Mengenal Ciri-Ciri Anak Luar Biasa Dan Karakteristik Anak Sd






MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Problematika Pembelajaran SD
Yang dibina oleh Drs. Suhel Madyono, M.Pd





Oleh Kelompok 1 Offering K3 :
  1. Dwi Prasetyono                                 (130151614031/9)
  2. Muhammad Muhtar Asngari             (130151613978/24)
  3. Retno Setyana                                    (130151612093/27)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
ABK merupakan anak luar biasa yang diciptkan oleh sang maha pencipta dengan keluarbiasaannya. Pengertian dari ABK itu sendiri ialah anak berkebutuhan khusus (Heward) dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu pertanda pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Dalam dunia pendidikan tidak boleh ada pengkotak-kotakan anak dalam menuntut pendidikan. Semua anak berhak menuntut ilmu biar dirinya menjadi insan yang mulia. Namun dalam proses pembelajaraan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Anak anak yang terlahir secara normal saja masih mengalami duduk masalah dalam proses belajarnya, apalagi anak yang berkebutuhan khusus tentunya akan lebih sulit.
Kesulitan-kesulitan dalam mencar ilmu bahu-membahu sanggup ditangani dengan cara mengenali dan menganalisis bagaimana karakteristik masing-masing anak. Dengan mengetahui karakteristik anak baik anak yang normal maupun yang berkebutuhan kusus maka diharapkan proses mencar ilmu mengajar akan praktis dilakukan dan tujuan pembelajaran tercapai.
Maka dalam makalah ini akan membahas dan memaparkan mengenai ciri-ciri anak SD dan karakteristik anak luar biasa atau ABK biar menambah pengetahuan pembacanya.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan duduk masalah sebagai berikut:
1.2.1        Bagaimana ciri-ciri anak luar biasa?
1.2.2        Bagaimana karakteristik anak SD?

1.3  Tujuan
Berdasarkan rumusan duduk masalah di atas, dirumuskan tujuan sebagai berikut:
1.3.1        Menjelaskan ciri-ciri anak luar biasa.
1.3.2        Menjelaskan karakteristik anak SD.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Mengenal Ciri-Ciri Anak Luar Biasa
Usia sekolah dasar merupakan ketika yang tepat untuk membentuk karakter dan pribadi anak. Namun adakalanya perkembangan anak tidak sesuai dengan usia yang seharusnya. Anak yang mengalami penyimpangan ini disebut anak berkebutuhan khusus. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) pada awalnya lebih dikenal dengan istilah anak cacat, anak berkelainan atau anak luar biasa. Menurut Kirk & Galleger dalam Iriyanto (2010 : 1) anak luar biasa ialah anak yang menyimpang dari kriteria normal secara signifikan baik dari aspek fisik, psikis, emosi dan sosial sehingga untuk menyebarkan potensinya diharapkan adanya layanan pendidikan khusus.
ABK mempunyai spectrum atau jangkauan yang luas yang tidak hanya terbatas pada belum dewasa cacat. Yang termasuk ABK antara lain: tuna netra, tunarunguwicara, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, autisme, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, hiperaktif, ADHD, dan indigo. Ketunaan pada anak sanggup disebabkan pada ketika sebelum lahir, dalam proses persalinan, atau bahkan setelah lahir.
Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing atau bersekolah di sekolah inklusi. SLB belahan A untuk tunanetra, SLB belahan B untuk tunarunguwicara, SLB belahan C untuk tunagrahita, SLB belahan D untuk tunadaksa, SLB belahan E untuk tunalaras dan SLB belahan G untuk tuna ganda. Sedang belum dewasa berkebutuhan yang lain menyerupai hiperaktif, kesulitan belajar, anak berbakat, indigo masih sanggup sekolah pada sekolah pada tempatnya.
          Sebelum belum dewasa berkebutuhan khusus sekolah di SLB, anak  dipemeriksa oleh tim yang terdiri dari psikolog, dokter anak, dan dokter rehab medik. Pemeriksaan awal ini dibutuhkan untuk mengetahui kendala yang ada pada ABK. Dengan demikian maka akan sanggup diketahui kegiatan tindak lanjut menyerupai memilih anak yang mempunyai kebutuhan khusus, perujukan anak oleh guru ke tenaga profesional lain untuk membantu mengatasi duduk masalah anak yang bersangkutan apabila guru tidak sanggup, perencanaan pembelajaran, dan pemantauan kemajuan belajar.
Anak berkebutuhan khusus antara lain sebagai berikut:
2.1.1  Tunanetra
Tunanetra ialah individu yang mempunyai kendala dalam penglihatan. Tunanetra sanggup diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (blind) dan low vision. Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan (Anonim, tanpa tahun) ialah individu yang mempunyai lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60. Karena tunanetra mempunyai keterbatasan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran.
Oleh lantaran itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memperlihatkan pengajaran kepada individu tunanetra ialah media yang dipakai harus bersifat tactual dan bersuara, contohnya ialah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. Sedangkan media yang bersuara ialah tape recorder. Adapun ciri-ciri anak yang mengalami tuna netra ialah sebagi berikut:
·      Tidak bisa melihat
·      Tidak bisa mengenali orang pada jarak 6 meter
·      Kerusakan nyata pada kedua bola mata
·      Sering meraba-raba/tersandung waktu berjalan
·      Mengalami kesulitan mengambil benda kecil didekatnya
·      Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/bersisik/kering
·      Pandangan hebat pada kedua bola mata
·      Mata yang bergoyang terus

2.1.2  Tuna Rungu
Tunarungu ialah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya sehingga mengalami gangguan berkomunikasi secara verbal. Karena mempunyai kendala dalam indera pendengaran individu tunarungu mempunyai kendala dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu memakai bahasa isyarat, untuk aksara jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak. Ciri-ciri anak tunarungu ialah sebagai berikut:
·      Sering memiringkan kepala dalam perjuangan mendengar.
·      Banyak perhatian terhadap getaran.
·       Terlambat dalam perkembangan bahasa.
·      Tidak ada reaksi terhadap bunyi atau suara.
·      Terlambat perkembangan bahasa.
·      Sering memakai isyarat dalam berkomunikasi.
·      Kurang atau tidak tanggap dalam diajak bicara.
·      Ucapan kata tidak jelas, kualitas bunyi aneh/monoton.

2.1.3  Tuna Grahita
Tunagrahita (retardasi mental) ialah anak yang secara nyata mengalami kendala dan keterbelakangan perkembangan mental-intelektual di bawah rata-rata, sehingga mengalami kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugasnya. Mereka memerlukan layanan pendidikam khusus. Ketunagrahitaan mengacu pada intelektual umum  yang secara signifikan berada di bawah rata-rata. Para tunagrahita mengalami kendala dalam tingkah laris dan penyesuaian diri. Semua itu berlangsung atau terjadi pada masa perkembangannya. Seseorang dikatakan tunagrahita apabila mempunyai tiga indikator, yaitu:
·      Keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum atau di bawah rata-rata
·      Ketidakmampuan dalam sikap sosial (sulit beradaptasi)
·      Hambatan sikap sosial terjadi pada usia perkembangan yaitu hingga dengan  usia 18 tahun. Tingkat kecerdasan seseorang diukur melalui tes inteligensi yang hasilnya disebut dengan IQ (intelligence quotient).
Tingkat kecerdasan biasa dikelompokkan ke dalam tingkatan sebagai berikut:
·      Tunagrahita ringan  memiliki IQ 70-55
·      Tunagrahita sedang  memiliki IQ 55-40
·      Tunagrahita berat  memiliki IQ 40-25
·      Tunagrahita berat sekali  memiliki IQ <25
Anak tunagrahita mempunyai ciri-ciri fisik yang berbeda dengan anak normal lainnya yang sanggup diamati. Berikut ciri-ciri fisik dan penampilan anak tungrahita:
·      Penampilan fisik tidak seimbang, contohnya kepala terlalu kecil/besar.
·      Tidak sanggup mengurus diri sendiri sesuai usia.
·      Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan.
·      Kordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali).
·      Sering keluar ludah (cairan) dari verbal (ngiler).

2.1.4  Tuna Daksa
Tunadaksa ialah individu yang mempunyai gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau jawaban kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa ialah ringan yaitu mempunyai keterbatasan dalam melaksanakan acara fisik tetap masih sanggup ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu mempunyai keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu mempunyai keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak bisa mengontrol gerakan fisik. Berikut ciri-ciri anak tuna daksa:
·      Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh.
·      Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna,tidak lentur/tidak terkendali).
·      Terdapat belahan angggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih kecil dari biasanya.
·      Terdapat cacat pada alat gerak.
·      Jari tangan kaku dan tidak sanggup menggenggam.
·      Kesulitan pada ketika berdiri/berjalan/duduk dan memperlihatkan sikap tubuh tidak normal.
·      Hiperaktif/tidak sanggup tenang.

2.1.5  Tuna Laras
Tuna laras ialah individu yang mengalami kendala dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. Individu tunalaras biasanya pertanda prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku di sekitarnya. Tunalaras sanggup disebabkan lantaran faktor internal dan faktor eksternal yaitu efek dari lingkungan. Ciri-ciri anak tuna laras ialah sebagai berikut:
·      Cenderung membangkang
·      Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah
·      Sering melaksanakan tindakan agresif,merusak,mengganggu
·      Sering bertindak melanggar norma sosial/norma susila/hukum

2.1.6  Kesulitan belajar
Kesulitan mencar ilmu ialah individu yang mempunyai gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang meliputi pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang sanggup memengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan lantaran gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan. Individu kesulitan mencar ilmu mempunyai IQ rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang serta keterlambatan perkembangan konsep. Ciri-ciri anak berkesulitan belajar:
·      Anak yang mengalami kesulitan membaca (disleksia):
-     Perkembangan kemampuan membaca terlambat
-     Kemampuan memahami isi bacaan rendah
-     Sering terjadi kesalahan ketika membaca
·      Anak yang Mengalami Kesulitan Menulis (disgrafia)
-     Kalau menyalin goresan pena sering terlambat selesai
-     Sering salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2 dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya
-     Hasil tulisannya buruk dan tidak terbaca
-     Tulisannya banyak salah/terbalik/huruf hilang
-     Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris
· Anak yang Mengalami Kesulitan Berhitung (diskalkulia)
-     Sulit membedakan tanda-tanda:+,-,x, >, <,=
-     Sulit mengoperasikan hitungan/bilangan
-     Sering salah membilang dengan urut
-     Sering salah membedakan angka 9 dengan 6, 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8, dsb.
-     Sulit membedakan bangun-bangun geometri
 
 2.1.7  Anak Cerdas spesial dan Bakat Istimewa
Anak berbakat atau anak yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa ialah anak yang mempunyai potensi kecerdasan (intelegensi), kreatifitas, dan tanggung jawab terhadap kiprah (task commitment) diatas belum dewasa seusianya (anak normal), sehingga untuk mewujudkan potensinya menjadi prestasi nyata, memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak berbakat sering juga disebut sebagai “gifted & talented”. Ciri-Ciri anak cerdas istimewa dan talenta istimewa adalah:
·      Membaca pada usia lebih muda
·      Membaca lebih cepat dan lebih banyak
·      Memiliki perbendaharaan kata yang luas
·      Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
·      Mempunyai  minat yang luas, muga terhadap duduk masalah orang dewasa
·      Mempunyai inisiatif dan sanggup bekerja sendiri
·      Menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal
·      Memberi jawaban-jawaban yang baik
·      Dapat memperlihatkan banyak gagasan
·      Luwes dalam berfikir
·      Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan
·      Mempunyai pengamatan yang tajam
·      Dapat berkonsentrasi dalam jangka waktu panjang terutama terhadap kiprah dan bidang yang diminati
·      Berfikir kritis juga terhadap diri sendiri
·      Senang mencoba hal-hal yang baru
·      Mempunyai daya abtraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi
·      Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan-pemecahan masalah
·      Cepat menangkap hubungan alasannya akibat
·      Berperilaku terarah pada tujuan
·      Mempunyai daya imajinasi yang kuat
·      Mempunyai banyak kegemaran (hobi)
·      Mempunyai daya ingat yang kuat
·      Tidak cepat puas dengan prestasinya
·      Peka (sensitif) serta memakai firasat (intuisi)
·      Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan

2.1.8 Autisme
Autis dari kata auto, yang berarti sendiri, dengan  demikian  dapat diartikan  seorang anak yang hidup dalam dunianya. Kondisi anak autis semenjak lahir ataupun ketika masa balita, yang menciptakan dirinya tidak sanggup membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Menurut Baron Cohen (dalam Anonim, tanpa tahun) jawaban dari kondisi tersebut anak akan terisolasi dari insan lain dan masuk dalam dunia repetitive, acara dan minat yang obsesif. Menurut Power (dalam Anonim, tanpa tahun) karakteristik anak dengan autisme ialah adanya gangguan dalam bidang:
·      Interaksi sosial
·      Komunikasi (bahasa dan bicara)
·      Perilaku-emosi
·      Pola bermain
·      Gangguan sensorik dan motorik
Ciri-Ciri anak autis antara lain:
·      Suka menirukan bunyi atau instruksi
·      Bicara sendiri dengan kata-kata yang aneh.
·      Menghindari kontak mata.
·      Senang membariskan benda-benda.
·      Senang tiduran di lantai.
·      Senang mengibas-ibaskan tangan.
·      Suka merusak.
·      Sering memutar atau menggelengkan kepala.
·      Mengalami kendala di dalam bahasa. 
·      Kesulitan dalam mengenal dan merespon emosi dengan  isyarat sosial.
·      Kekakuan dan miskin dalam mengekspresikan perasaan.
·      Kurang mempunyai perasaan dan empati.
·      Sering berperilaku diluar kontrol dan meledak-ledak.
·      Secara menyeluruh mengalami duduk masalah dalam perilaku.
·      Kurang memahami akan keberadaan dirinya sendiri.
·      Keterbatasan dalam mengekspresikan diri.
·      Berperilaku monoton dan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan .

 2.1.9 Hiperaktif
Hiperaktivitas merupakan aktivitas motorik yang tinggi dengan ciri-ciri acara selalu berganti, tidak mempunyai tujuan tertentu, berulang dan tidak bermanfaat berdasarkan Hallahan dan Kauffman (dalam Aprilita dkk, 2014). Anak hiperaktif lebih banyak mengalami gerakan mata diluar tugasnya, sehingga gerakan menoleh lebih banyak bila dibandingkan anak yang lain. Gejala tersebut akan berkurang sesuai dengan bertambahnya usia dan sebagian akan menghilang pada waktu masa remaja. berikut ialah karakteristik anak yang hipertivitas:
·      Anak-anak hiperaktif cenderung tidak menuntaskan pekerjaannya.
·      Mereka cepat sekali beralih dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya.
·      Perhatiannya praktis teralihkan, tidak sanggup menahan frustasi, kurang sanggup mengontrol diri.
·      Suasana hatinya amat labil, sebentar gembira sebentar marah.
·      Duduk tak tenang, bergoyang-goyang, atau merosot hingga terjatuh dari kawasan duduk.
·      Tidak kenal lelah seolah energinya bersumber dari mesin.
·      Mulutnya tak pernah diam, selalu saja berkicau (berbicara terus-menerus).

 2.1.10 ADHD
                ADHD(Attention Deficit Hyperactivity Disorder) ialah gangguan perkembangan dalam peningkatan acara motorik belum dewasa hingga mengakibatkan acara belum dewasa yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Hal ini ditandai dengan banyak sekali keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap menyerupai sedang duduk, atau sedang berdiri. Ciri-ciri anak ADHD adalah:
·      Seringkali gagal untuk memperhatikan detail atau melaksanakan kesalahan yang tidak semestinya dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah atau kiprah lainnya
·      Kerapkali mengalami kesulitan untuk mempertahankan perhatiannya dalam tugas-tugas yang sedang dikerjakannya atau ketika bermain
·      Seringkali terlihat menyerupai tidak mendengarkan ketika diajak berbicara oleh orang lain
·      Seringkali tidak mengikuti petunjuk yang diberikan dan gagal untuk menuntaskan tugas-tugas sekolah atau kiprah lainnya di kawasan kerja
·      Seringkali mengalami kesulitan untuk mengorganisir kiprah atau kegiatannya
·      Seringkali menghindar, menolak, atau enggan untuk terlibat dalam tugas-tugas yang membutuhkan mental effort (tugas yang menuntut anak untuk berpikir), menyerupai kiprah sekolah, PR
·      Sering kehilangan benda-benda yang diharapkan untuk menciptakan kiprah atau bermain, menyerupai alat tulis, buku kerja, mainan,dll
·      Perhatiannya praktis teralih oleh stimulus di lingkungan

 2.1.11 Indigo
Indigo ialah insan yang semenjak lahir mempunyai kelebihan khusus yang tidak dimiliki insan pada umumnya.
 Macam Indigo :
·      Indigo Humanis, anak yang akan bekerja dengan orang banyak mereka ialah dokter, pengacara, guru, jago pemasaran di masa depan bergaul secara luas sangat aktif sering terbentur lantaran tidak punya rem.
·      Indigo artis, indigo yang sangat sensitif, perawakan kecil berminat pada seni. Meski menjadi dokter mereka kesudahannya menjadi jago bedah atau peneliti. Pada umur 5 – 10 tahun mereka telah menguasai 15 jenis seni yang berbeda. Jika tertarik ke musik mereka bisa menguasai lebih 4 jenis alat musik sekaligus
·      Indigo interdimensional, indigo yang paling sakti. Pada umur 2 tahun mereka sudah bisa diajak bicara banyak hal. Pada umur itu mereka sudah bisa bilang “ Saya sudah tahu hal itu “, atau “ Saya bisa atasi itu”, atau “Biarkan saja saya sendiri”.
·      Indigo konseptual, lebih banyak menggarap proyek dibanding orang lain. Mereka ialah arsitek, jago mesin, perancang, astronot di masa mendatang. Fisik mereka terlihat sangat atletis dan punya kemampuan mengendalikan orang. Yang menjadi target biasanya ibunya.
Ciri-ciri anak indigo:
·       Mempunyai kesadaran diri yang tinggi, terhubung dengan sumber (Tuhan).
·      Tidak nyaman dengan disiplin dan cara yang adikara tanpa alasan yang jelas.
·      Menolak mengikuti aturan atau petunjuk
·      Tidak sabaran dan tidak suka bila harus menunggu.
·      Frustasi dengan sistem yang sifatnya ritual dan tidak kreatif.
·      Mereka punya cara yang lebih baik dalam menuntaskan masalah.
·      Sebagian besar ialah orang yang mengakibatkan rasa tidak nyaman.
·      Tidak bisa mendapatkan eksekusi yang tanpa alasan selalu ingin alasan yang jelas.
·      Mudah bosan dengan kiprah yang diberikan.
·      Kreatif
·      Mudah teralihkan perhatiannya, bisa mengerjakan banyak hal bersamaan.
·      Menunjukkan intuisi yang kuat.
·      Punya tenggang rasa yang kuat terhadap sesama atau tidak punya tenggang rasa sama sekali.
·      Sangat berbakat dan berakal (CIBI).
·      Saat kecil sering di identifikasi ADHD (susah berkonsentrasi).
·      Mempunyai visi dan harapan yang kuat.
·      Pandangan mata mereka terlihat bijaksana dan mendalam.
·      Mempunyai kesadaran spiritual atau mempunyai kemampuan psikis.
·      Berada di dunia untuk merubah dunia, untuk membantu kita hidup harmonis.


2.2 Karakteristik Anak SD
Masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak tamat yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia sebelas tahun atau dua belas tahun. Karakteristik utama siswa sekolah dasar ialah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, di antaranya, perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif,  bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak.
Menurut Erikson (dalam Surya, 2010) perkembangan psikososial pada usia enam hingga pubertas, anak mulai memasuki dunia pengetahuan dan dunia kerja yang luas. Peristiwa penting pada tahap ini anak mulai masuk sekolah, mulai dihadapkan dengan tekhnologi masyarakat, di samping itu proses mencar ilmu mereka tidak hanya terjadi di sekolah.
            Sedang berdasarkan Thornburg (dalam Surya, 2010) anak sekolah dasar merupakan individu yang sedang berkembang, barang kali tidak perlu lagi diragukan keberaniannya. Setiap anak sekolah dasar sedang berada dalam perubahan fisik maupun mental mengarah yang lebih baik. Tingkah laris mereka dalam menghadapi lingkungan sosial maupun non sosial meningkat. Anak kelas empat, memilki kemampuan tenggang rasa dan kolaborasi yang lebih tinggi, bahkan ada di antara mereka yang menampakan tingkah laris mendekati tingkah laris anak remaja permulaan.


 2.2.1 Karakteristik Perkembangan Kognitif
Pada usia sekolah dasar, anak sudah sanggup mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas mencar ilmu yang intelektual  menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif.
Dilihat dari aspek perkembangan kognitif, berdasarkan Piaget masa ini berada pada tahap operasi faktual yang ditandai dengan kemampuan:
a)    Mengklasifikasikan  benda-benda berdasarkan ciri yang sama.
b)   Menyusun atau mengasosiasikan angka-angka atau bilangan
c)    Memecahkan duduk masalah (problem solving) yang sederhana
 Berdasarkan uraian di atas, siswa sekolah dasar berada pada tahap operasional kongkrit, pada tahap ini anak menyebarkan pemikiran logis, masih sangat terikat pada fakta-fakta perseptual, artinya anak bisa berfikir logis, tetapi masih terbatas pada objek-objek kongkrit, dan bisa melaksanakan konservasi.
Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi dasar diberikannya banyak sekali kecakapan yang sanggup menyebarkan pola pikir atau daya nalarnya. Kepada anak sudah sanggup diberikan dasar-dasar keilmuan menyerupai membaca,menulis,dan berhitung.

2.2.2 Karakteristik Perkembangan Moral
Anak ( usia 6 hingga 9 tahun) menempati posisi apa untungnya buat saya, sikap yang benar didefinisikan dengan apa yang paling diminatinya. Penalaran tahap ini kurang memperlihatkan perhatian pada kebutuhan orang lain, hanya hingga tahap bila kebutuhan itu juga kuat terhadap kebutuhannya sendiri semua tindakan dilakukan untuk melayani kebutuhan diri sendiri saja.
Anak (usia 9 – 12 tahun), mulai memasuki masyarakat dan mempunyai kiprah sosial. Anak mau mendapatkan persetujuan atau ketidaksetujuan dari orang-orang lain lantaran hal tersebut merefleksikan persetujuan masyarakat terhadap kiprah yang dimilikinya. Mereka mencoba menjadi seorang anak baik untuk memenuhi harapan tersebut, dikarenakan telah mengetahui ada gunanya melaksanakan hal tersebut. Penalaran tahap tiga menilai moralitas dari suatu tindakan  dengan mengevaluasi konsekuensinya dalam bentuk hubungan interpersonal, yang mulai menyertakan hal menyerupai rasa hormat, rasa terimakasih, dan golden rule.

2.2.3 Karakteristik Perkembangan Emosi
Pada usia sekolah (khususnya dikelas-kelas tinggi, kelas 4,5,6) anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima, atau tidak disenangi oleh orang lain. Oleh lantaran itu, ia mulai mencar ilmu untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan mengontrol emosi diperolehnya melalui peniruan dan latihan.
        Emosi merupakan faktor mayoritas yang mempengaruhi tingkah laris individu , dalam hal ini termasuk pula sikap belajar. Emosi positif menyerupai perasaan senang bergairah, bersemangat, atau rasa ingin tahu yang tinggi akan mempengaruhi individu untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap acara belajar, menyerupai memerhatikan klarifikasi guru, membaca buku,aktif berdiskusi, mengerjakan kiprah atau pekerjaan rumah, dan disiplin dalam belajar.
1)   Melalui interaksi sosial, belum dewasa mulai menyebarkan rasa besar hati dalam prestasi dan besar hati pada kemampuan mereka.
2)   Anak-anak yang didorong dan dipuji oleh orang renta dan guru akan menyebarkan perasaan kompetensi dan kepercayaan keterampilan mereka. Mereka yang mendapatkan sedikit atau tidak ada dorongan dari orangtua, guru, akan mencurigai kemampuan mereka untuk menjadi sukses.
3)   Mereka yang layak mendapatkan dorongan dan penguatan melalui eksplorasi pribadi akan muncul dari tahap ini dengan perasaan yang kuat wacana diri dan rasa kemerdekaan dan kontrol. Mereka yang tetap yakin dengan keyakinan dan keinginan mereka akan tidak kondusif dan resah wacana diri mereka sendiri dan masa depan.
Pada usia ini, anak mulai mempunyai kesanggupan menyesuaikan diri dari sikap berpusat kepada diri sendiri (egosentris) kepada sikap bekerja sama (kooperatif) atau sosiosentris (mau memerhatikan kepentingan orang lain). Anak mulai berminat terhadap kegiatan-kegiatan sahabat sebaya, dan bertambah kuat keinginanya untuk diterima menjadi anggota kelompok (gang) dan merasa tidak senang apabila tidak diterima oleh kelompoknya.

2.2.4 Karakteristik Perkembangan Psikomotor
Fase atau usia sekolah dasar (7-12 tahun) ditandai dengan gerak atau acara motorik yang lincah. Oleh lantaran itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk mencar ilmu keterampilan yang berkaitan dengan motorik, baik halus maupun kasar. Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Oleh lantaran itu, perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan mencar ilmu penerima didik.
·       Mampu melompat dan menari
·       Menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan
·       Dapat menghitung jari – jarinya
·       Mendengar dan mengulang hal – hal penting dan bisa bercerita
·       Mempunyai minat terhadap kata-kata gres beserta artinya
·       Memprotes bila tidak boleh apa yang menjadi keinginannya
·       Mampu membedakan besar dan kecil
·       Ketangkasan meningkat
·       Melompat tali
·       Bermain sepeda
·       Mengetahui kanan dan kiri
·       Mungkin bertindak menentang dan tidak sopan
·       Mampu menguraikan objek-objek dengan gambar

2.2.5 Perkembangan Bahasa
Usia sekolah dasar merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata. Pada awal masa ini, anak sudah nmenguasai sekitar 2.500 kata, dan pada masa tamat anak telah sanggup menguasai sekitar 5000 kata.
Dengan dikuasainya keterampilan membaca dan berkomunikasi dengan orang lain, anak sudah gemar membaca atau mendengar dongeng yang bersifat kritis. Pada masa ini tingkat berfikir anak sudah lebih maju,dia banyak menayakan waktu dan soal-akibat.
Di sekolah,perkembangan bahasa anak ini diperkuat dengan diberikannya mata pelajaran bahasa indonesia (bahkan disekolah-sekolah tertentu diberikan bahasa inggris). Dengan diberikannya pelajaran bahasa disekolah, para siswa diharapkan sanggup menguasai dan menggunakannya sebagai alat untuk:
·      Berkomunikasi secara baik dengan orang lain
·      Mengekspresikan pikiran,perasaan,sikap atau pendapatnya
·      Memahami isi dari setiap materi bacaaan yang dibacanya.
Untuk menyebarkan kemampuan berbahasa atau keterampilan berkomunikasi anak melalui tulisan, sebagai cara untuk mengekspresikan perasaan, gagasan, atau pikirannya maka sebaiknya kepada anak dilatihkan untuk menciptakan karangan atau goresan pena wacana banyak sekali hal yang terkait dengan pengalaman hidupnya sendiri, atau kehidupan pada umumnya, menyerupai menyusun autobiografi, kehidupan keluarga, cara-cara memelihara lingkungan, cita-citaku, dan mencar ilmu untuk mencapai sukses.
Pada dasarnya, setiap individu mempunyai ciri-ciri dan karakteristik yang berbeda. Namun terdapat karakteristik yang menonjol pada anak sekolah dasar, diantaranya.
·         Senang bermain
Anak cenderung untuk ingin bermain dan menghabiskan waktunya hanya untuk bermain lantaran anak masih polos yang ia tahu hanya bermain maka dari itu biar tidak megalami masa kecil kurang senang anak tidak boleh dibatasi dalam bermain.
Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih – lebih untuk kelas rendah. Guru SD seyogyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya menyebarkan model pengajaran yang serius tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran serius menyerupai IPA, Matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsure permainan menyerupai pendidikan jasmani, atau Seni Budaya dan Keterampilan (SBK).
·         Senang bergerak
Anak senang bergerak maksudnya dalam masa pertumbuhan fisik dan mentalnya anak menjadi hiperaktif lonjak kesana kesini bahkan menyerupai merasa tidak capek mereka tidak mau membisu dan duduk saja berdasarkan pengamatan para jago anak duduk hening paling usang sekitar 30 menit. Oleh lantaran itu, kita sebagai calon guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Mungkin dengan permaianan, olahraga dan lain sebagainya.
·         Senang bekerja dalam kelompok
Anak usia SD dalam pergaulannya dengan kelompok sebaya, mereka mencar ilmu aspekaspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: mencar ilmu memenuhi aturan-aturan kelompok, mencar ilmu setia kawan, mencar ilmu tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan, mencar ilmu menerimanya tanggung jawab, mencar ilmu bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga dan membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau mencar ilmu dalam kelompok, serta mencar ilmu keadilan dan demokrasi.
Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model
pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau mencar ilmu dalam kelompok. Guru sanggup meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan
anggota 34 orang untuk mempelajari atau menuntaskan suatu kiprah secara kelompok.
·         Senang merasakan/ melaksanakan sesuatu secara langsung
Ditunjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia mencar ilmu menghubungkan konsepkonsep gres dengan konsepkonsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentuk konsepkonsep wacana angka, ruang, waktu, fungsifungsi badan, kiprah jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Bagi anak SD, klarifikasi guru wacana materi pelajaran akan lebih dipahami bila anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi pola bagi orang dewasa. Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat eksklusif dalam proses pembelajaran. Sebagai pola anak akan lebih memahami wacana arah mata angin, dengan cara membawa anak eksklusif keluar kelas, kemudian menunjuk eksklusif setiap arah angina, bahkan dengan sedikit menjulurkan pengecap akan diketahui secara persis dari arah mana angina ketika itu bertiup.
·         Anak cengeng
Pada umur anak SD, anak masih cengeng dan manja. Mereka selalu ingin
diperhatikan dan dituruti semua keinginannya mereka masih belum berdikari dan harus selalu dibimbing. Dengan demikian guru hendaknya menciptakan metode
pembelajaran tutorial atau metode bimbingan biar kita sanggup selalu membimbing dan mengarahkan anak, membentuk mental anak biar tidak cengeng.
·         Anak sulit memahami isi pembicaraan orang lain.
Pada pendidikan dasar yaitu SD, anak susah dalam memahami apa yang diberikan guru, disini guru harus sanggup menciptakan atau memakai metode yang tepat contohnya dengan cara metode ekperimen biar anak sanggup memahami pelajaran yang diberikan dengan menemukan sendiri inti dari pelajaran yang diberikan sedangkan dengan ceramah yang dimana guru hanya berbicara didepan menciptakan anak malah tidak memahami isi dari apa yang dibicarakan oleh gurunya.
·         Senang diperhatikan
Di dalam suatu interaksi social anak biasanya mencari perhatian sahabat atau gurunya mereka senang apabila orang lain memperhatikannya, dengan banyak sekali cara dilakukan biar orang memperhatikannya. Di sini kiprah guru untuk mengarahkan perasaan anak tersebut dengan memakai metode tanya jawab misalnya, anak yang ingin diperhatikan akan berusaha menjawab atau bertanya dengan guru biar anak lain beserta guru memperhatikannya.
·         Senang meniru
Dalam kehidupan sehari hari anak mencari suatu figur yang sering ia lihat
dan ia temui. Mereka kemudian menirukan apa yang dilakukan dan dikenakan orang yang ingin ia tiru tersebut. Dalam kehidupan nyata banyak anak yang terpengaruh program televisi dan menirukan adegan yang dilakukan disitu, misalkan program smackdown yang dulu ditayangkan kini sudah ditiadakan lantaran ada gosip anak yang melaksanakan gerakan dalam smack down pada temannya, yang kesudahannya menciptakan temannya terluka.
Namun kini program televisi sudah dipilah-pilah utuk siapa program itu ditonton sebagai calon guru kita hanya sanggup mengarahkan orang renta biar selalu mengawasi anaknya ketika dirumah. Contoh lain yang biasanya ditiru ialah seorang guru yang menjadi pusat perhatian dari anak didiknya. Kita sebagai calon guru harus menjaga tindakan, sikap, perkataan, penampilan yang anggun dan rapi biar sanggup memperlihatkan pola yang baik untuk anak didik kita.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Anak luar biasa ialah anak yang menyimpang dari kriteria normal secara signifikan baik dari aspek fisik, psikis, emosi dan sosial sehingga untuk menyebarkan potensinya diharapkan adanya layanan pendidikan khusus.  Yang termasuk ABK antara lain: tuna netra, tunarunguwicara, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, autisme, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, hiperaktif, ADHD, dan indigo. Masing-masing ketunaan mempunyai karakteristik yang berbeda dalam setiap perkembangannya.
Masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak tamat yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia sebelas tahun atau dua belas tahun. Karakteristik utama siswa sekolah dasar ialah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, di antaranya, perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif,  bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak.

3.2 Saran
Peran guru di sekolah dasar, sekolah luar biasa, ataupun sekolah inklusi sangat memilih bagi perkembangan siswa. Setiap tahap perkembangan siswa berbeda satu sama lain lantaran perkembangan bersifat unik. Oleh lantaran itu guru harus memahami karakteristik siswa untuk memilih proses pembelajaran yang sesuai sehingga tercapai hasil pembelajaran yang optimal.

DAFTAR RUJUKAN

Iriyanto, Tomas. 2010. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Berbasis Inklusi
            untuk  Mahasiswa S1 PGSD. Malang: PHK S1 PGSD-A Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Malang (UM).

Anonim. Tanpa Tahun. Mengenali Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), (Online), (http://www.bpdiksus.org/v2/index.php?page=dberita&id=27.), diakses 19 Januari 2015.
Aprilita, dkk. 2014. Identifikasi Anak berkebutuhan Khusus. Blitar: KementrianPendidikan Dan Kebudayaan Universitas Negeri Malang

Surya, Evie Widya, 2010. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar, (Online), (http://evie4210.blogspot.com/), diakses tanggal 19 Januari 2015.

Share on Google Plus

About Raden

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.