Konsep Dasar Bimbingan Belajar




  1. Pengertian Bimbingan Belajar
Menurut A J Jones, bimbingan berguru merupakan suatu proses pemberian proteksi seseorang pada orang lain dalam menentukan pilihan dan pemecahan duduk kasus dalam kehidupannya.
Menurut L D Crow dan A Crow, bimbingan berguru merupakan suatu proteksi yang sanggup diberikan oleh seseorang yang telah terdidik pada orang lain yang mana usianya tidak ditentukan untuk sanggup menjalani kegiatan dalam hidupnya.

Jadi, bimbingan berguru yakni suatu bentuk kegiatan dalam proses berguru yang dilakukan oleh seseorang yang telah mempunyai kemampuan lebih dalam banyak hal untuk diberikan kepada orang lain yang mana bertujuan biar orang lain sanggup menemukan pengetahuan gres yang belum dimilikinya serta sanggup diterapkan dalam kehidupannya.
2. Latar Belakang Bimbingan Belajar
Suatu kegiatan yang dilaksanakan sudah niscaya mempunyai latar belakang. Demikian pula halnya dengan layanan bimbingan belajar. Kegiatan bimbingan berguru dilaksanakan alasannya yakni dilatar belakangi oleh beberapa hal, sebagai berikut:
1. Adanya criterion referenced evaluation yang mana mengklasifikasikan siswa berdasarkan keberhasilan mereka dalam menguasai pelajaran. Dan kualifikasi itu, antara lain :
a. Siswa yang benar-benar sanggup meguasai pelajaran.
b. Siswa yang cukup menguasai pelajaran.
c. Siswa yang belum sanggup menguasai pelajaran.
2. Adanya kemampuan/tingkat kecerdasan dan talenta yang dimiliki oleh tiap siswa yang mana berbeda dengan siswa yang lainnya. Dimana pembagian terstruktur mengenai siswa tersebut antara lain :
a. Siswa yang prestasinya lebih tinggi dari apa yang diperkirakan berdasarkan hasil tes kemampuan belajarnya.
b. Siswa yang prestasiya memang sesuai dengan apa yang diperkirakan berdasarkan tes kemampuan belajarnya.
c. Siswa yang prestasinya ternyata lebih rendah dai apa yang diperkirakan berdasarkan hasil tes kemampuan belajarnya.
3. Adanya penerapan waktu untuk menuntaskan suatu kegiatan belajar. Dan pembagian terstruktur mengenai siswa dalam hal ini antara lain :
a. Siswa yang ternyata sanggup menuntaskan pelajaran lebih cepat dari waktu yang disesuaikan.
b. Siswa yang sanggup menuntaskan pelajaran sesuai waktu yang telah disesuaikan.
c. Siswa yang ternyata tidak sanggup menuntaskan pelajaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
4. Adanya penggunaan norm referenced yang mana membandingkan prestasi siswa yang satu dengan yang lainnya. Dan pembagian terstruktur mengenai siswa berdasarkan perstasinya itu antara lain :
a. Siswa yang prestasi belajarnya selalu berada di atas nilai rata-rata prestasi kelompoknya.
b. Siswa yang prestasi belajarnya selalu berada di sekitar nilai rata-rata dari kelompoknya.
c. Siswa yang prestasinya selalu berada di bawah nilai rata-rata prestasi kelompoknya.
Setelah mengetahui begitu banyak permasalahan yang dihadapi oleh setiap siswa dalam kegiatan belajarnya, maka diperlukanlah suatu bentuk layanan bimbingan belajar. Hal ini dimaksudkan biar para siswa yang mempunyai permasalahan dalam belajarnya sanggup segera memperoleh proteksi atau bimbingan dalam kegiatan berguru yang diperlukannya. Jadi, layanan bimbingan berguru sangat diharapkan oleh semua orang yang sedang melaksanakan proses atau kegiatan belajar.
3. Jenis Layanan Bimbingan Belajar dalam Kaitannya dengan PBM
Seorang guru dalam memperlihatkan layanan bimbingan berguru harus tetap berporos pada terselenggaranya Proses Belajar Mengajar. Oleh alasannya yakni itu, diperlukanlah suatu jenis layanan bimbingan berguru yang berkaitan dengan Proses Belajar Mengajar. Maka jenis layanan bimbingan berguru dalam konteks Proses Belajar Mengajar yang sanggup dan seyogianya dijalankan oleh para guru, antara lain :
a. Mengumpulkan isu mengenai diri siswa
b. Memberikan isu mengenai aneka macam kemungkinan jenis kegiatan dan kegiatan yang sesuai dengan karakteristik siswa.
c. Menempatkan siswa dengan kelompok berguru yang sesuai
d. Memberikan kegiatan berguru yang sesuai
e. Mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar
f. Membuat rekomendasi wacana kemungkinan perjuangan selanjutnya
g. Melakukan remedial teaching
4. Prosedur dan Strategi Layanan Bimbingan Belajar
a. Prosedur Umum Layanan Bimbingan Belajar
Suatu layanan bimbingan belajar, pada umumnya mempunyai beberapa tahap dalam kegiatannya, antara lain :
1) Identifikasi Kasus
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi siswa yang memerlukan bimbingan. Ada kalanya siswa tiba pribadi pada guru pembimbing untuk diberi bimbingan mengenai suatu permasalahan dalam berguru yang sedang dihadapinya. Namun, ada kalanya pula, siswa enggan untuk mendatangi guru pembimbingnya dikarenakan beberapa alasan. Maka, diharapkan suatu upaya lebih dari guru pembimbing untuk sanggup memperlihatkan bimbingan pada siswa yang benar-benar membutuhkan bimbingan, namun enggan untuk meminta bimbingan. Dan cara yang sanggup dilakukan oleh guru pembimbing dalam memperlihatkan bimbingan motivasi kepada siswa tersebut, antara lain :
(a) Call them approach
Langkah untuk memanggil setiap siswa yang ada dan melaksanakan wawancara face to face, maka akan diperoleh siswa yang perlu dibimbing.
(b) Maintan good relations
Langkah ini dikenal juga sebagai open door policy, yang mana diciptakan aneka macam cara tidak pribadi untuk memperkenalkan aneka macam jenis layanan yang akan diberikan guru pembimbing untuk membantu siswanya yang tidak hanya terbatas pada kekerabatan belajar-mengajar di kelas saja.
(c) Developing a desire for conseling
Langkah ini dilakukan bila siswa tidak menyadari akan duduk kasus berguru yang dialaminya, maka dilakukanlah cara:
(1) mengadiministrasikan tes inteligensi, bakat, minat, pretest atau post test dan sebagainya.
(2) mengadakan orientasi studi yang membicarakan dan memperkenalkan karakteristik perbedaan individual serta implikasinya bagi cara belajar-mengajar.
(3) mengadakan diskusi wacana suatu duduk kasus wacana kesulitan belajar.
(d) Lakukan analisis terhadap prestasi berguru siswa mengenai beberapa siswa yang memperlihatkan kelainan-kelainan tertentu.
(e) Lakukan analisis sosiometris dengan menentukan temantedekat di antara sesama siswa.
2) Identifikasi Masalah
Langkah ini dilakukan untuk mengidentifikasi permalsahan yang dihadapi oleh setiap siswa. Dalam konteks PBM, permasalahannya sanggup dialokalisasi dan dibatasi dengan ditinjau dari tujuan proses belajar-mengajar:
(a) Secara substansial-material, hendaknya dialokalisasi pada jenis bidang studi mana saja.
(b) Secara struktural-fungsional, permasalahan itu mungkin sanggup dialokasikan pada salah satu jenis dan tingkat kategori berguru proses-proses mental dari delapan kategori berguru berdasarkan Gagne.
(c) Secara behavioral, permasalahan mungkin terletak pada salah satu jenis dan tingkat sikap kognitif, afektif, dan psikomotor.
(d) Mungkin terletak pada salah satu atau beberapa aspek kepribadian siswa.
3) Diagnosis
Dalam konteks PBM, kemungkinan faktor penyebab permasalahan yaitu terletak pada :
(a) raw input
(b) instrumental input
(c) enviromental input
(d) tujuan pendidikan
Cara yang sanggup dilakukan untuk memperoleh isu yang relevan dengan kemungkinan faktor penyebab permasalahan di atas, antara lain:
(a) Untuk mendeteksi raw input, perlu diadakan tes psikologi, skala penilaian sikap, wawancara bimbingan dengan yang bersangkutan, inventory, dan sebagainya.
(b) Untuk mendeteksi instrumental input, perlu dilakukan review terhadap komponen-komponen sistem instruksional yang bersangkutan dengan diadakan wawancara dan studi dokumeneter.
(c) Untuk mendeteksi enviromental input, perlu dilakukan observasi dengan analisis anecdotal records, kunjungan rumah, wawancara dengan yang bersangkutan.
(d) Untuk mendeteksi tujuan-tujuan pendidikan, perlu dilakukan analisis rasional, wawancara, dan studi dokumenter.
4) Mengadakan Prognosis
Langkah ini dilakukan sehabis beberapa langkah sebelumnya telah dilakukan, dan memperlihatkan hasil. Selanjutnya, sanggup diperkirakan wacana cara mana yang mungkin dilakukan. Proses pengambilan keputusan pada tahap ini seyogianya tidak dilakukan secara tergesa-gesa, dan sebaiknya melalui serangkaian konferensi kasus.
5) Melakukan Tindakan Remedial atau Membuat Referral (Rujukan)
Jika jenis permasalahan yang dihadapi bekerjasama dengan lingkungan belajar-mengajar dan guru masih sanggup mengatasi, maka perlu dilakukan tindakan remedial. Namun, bila permasalahannya sudah menyangkut aspek lain yang lebih luas lagi, maka seorang guru perlu segera melaksanakan referral pada andal yang kompeten di bidangnya.
6) Evaluasi dan Follow Up
Langkah apapun yang telah ditempuh oleh seorang guru, langkah penilaian atas perjuangan pemecahan duduk kasus tersebut seyogianya dilakukan.
b. Strategi Layanan Bimbingan Belajar
Ada dua cara pendekatan dalam menggariskan taktik layanan bimbingan, yaitu :
1. Berdasarkan jenis dan sifat masalah yang dihadapinya
Sesuai dengan sifat permasalahannya, layanan bimbingan sanggup diberikan kepada siswa sebagai individual dan sanggup pula diberikan kepada individu dalam kelompok.
o Layanan bimbingan kelompok, diselenggarakan bila :
(1) Terdapat sejumlah individu yang mempunyai permasalahan yang sama.
(2) Terdapat duduk kasus yang dialami oleh individu, namun perlu adanya kekerabatan dengan orang lain.
Layanan bimbingan ini sanggup dilakukan dengan cara:
(1) Formal, menyerupai : diskusi, ceramah, remedial teaching, sosiodrama, dan sebagainya.
(2) Informal, menyerupai : rekreasi, karyawisata, student self government, pesta olah raga, pentas seni, dan sebagainya.
o Layanan bimbingan individual
Layanan ini sanggup dipakai bila permasalahan yang dihadapi individu itu lebih bersifat pribadi dan memerlukan beberapa proses yang mana sanggup dilakukan oleh guru atau andal psikolog. Mungkin juga orangtua yang bersangkutan yang akan melakukannya.
2. Berdasarkan Ruang Lingkup Permasalahan dan Pengorganisasiannya
Mathewson mengidentifikasi tiga taktik umum penyelenggaraan layanan bimbingan, sebagai berikut :
a) The strategy guidence thoughout the classroom
Dalam taktik bimbingan melalui kelas ini, ada slogan yang berbunyi “Every teacher is a guidance worker”, yang artinya bahwa setiap guru yakni petugas bimbingan. Slogan ini menjiwai seluruh pemikiran dan praktik layanan sehingga bimbingan sanggup selalu terlaksana.
b) The strategy of guidance throughout supplementary services
Dalam taktik bimbingan melalui layanan khusus yang bersifat suplementer ini sanggup dilakukan oleh petugas khusus yang ditujukan guna mengatasi duduk kasus pokok secara terpilih. Strategi ini merupakan teladan layanan bimbingan pendidikan dan vokasional.
c) The strategy of guidance as a comprehensive process trhoughtout the whole curriculum and community
Dalam taktik bimbingan sebagai suatu proses yang komprehensif melalui kegiatan keseluruhan kurikulum dan masyarakat inimelibatkan semua komponen personalia sekolah, siswa, orangtua, dan wakil-wakil masyarakat. Strategi ini memerlukan akomodasi yang lebih lengkap dan menuntut terciptanya suatu kolaborasi yang serasi di antara semua komponen yang terlibat.
5. Sistem dan Teknik Layanan Bimbingan
a. Beberapa Sistem Pendekatan Layanan Bimbingan
Dalam buku berjudul Counseling and Psychotherapy, Rogers mengemukakan dua pendekatan layanan bimbingan, yaitu:
1) Pendekatan Direktif
adalah suatu proses pendekatan yang mana yang menjadi pusatnya yaitu konselor, bukan klien.
Dalam pendekatan ini, Wiliamson mengemukakan beberapa alasan dilakukannya pendekatan ini, antara lain:
o Anak yang belum matang mendiagnosis sendiri, sukar memecahkan duduk kasus yang dihadapinya tanpa proteksi pihak lain.
o Anak yang berkesulitan, walaupun telah diberi kode untuk melaksanakan sesuatu biar sanggup mengatasi masalahnya, tetap saja tidak berani melakukannya.
o Mungkin ada duduk kasus yang berat untuk dipecahkan oleh anak tanpa proteksi orang lain.
2) Pendekatan Non-Direktif
adalah suatu proses pendekatan yang mana yang menjadi pusatnya yaitu klien, bukan konselor.
Dalam pendekatan ini, Cart Rogers mengemukakan beberapa alasan dilakukannya pendekatan ini, antara lain:
o Tiap individu mempunyai kemampuan yang besar untuk mengikuti keadaan serta mempunyai dorongan yang berpengaruh untuk bangkit sendiri.
o Pembimbing hanya sebagai pengantar dan membantu klien dalam membuat suasana damai.
3) Pendekatan Eclective
Dalam pendekatan ini, FP Robinson mengemukakan beberapa alasan dilakukannya pendekatan ini, antara lain:
o Masalah dan situasi penyuluh selalu berbeda yang tak terbatas pada satu bidang kehiudpan.
o Langkah-langkah pembimbing harus selalu diubahsuaikan dengan keperluan yang dituntut oleh situasi bimbingan.
b. Teknik Layanan Bimbingan Belajar
Ada beberapa teknik layanan bimbingan yang sanggup dilakukan oleh seorang guru pembimbing, yaitu antara lain:
1) Menghimpun data dan isu mengenai individu yang bersangkutan.
2) Menciptakan kekerabatan yang baik dengan klien serta memberikan
informasi yang meyakinkan dan memperlihatkan pilihan rencana yang sanggup dilakukan untuk mengatasi masalahnya.

Share on Google Plus

About Raden

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.