjutkan dengan keputusan oke terhadap inovasi, penerapan keputusan mendapatkan atau menolak inovasi, implementasi penemuan dan konfirmasi terhadap keputusan penemuan yang telah diambilnya. Proses keputusan penemuan bukan kegiatan yang sanggup berlangsung seketika, tetapi merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu, sehingga individu atau organisasi sanggup menilai gagasan yang gres itu sebagai materi pertimbangan untuk selanjutnya akan menolak atau mendapatkan penemuan dan menerapkannya.
Ciri pokok keputusan penemuan dan merupakan perbedaannya dengan tipe keputusan yang lain berdasarkan Sa’ud (2010) ialah dimulai dengan adanya ketidaktentuan (uncertainty) wacana sesuatu (inovasi). Misalnya seseorang harus mengambil keputusan antara menghadiri rapat atau bermain olahraga, maka kita sudah tahu apa yang akan dilakukan kalau olahraga begitu pula apa yang akan dilakukan kalau menghadiri rapat. Rapat dan olahraga bukan hal yang baru. Pertimbangan dalam mengambil keputusan mana yang paling menguntungkan sesuai dengan kondisi ketika itu. Keputusan ini bukan merupakan keputusan inovasi. Tetapi kalau kita harus mengambil untuk mengganti penggunaan kompor minyak dengan kompor gas yang sebelumnya belum pernah tahu wacana kompor gas, maka keputusan ini yakni keputusan inovasi. Proses pengambilan keputusan mau tidak mau menggunakan kompor gas, dimulai dengan adanya serba ketidaktentuan wacana kompor gas. Masih terbuka banyak sekali alternative, mungkin lebih bersih, lebih hemat, lebih tahan lama, tetapi juga mungkin berbahaya dan sebagainya. Untuk hingga pada keputusan yang mantap mendapatkan atau menolak kompor gas perlu informasi. Dengan kejelasan gosip akan mengurangi ketidaktentuan dan berani mengambil keputusan.

2.2    Model Proses Keputusan Inovasi
Ada beberapa tahap dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Menurut Roger (dalam Sa’ud:2010) proses keputusan penemuan terdiri 5 tahap, yaitu (1) tahap pengetahuan, (2) tahap bujukan, (3) tahap keputusan, (4) tahap implementasi, dan (5) tahap konfirmasi.

2.2.1        Tahap Pengetahuan (Knowledge)
Proses keputusan penemuan dimulai dengan tahap pengetahuan yaitu tahap pada ketika seseorang menyadari adanya suatu penemuan dan ingin tahu bagaimana fungsi penemuan tersebut. Pengertian menyadari dalam hal ini bukan memahami tapi membuka diri untuk mengetahui inovasi. Seseorang menyadar atau membuka diri terhadap suatu penemuan tentu dilakukan secara aktif bukan secara pasif. Misalnya pada program siaran televisi disebutkan banyak sekali macam acara, salah satu menyebutkan bahwa pada jam 19.30 akan ada siaran wacana metode gres cara megajar berhitung di Sekolah Dasar. Guru A yang mendengar dan melihat program tersebut kemudian sadar bahwa ada metode gres tersebut, maka pada diri guru A tersebut sudah mulai proses keputusan penemuan pada tahap pengetahuan. Sedangkan guru B walaupun mendengar dan melihat program TV, tidak ada cita-cita untuk tahu, maka belum terjadi proses keputusan inovasi.
Seseorang menyadari perlunya mengetahui penemuan biasanya tentu berdasarkan pengamatannya wacana penemuan itu sesuai dengan kebutuhan, minat atau mungkin juga kepercayaannya. Seperti pola Guru A tersebut, berarti ia ingin tahu metode gres berhitung lantaran ia memerlukannya. Adanya penemuan menumbuhkan kebutuhan lantaran kebetulan ia merasa butuh. Tetapi mungkin juga terjadi bukan lantaran seseorang butuh sesuatu maka untuk memenuhinya diadakan inovasi. Dalam kenyataan di masyarakat hal yang kedua ini jarang terjadi, lantaran banyak orang tidak tahu apa yang diperlukan. Apalagi dalam bidang pendidikan, yang sanggup mencicipi perlunya ada perubahan biasanya orang yang ahli, sedang guru sendiri belum tentu mau mendapatkan perubahan atau penemuan yang bekerjsama dibutuhkan untuk mengefektifkan pelaksanaan tugasnya. Sebagaimana halnya berdasarkan dokter, bahwa seseorang perlu makan vitamin, tetapi orang itu tidak menginginkannya dan sebaliknya bekerjsama seseorang menginginkan sate tetapi berdasarkan dokter justru sate membahayakan. Setelah seseorang menyadari adanya penemuan dan membuka dirinya untuk mengetahui inovasi, maka keaktifan untuk memenuhi kebutuhan ingin tahu wacana penemuan itu bukan hanya berlangsung pada tahap pengetahuan saja tetapi juga pada tahap yang lain bahkan hingga tahap konfirmasi masih ada cita-cita untuk mengetahui aspek-aspek tertentu dari inovasi.
Inovasi terdiri dari jenis-jenis pengetahuan yang berbeda. Inovasi secara khusus mengandung gosip software, yang berada dalam penemuan dan berfungsi untuk mengurangi ketidakpastian mengenai hubungan sebab-akibat yang terlibat dalam mencapai hasil yang diinginkan. Pengetahuan how-to mengandung gosip yang penting untuk menggunakan penemuan secara tepat. Pengetahuan prinsip mengandung gosip yang bekerjasama dengan prinsip-prinsip pemungsian yang mendasari bagaimana penemuan itu bekerja.  Kebanyakan biro perubahan sepertinya memusatkan usaha-usaha mereka pada penciptaan kesadaran-pengetahuan, walaupun tujuan ini seringkali sanggup dicapai secara lebih efisien dalam banyak sistem klien dengan saluran-saluran media massa. Agen-agen perubahan juga kemungkinan memainkan kiprah yang penting dalam proses pembuatan-inovasi kalau mereka memusatkan pada pengetahuan how-to.
Berikut yakni  hasil-hasil dari temuan menyangkut pengetahuan awal wacana penemuan berdasarkan indrawati (2009)
Generalisasi 5-1: Orang yang mengetahui penemuan lebih awal mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dibanding yang lebih lambat.
Generalisasi 5-2: Orang yang mengetahui penemuan lebih awal mempunyai status sosial yang lebih tinggi dibanding yang lebih lambat.
Generalisasi 5-3: Orang yang mengetahui penemuan lebih awal lebih terekspos pada saluran-saluran komunikasi media massa dibanding yang lebih lambat.
Generalisasi 5-4: Orang yang mengetahui penemuan lebih awal lebih terekspos pada saluran-saluran komunikasi interpersonal dibanding yang lebih lambat.
Generalisasi 5-5: Orang yang mengetahui penemuan lebih awal lebih terekspos mempunyai lebih banyak kontak biro perubahan dibanding yang lebih lambat.
Generalisasi 5-6: Orang yang mengetahui penemuan lebih awal mempunyai partisipasi sosial yang lebih banyak dibanding yang lebih lambat.
Generalisasi 5-7: Orang yang mengetahui penemuan lebih awal lebih bersifat kosmopolit dibanding yang lebih lambat.
Karakteristik pengetahu penemuan yang lebih awal ini sama dengan karakteristik inovator: pendidikan yang lebih tinggi, status sosial yang lebih tinggi, dll.

2.2.2             Tahap Bujukan (Persuation)
Pada tahap persuasi dari proses keputusan inovasi, seseorang membentuk perilaku menyenangi atau tidak menyenangi terhadap inovasi. Jika pada tahap pengetahuan proses kegiatan mental yang utama bidang kognitif, maka pada tahap persuasi yang berperan utama bidang afektif atau perasaan. Seseorang tidak sanggup menyenangi penemuan sebelum ia tahu lebih dulu wacana inovasi.
Dalam tahap persuasi ini lebih banyak keaktifan mental yang memegang peran. Seseorang  akan berusaha mengetahui lebih banyak wacana penemuan dan menafsirkan gosip yang diterimanya. Pada tahap ini berlangsung seleksi gosip diubahsuaikan dengan kondisi dan sifat pribadinya. Di sinilah peranan karakteristik penemuan dalam menghipnotis proses keputusan inovasi.
Dalam tahap persuasi ini juga sangat penting kiprah kemampuan untuk mengantisipasi kemungkinan penerapan penemuan di masa datang. Perlu ada kemampuan untuk memproyeksikan penerapan penemuan dalam pemikiran berdasarkan kondisi dan situasi yang ada. Untuk mempermudah proses mental itu, perlu adanya citra yang terang wacana bagaimana pelaksanaan inovasi, jka mungkin hingga pada konsekuensi inovasi.
Hasil  dari tahap persuasi yang utama ialah adanya penentuan menyenangi atau tidak menyenangi inovasi. Diharapkan hasil tahap persuasi akan mengarahkan proses keputusan penemuan atau dengan kata lain ada kecenderungan kesesuaian antara menyenangi penemuan dan menerapkan inovasi. Namun perlu diketahui bahwa bekerjsama antara perilaku dan acara masih bisa ada jarak. Orang menyenangi penemuan belum tentu ia menerapkan inovasi. Ada jarak atau kesenjangan antara pengetahuan-sikap, dan penerapan (praktik). Misalnya seorang guru tahu wacana metode diskusi, tahu cara menggunakannya, dan bahagia seandainya menggunakan, tetapi ia tidak pernah menggunakan, lantaran beberapa faktor: tempat duduknya tidak memungkinkan, jumlah siswanya terlalu besar, dan takut materi pelajarannya tidak akan sanggup disajikan sesuai dengan batas waktu yang ditentukan. Perlu ada pinjaman pemecahan masalah.
2.2.3        Tahap Keputusan (Decision)
            Tahap keputusan dari proses inovasi, berlangsung kalau seseorang melaksanakan kegiatan yang mengarah untuk tetapkan mendapatkan atau menolak inovasi. Menerima penemuan berarti sepenuhnya akan menerapkan inovasi. Menolak penemuan berarti tidak akan menerapkan inovasi.
            Sering terjadi seseorang akan mendapatkan penemuan sesudah ia mencoba lebih dahulu. Bahkan kalau mungkin mencoba sebagian kecil lebih dahulu, gres kemudian dilanjutkan secara keseluruhan kalau sudah terbukti berhasil sesuai dengan yang diharapkan. Tetapi tidak semua penemuan sanggup dicoba dengan dipecah menjadi beberapa bagian. Inovasi yang sanggup dicoba penggalan demi penggalan akan lebih cepat diterima. Dapat juga terjadi percobaan cukup dilakukan sekelompok orang dan yang lain cukup mempercayai dengan hasil percobaan temannya.
            Perlu diperhatikan bahwa dalam kenyataannya pada setiap tahap dalam proses keputusan penemuan sanggup terjadi penolakan inovasi. Misalnya penolakan sanggup terjadi pada awal tahap pengetahuan, sanggup juga terjadi pada tahap persuasi, mungkin juga terjadi sesudah konfirmasi, dan sebagainya.
            Ada dua macam penolakan penemuan yaitu: (a) penolakan aktif artinya penolakan penemuan sesudah melalui proses mempertimbangkan untuk mendapatkan penemuan atau mungkin sudah mencoba lebih dahulu, tetapi keputusan simpulan menolak inovasi, dan (b) penolakan pasif, artinya penolakan penemuan dengan tanpa pertimbangan sama sekali.
            Dalam pelaksanaan difusi penemuan antara: pengetahuan, persuasi dan keputusan penemuan sering berjalan bersamaan. Satu dengan yang lain saling berkaitan. Bahkan untuk jenis penemuan tertentu dan dalam kondisi tertentu sanggup terjadi urutan : pengetahuan – keputusan penemuan - gres persuasi.
2.2.4        Tahap Implementasi (Implementation)
            Tahap implementasi dari proses keputusan penemuan terjadi apabila seseorang menerapkan inovasi. Dalam tahap implementasi ini berlangsung keaktifan baik mental maupun perbuatan. Keputusan peserta gagasan atau inspirasi gres dibuktikan dalam praktik. Pada umumnya implementasi tentu mengikuti hasil keputusan inovasi. Tetapi sanggup juga terjadi lantaran sesuatu hal sudah tetapkan mendapatkan penemuan tidak diikuti implementasi. Biasanya hal ini terjadi lantaran kemudahan penerapan yang tidak tersedia.
            Kapan tahap implementasi berakhir? Mungkin tahap ini berlangsung dalam waktu yang sangat lama, tergantung dari keadaan penemuan itu sendiri.tetapi biasanya suatu tanda bahwa taraf implementadi penemuan berakhir kalau penerapan penemuan itu sudah melembaga atau sudah menjadi hal-hal yang bersifat rutin. Sudah tidak merupakan hal yang gres lagi.
            Hal-hal yang memungkinkan terjadinya re-Invensi antara penemuan yang sangat komplek dan sukar dimengerti, peserta penemuan kurang sanggup memahami penemuan lantaran sukar untuk menemui biro pembaharu, penemuan yang memungkinkan banyak sekali kemungkinan komunikasi, apabila penemuan diterapkan untuk memecahkan duduk kasus yang sangat luas, pujian akan inovasi, yang dimiliki oleh suatu kawasan tertentu juga sanggup menyebabkan reinvensi.
Kebanyakan para jago di masa kemudian telah menciptakan perbedaan antara invensi dan inovasi. Menurut fitriani (2013) Invensi yakni proses dimana gagasan gres ditemukan atau dibuat, sementara adopsi yakni keputusan untuk menggunakan penuh suatu penemuan sebagai rangkaian tindakan terbaik. Oleh lantaran itu, adopsi yakni proses untuk mengadopsi gagasan yang ada. Perbedaan antara invensi dan adopsi ini tidaklah begitu terang ketika kita mengakui bahwa penemuan bukanlah sifat yang tetap ketika melebur dalam sistem sosial. Untuk alasan inilah, “re-invensi”tampaknya merupakan kata yang sempurna untuk menggambarkan sejauh mana suatu penemuan itu berubah atau dimodifikasi oleh pengguna dalam proses adopsi dan implementasinya. Jadi, Re-invensi yakni sejauh mana suatu penemuan itu berubah atau dimodifikasi oleh pengguna dalam proses pengambilan dan implementasinya. Re-invensi terjadi pada tahap implementasi untuk penemuan tertentu dan pengadopsi tertentu.

2.2.5        Tahap Konfirmasi (Confirmation)
            Dalam tahap konfirmasi ini seseorang mencari penguatan terhadap keputusan yang telah diambilnya, dan ia sanggup menarik kembali keputusannya kalau memang diperoleh gosip yang bertentangan dengan gosip semula. Tahap konfirmasi ini bekerjsama berlangsung secara berkelanjutan semenjak terjadi keputusan mendapatkan atau menolak penemuan yang berlangsung dalam waktu yang tak terbatas. Selama dalam konfirmasi seseorang berusaha menghindari terjadinya disonansi paling tidak berusaha menguranginya.
            Terjadinya perubahan tingkah laris seseorang antara lain disebabkan lantaran terjadinya ketidakseimbangan internal. Orang itu merasa dalam dirinya ada sesuatu yang tidak sesuai atau tidak selaras yang disebut disonansi, sehingga orang itu merasa tidak enak. Jika seseorang merasa dalam dirinya terjadi disonansi, maka ia akan berusaha untuk menghilangkannya atau paling tidak menguranginya dengan cara mengubah pengetahuannya, perilaku atau perbuatannya. Dalam hubungannya dengan difusi inovasi, perjuangan mengurangi disonansi sanggup terjadi :
·      Apabila seseorang menyadari akan sesuatu kebutuhan dan berusaha mencari sesuatu untuk memenuhi kebutuhan contohnya dengan mencari gosip wacana inovasi. Hal ini terjadi pada tahap pengetahuan dalam proses keputusan inovasi.
·      Apabila seseorang tahu wacana penemuan dan telah bersikap menyenangi penemuan tersebut, tetapi belum tetapkan keputusan untuk mendapatkan inovasi. Maka ia akan berusaha untuk menerimanya, guna mengurangi adanya disonansi antara apa yang disenangi dan diyakini dengan apa yang dilakukan. Hal ini terjadi pada tahap keputusan inovasi, dan tahap implementasi dalam proses keputusan inovasi.
·      Setelah seseorang tetapkan mendapatkan dan menerapkan inovasi, kemudian diajak untuk menolaknya. Maka disonansi ini sanggup dikurangi dengan cara tidak melanjutkan penerimaan dan penerapan penemuan (discontinuing).
Ada kemungkinan lagi seseorang telah tetapkan untuk menolak inovasi, kemudian diajak untuk menerimanya. Maka perjuangan mengurangi disonansi dengan cara mendapatkan penemuan (mengubah keputusan semula). Perubahan ini terjadi (tidak meneruskan penemuan atau mengikuti penemuan terlambat pada tahap konfirmasi dari proses keputusan inovasi.
Ketiga cara mengurangi disonansi tersebut, berkaitan dengan perubahan tingkah laris seseorang sehingga antara sikap, perasaan, pikiran, perbuatan sangat dekat hubungannya bahkan sukar dipisahkan  karea yang satu menghipnotis yang lain. Sehingga dalam kenyataan kadang kala sukar orang akan mengubah keputusan yang sudah terlanjur mapan dan disenangi, walaupun secara rasional diketahui ada kelemahannya. Oleh lantaran sering terjadi untukmenghindari timbulnya disonansi, maka itu hanya berubah mencari gosip yang sanggup memperkuat keputusannya. Dengan kata lain orang itu melaksanakan seleksi gosip dalam tahap konfirmasi (selective exposure). Untuk menghidari terjadinya drop out dalam penerimaan dan implementasi penemuan (discontinue) peranan biro pembaharu sangat dominan. Tanpa ada monitoring dan penguatan orang akan gampang terpengaruh pada gosip negatif wacana inovasi.

2.3    Tipe Keputusan Inovasi
Inovasi sanggup diterima atau ditolak oleh seseorang (individu) sebagai anggota sistem sosial, atau oleh keseluruhan anggota sistem sosial, yang memilih untuk mendapatkan penemuan berdasarkan keputusan bersama atau berdasarkan paksaan (kekuasaan). Dengan dasar kenyataan tersebut maka sanggup dibedakan adanya beberapa tipe keputusan penemuan menurut Sa’ud (2010) :
1.        Keputusan penemuan opsional
Keputusan penemuan opsional yaitu pemilihan mendapatkan atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang ditentukan oleh individu (seseorang) secara berdikari tanpa tergantung atau terpengaruh dorongan anggota sistem sosial yang lain. Meskipun dalam hal ini individu mengambil keputusan itu berdasarkan norma sistem sosial atau hasil komunikasi interpersonal dengan anggota sistem sosial yang lain. Makara hakikat pengertian keputusan penemuan opsional ialah individu yang berperan sebagai pengambil keputusan untuk mendapatkan atau menolak suatu inovasi.
2.        Keputusan penemuan kolektif
Keputusan penemuan kolektif yakni pemilihan untuk mendapatkan atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang dibentuk secara bahu-membahu berdasarkan keputusan yang dibentuk secara bahu-membahu berdasarkan janji antar anggota sistem sosial. Semua anggota sistem sosial semua anggota sistem sosial harus mentaati keputusan bersama yang telah dibuatnya. Misalnya, atas janji warga masyarakat di setiap RT untuk tidak membuang sampah di sungai, yang kemudian disahkan pada rapat antar ketua RT dalam satu wilayah RW. Maka konsekuensinya semua warga RW tersebut harus mentaati keputusan yang telah dibentuk tersebut, walaupun mungkin secara pribadi masih ada beberapa individu yang masih berkeberatan.


3.        Keputusan penemuan otoritas
Keputusan penemuan otoritas yakni pemilihan untuk mendapatkan atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang dibentuk oleh seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai kedudukan, status, wewenang atau kemampuan yang lebih tinggi daripada anggota yang lain dalam suatu sistem sosial. Para anggota sama sekali tidak mempunyai imbas atau peranan dalam menciptakan keputusan inovasi. Para anggota sistem sosial tersebut hanya melaksanakan apa yang telah diputuskan oleh unit pegambil keputusan. Misalnya seorang pimpinan perusahan tetapkan biar semenjak tanggal 1 januari semua pegawai harus menggunakan seragam biru putih. Maka semua pegawai sebagai anggota sistem sosial di perusahaan itu harus tinggal melaksanakan  apa yang telah diputuskan oleh atasannya.
Ketiga tipe keputusan inovasi  tersebut merupakan rentangan (continuum) dari keputusan opsional (individu dengan penuh tanggung jawab secara berdikari mengambil keputusan), dilanjutkan dengan keputusan kolektif (invidu memperoleh sebagian wewenang untuk mengambil keputusan), dan yang terakhir keputusan otoritas (individu sama sekali tidak mempunyai hak untuk ikut mengambil keputusan). Keputusan kolektif dan otoritas banyak dipakai dalam organisasi formal, menyerupai perusahaan, sekolah, akademi tinggi, organisasi pemerintahan, dan sebagainya. Sedangkan keputusan opsional sering dipakai dalam penyebaran penemuan kepada petani, konsumen, atau penemuan yang sasarannya anggota masyarakat sebagai individu bukan sebagai anggota organisasi tertentu.
Biasanya yang paling cepat diterimanya penemuan dengan menggunakan tipe keputusan otoritas, tetapi masih juga tergantung pada bagaimana pelaksanaanya. Sering terjadi juga kebohongan dalam pelaksanaan keputusan otoritas. Dapat juga terjadi bahwa keputusan opsional lebih cepat dari keputusan kolektif, kalau ternyata untuk menciptakan keputusan dalam musyawarah antara anggota sistem sosial mengalami kesukaran. Cepat lambatnya difusi penemuan tergantung pada banyak sekali faktor.
Tipe keputusan yang dipakai untuk menyebarluaskan suatu penemuan sanggup juga berubah dalam waktu tertentu. Rogers (dalam Sa’ud:2010) memberi pola penemuan penggunaan tali pengaman bagi pengendara kendaraan beroda empat (automobile seat belts). Pada mulanya kendaraan yang bisa membiayai pemasangannya. Makara menggunakan keputusan opsional. Kemudian pada tahun berikutnya peraturan pemerintah mempersyaratkan semua kendaraan beroda empat harus dilengkapi dengan tali pengaman. Makara keputusan penemuan pemasangan tali pengaman dibentuk secara kolektif. Kemudian banyak reaksi terhadap peraturan ini, sehingga pemerintah kembali kepada peraturan usang keputusan menggunakan tali pengaman diserahkan kepada tiap individu (tipe keputusan opsional).
4.                  Keputusan penemuan kontingensi (contingent)
Keputusan penemuan kontingensi (contingent) yaitu pemilihan mendapatkan atau menolak suatu inovasi, gres sanggup dilakukan hanya sesudah ada keputusan penemuan yang mendahuluinya. Misalnya di sebuah akademi tinggi , seorang dosen mustahil untuk tetapkan secara opsional untuk menggunakan komputer sebelum didahului keputusan oleh pimpinan fakultasnya untuk melengkapi peralatan fakultas dengan komputer. Makara ciri pokok dari keputusan penemuan kontingen ialah digunakannya dua atau lebih keputusan penemuan secarabergantian untuk menangani suatu difusi inovasi, terserah yang mana yang akan dipakai sanggup keputusan opsional, kolektif atau otoritas.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Proses keputusan penemuan ialah proses yang dilalui (dialami) individu (unit pengambil keputusan yang lain), mulai dari pertama tahu adanya inovasi, kemudian dilanjutkan dengan keputusan oke terhadap inovasi, penerapan keputusan mendapatkan atau menolak inovasi, implementasi penemuan dan konfirmasi terhadap keputusan penemuan yang telah diambilnya. Proses keputusan penemuan terdiri 5 tahap, yaitu (1) tahap pengetahuan, (2) tahap bujukan, (3) tahap keputusan, (4) tahap implementasi, dan (5) tahap konfirmasi. Tipe keputusan penemuan ada tiga yaitu keputusan inivasi opsional, keputusan penemuan kolektif, keputusan penemuan otoritas.




Share on Google Plus

About Raden

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.