Makalah Tauhid Fatwa Asy’Ariyah

Kata Pengantar
Alhamdulillahirobbil’alamin,  segala  puji  dan  syukur  seraya  penyusun panjatkan ke hadirat Illahi Robbi yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga sanggup menuntaskan makalah yang berjudul “Aliran Asy’ariyah dan Ajarannya”.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu kiprah mata kuliah  Ilmu Kalam.  Adapun  isi  dari  makalah  yaitu menjelaskan perihal latar belakang munculnya aliran Asy’ariyah, keyakinan aliran Asy’ariyah, beberapa tokoh dan ajarannya.
Penyusun  berterima  kasih  kepada  Bapak Gusnam Haris, S.Ag,M.Ag selaku  dosen  mata  kuliah  Ilmu Kalam  yang  telah memperlihatkan instruksi serta bimbingan, dan juga kepada semua pihak yang telah membantu baik eksklusif maupun tidak eksklusif dalam penulisan makalah ini.Seperti pepatah menyampaikan “Tak ada gading yang tak retak”. Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini semata-mata lantaran keterbatasan kemampuan penyusun sendiri. Oleh lantaran itu, penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang positif dan membangun dari semua pihak semoga makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa yang akan datang.
Penyusun
                                                                                                    Kendal, 21 Mei 2013

DAFTAR ISI
Cover…………………………………………………………………………………………………………. ……… 1
Kata Pengantar………………………………………………………………………………………….. ……… 2
Daftar Isi……………………………………………………………………………………………………. ……… 3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang…………………………………………………………………………………………. 4
1.2   Rumusan Masalah……………………………………………………………………………………… 4
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1   Riwayat Singkat Asy’ariyah dan Karyanya………………………………………………….. 5
2.2   Doktrin Aliran Asy’ariyah………………………………………………………………………….. 6
2.3   Perkembangan Aliran Asy’ariyah………………………………………………………………… 7
2.4   Tokoh dan Ajarannya………………………………………………………………………………… 8
BAB 3 PENUTUP
3.1   Kesimpulan………………………………………………………………………………………………. 9
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………. 10









BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kata khalaf biasanya digunakan untuk merujuk para ulama setelah periode III H dengan karakteristik yang bertolak belakang dengan yang dimiliki salaf, diantaranya perihal penakwilan sifat-sifat Tuhan yang serupa dengan makhluk pada pengertian yang sesuai dengan ketinggian dan kesucian-Nya.
Adapun ungkapan ahlussunnah (sering juga disebut dengan sunni) dibedakan menjadi 2 pengertian, yaitu umum dan khusus. Sunni dalam pengertian umum yaitu lawan kelompok Syiah. Sunni dalam pengertian khusus yaitu mazhab yang berada dalam barisan Asy’ariyah dan merupakan lawan dari Mu’tazilah.
Selanjutnya, term ahlussunnah banyak digunakan setelah munculnya aliran Asy’ariyah. Menurut Harun Nasution bahwa aliran ahlussunnah muncul dari keberanian dan perjuangan Abu Al-Hasan Al-Asy’ari sekitar tahun.
1.2  Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan aliran Asy’ariyah  ?
1.2.2 Bagaimana pemikiran atau keyakinan aliran Asy’ariyah?



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Riwayat Singkat  Asy’ariyah dan Karyanya
Pendiri aliran ini yaitu Al-Asy’ari. Nama lengkapnya yaitu Abu Al-Hasan Ali bin Ismail Al-Asy’ari. Menurut beberapa riwayat, Al-Asy’ari lahir di Bashrah pada tahun 260H/875M. Ketika berusia lebih dari 40 tahun, ia hijrah ke kota Baghdad dan wafat di sana pada tahun 324H/935M.
Al-Asy’ari menganut faham Mu’tazilah pada hingga ia berusia 40 tahun, setelah itu, secara tiba-tiba ia mengumumkan di hadapan jamaah masjid Bashrah bahwa dirinya telah meninggalkan faham Mu’tazilah dan memperlihatkan keburukan-keburukannya. Menurut Ibn Asakir, yang melatarbelakangi Al-Asy’ari meninggalkan faham Mu’tazilah yaitu akreditasi Al-Asy’ari telah bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW sebanyak 3 kali, yaitu pada malam ke-10, ke-20, dan ke-30 bulan Ramadhan. Dalam tiga mimpinya itu, Rasulullah memperingatkannya semoga meninggalkan faham Mu’tazilah dan membela faham yang telah di riwayatkan dari beliau.[1] Sebab yang lainnya yaitu lantaran adanya perpecahan yang dialami kaum muslimin yang bisa menghacurkan mereka jika tidak segera diakhiri. Ia sangat mengkhawatirkan al quran dan hadits menjadi korban paham-paham Mu’tazilah, yang berdasarkan pendapatnya tidak sanggup dibenarkan, lantaran didasarkan atas nalar fikiran. Asy’ari karenanya mengambil jalan tengah antara golongan rasionalisme dan golongan tekstualis dan ternyata jalan tersebut sanggup diterima oleh dominan kaum muslimin.[2]
Kitab-kitabnya yang terkenal:
Maqalat al-islamiyyin: kepercayaan golongan islam dan merupakan sumber terpenting lantaran ketelitian dan kejujuran pengarangnya.
Al-Ibanah an Ushulud Diniyah: keterangan perihal dasar-dasar agama.
Al-Luma: kitab ini dimaksudkan untuk membantah lawan-lawannya dalam beberapa perkara ilmu kalam.[3]
2.2  Pemikiran atau Doktrin Aliran Asy’ariyah
  1. 1.      Tuhan dan sifat-sifatnya
Al-Asy’ari mengakui sifat-sifat Tuhan yang sesuai dengan Zat Tuhan sendiri, dan sama sekali tidak ibarat sifat-sifat makhluk. Tuhan mendengar, tidak mirip kita mendengar dan seterusnya.
  1. 2.      Kebebasan dalam berkehendak (free will)
Al-Asy’ari menyatakan bahwa insan tidak berkuasa membuat sesuatu, tetapi berkuasa untuk memperoleh (kasb) sesuatu perbuatan.
  1. 3.      Akal dan wahyu dan kriteria baik dan buruk
Al-Asy’ari mengutamakan wahyu, sementara Mu’tazilah mengutamakan akal. Al-Asy’ari beropini bahwa baik dan jelek harus berdasarkan pada wahyu, sedangkan Mu’tazilah mendasarkan pada akal.
  1. 4.      Qodimnya Al-quran
Al-Asy’ari menyampaikan bahwa al quran terdiri atas kata-kata, abjad dan bunyi, semua itu tidak menempel pada esensi Allah dan karenanyatidak qadim.
  1. 5.      Melihat Allah
Al-Asy’ari yakin bahwa Allah sanggup dilihat di akhirat, tetapi tidak sanggup digambarkan. Kemungkinan ru’yat sanggup terjadi manakala Allah sendiri yang menimbulkan sanggup dilihat atau bilamana Ia membuat kemampuan penglihatan insan untuk melihat-Nya.
  1. 6.      Keadilan
Menurutnya, Allah tidak mempunyai keharusan apapun lantaran Ia yaitu Penguasa Mutlak. Dengan demikian, jelaslah bahwa Mu’tazilah mengartikan keadilan dari visi insan yang mempunyai dirinya, sedangkan Al-Asy’ari dari visi bahwa Allah yaitu pemilik mutlak.
  1. 7.      Kedudukan orang yang berdosa
Al-Asy’ari beropini bahwa mukmin yang berbuat dosa yaitu mukmin yang fasik, lantaran iman tidak mungkin hilang lantaran dosa selain kufr.[4]

2.3 Perkembangan Aliran Asy’ariyah
Pendirian Al-Asy’ari merupakan tali penghubung antara dua aliran, yaitu aliran usang (tekstualis) dan aliran gres (rasionalis). Akan tetapi setelah wafatnya, aliran ini mengalami perubahan yang cepat.  Karena pada akhirnya, aliran Asy’ariyah lebih condong kepada segi nalar fikiran murni, mendahulukannya sebelum nas dan memberinya daerah yang luas daripada daerah untuk nas-nas itu sendiri.
Makara aliran Asy’ariyah pada final perkembangannya mendekati aliran Mu’tazilah, lantaran kedua aliran tersebut memegangi prinsip yang menyampaikan bahwa “ Pengetahuan yang didasarkan atas unsur-unsur naqli tidak memperlihatkan keyakinan kepada kita.” Mereka memandang bahwa pengetahuan tersebut tidak mempunyai kebenaran mutlak (absolut), kecuali dalam hal-hal yang bertalian dengan amalan-amalan syara’, sedang untuk perkara aqidah hanya bisa mencapai nilai sekunder. Karena itu hanya dalil-dalil nalar fikiran saja yang memungkinkan kita mencapai keyakinan.[5]

2.4 Ajaran dan Tokoh Alirannya
  1. 1.      Al-Baqillani (wafat 403H/1013M)
Nama lengkapnya Abu Bakar Muhammad bin Tayyib. Ajarannya yaitu alam hanyalah kumpulan jauhar (benda tunggal-atom) yaitu serpihan yang tidak sanggup dibagi-bagi lagi. Akan tetapi, jauhar tersebut gres ada setelah dibubuhi dengan ‘aradh (semua benda mengalami pergantian keadaan yang bermacam-macam, berupa bentuk, warna, gerakan, berkembang dan perubahan-perubahan yang lain).
  1. 2.      Al-Juwaini (419-478H/1028-1085M)
Nama lengkapnya Abdul Ma’ali bin Abdillah. Ajarannya yaitu kewajiban seorang muslim cukup umur ialah mengadakan penyelidikan nalar pikiran yang bisa membawa kepada keyakinan bahwa alam semesta ini baru, dan jika gres tentu ada yang menjadikannya. Itulah dia Tuhan.
  1. 3.      Al-Ghazali (450-505H)
Nama lengkapnya Abu Hamid Muhammad bin Ahmad Al-Ghazali. Ajarannya yaitu perbedaan dalam soal-soal yang kecil baik yang bertalian dengan soal-soal aqidah atau amalan, bahkan pengingkaran terhadap soal khilafat yang sudah di sepakati oleh kaum muslimin dihentikan dijadikan alasan untuk mengafirkan orang lain.
  1. 4.      As-Sanusi (833-895H/1427-1490M)
Nama lengkapnya Abu Abdillah Muhammad bin Yusuf. Ajarannya yaitu membahas sifat wajib, mustahil, dan jaiz Allah serta 4 sifat wajib dan tidak mungkin Rasul.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Asy’ariyah yaitu golongan yang mengambil jalan tengah antara golongan rasionalisme dan golongan tekstualis. Pemikiran atau keyakinan aliran asy’ariyah antara lain:
Tuhan dan sifat-sifatnya
Kebebasan dalam berkehendak (free will)
Akal dan wahyu dan kriteria baik dan buruk
Qodimnya Al-quran
Melihat Allah
Keadilan
Kedudukan orang yang berdosa

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon. 2001. Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia
Hanafi, Ahmad. 1993. Theologi Islam (ilmu kalam). Jakarta: Bulan Bintang
Hanafi, Ahmad. 1995. Pengantar Theologi Islam. Jakarta: Al-Husna Zikra


[1]  Anwar, Rosihon. 2001. Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia hal 120
[2]  Hanafi, Ahmad. 1993. Theologi Islam (ilmu kalam). Jakarta: Bulan Bintang hal 59
[3]  Ibid hal 59-60
[4] Anwar, Rosihon. 2001. Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia hal 121-124
[5]  Hanafi, Ahmad. 1995. Pengantar Theologi Islam. Jakarta: Al-Husna Zikra hal 122-123
http://www.anasunni.wordpress.com
Share on Google Plus

About Raden

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.