Makalah Perihal Pengolahan Dan Analisa Data

Dalam penelitian terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen, yang berkhasiat untuk mengukur nilai variable yang diteliti, oleh alasannya itu untuk menghasilkan data yang akurat maka setiap instrumen harus mempunyai skala. Adapun jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung pada jumlah variable yang diteliti.

Sedangkan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh alasannya itu instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu sanggup menghasilkan yang valid dan reliable apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara sempurna dalam pengumpulan data. Oleh alasannya itu dalam goresan pena ini akan membahas wacana bagaimana memakai dan menentukan alat ukur, yang selanjutnya dalam goresan pena ini disebut dengan instrumen penelitian, dan kemudian bagaimana mengumpul dan menganalisa data dalam penelitian.

2. Instrumen Penelitian
Kegiatan penelitian pada prinsipnya yaitu melaksanakan pengukuran terhadap fenomena social maupun alam atau mengukur variable, oleh alasannya itu harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian.[1]Jadi Instrumen penelitian yaitu suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun social yang diamati, secara spesific semua fenomena itu disebut variable penelitian.

Instrumen-instrumen yang digunakan untuk mengukur variable dalam ilmu alam sudah tersedia dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya, contohnya tingkat suhu maka instrumennya yaitu thermometer, berat instrumennya timbangan berat, panjang instrumennya mistar / meteran. Instrumen tersebut gampang didapat dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya, kecuali yang rusak dan palsu. Dan yang rusak dan palsu bila digunakan untuk mengukur harus diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu.

Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengukur variable dalam ilmu social termasuk variable ekonomi memang ada yang sudah tersedia dan telah teruji validitas dan reliablitasnya namun sulit untuk dicari. Jika pun sudah tersedia dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya tetapi bila digunakan untuk daerah tertentu belum tentu sempurna dan mungkin tidak valid dan tidak reliable lagi.

Untuk itu maka peneliti-peneliti dalam bidang social, instrumen penelitian yang digunakan sering disusun sendiri termasuk menguji validitas dan reliabilitasnya. Adapun titik tolak penyusunan instrumen yaitu dari variable-variabel penelitian yang telah ditetapkan . dari variable tersebut diberikan definisi operasional dan selanjutnya ditentukan indicator yang akan diukur, dan dari indicator kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan instrumen maka perlu digunakan matrik pengembangan instrumen atau kisi-kisi instrumen.[2]

Sebagi teladan contohnya variable penelitiannya “ tingkat konsumsi “ indicator konsumsi contohnya : jenis kendaraan yang dimiliki, jenis pakaian yang sering dipakai, jenis masakan yang sering dimakan, daerah belanja, jenis olah raga yang dilakukan, pendidikan dan sebagainya. Untuk indicator jenis kendaraan yang dimiliki, bentuk pertanyaannya contohnya : Berapa jenis kendaraan yang dimiliki, Bagaimana dengan status kepemilikan terhadap masing-masing kendaraan itu, Dimana dan tahun berapa diproduksi masing-masing kendaraan itu, Bagaimana kualitas masing-masing kendaraan itu, Berapa harga jual dipasaran untuk ketika ini masing-masing kendaraan itu dan sebagainya.

Dari paparan diatas sanggup dikatakan bahwa validitas dan reliabilitas instrumen dalam pengumpulan data merupakan syarat mutlak untuk mendapat hasil penelitian yang valid dan reiabel. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapat data (mengukur) itu valid. Valid ( berdasarkan Bapak Meneth dalam kuliah ) berarti instrumen tersebut sanggup digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Meteran yang valid sanggup digunakan untuk mengukur panjang, menjadi tidak valid jikalau digunakan untuk mengukur berat atau panas. Instrumen yang reliable berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama.[3]

3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data sanggup dilakukan dalam banyak sekali setting, banyak sekali sumber dan banyak sekali cara. Bila dilihat dari setting nya, data sanggup dikumpulkan pada setting alamiah, pada laboratorium dengan metode eksperimen, pada suatu seminar, diskusi, di rumah dengan banyak sekali responden, di jalan-jalan dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data sanggup memakai sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer yaitu sumber data yang pribadi memperlihatkan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder yaitu merupakan sumber yang tidak pribadi memperlihatkan data kepada pengumpul data, contohnya lewat orang lain atau lewat dokumen.

Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data berdasarkan keterlibatan pribadi atau tidak pribadi pengumpul data dengan subyek penelitian maka teknik pengumpulan data sanggup dilakukan dengan melalui metode: Pengamatan langsung, memakai pertanyaan (wawancara atau angket), dan khusus.[4]

Pengumpulan Data dengan Pengamatan Langsung (observasi)

Pengumpulan data dengan cara ini yaitu cara pengambilan data dengan memakai mata tanpa ada pertolongan alat standart lain untuk keperluan penelitian dengan kreteria berdasarkan C. Selltiz yang dikutip Moh. Nazir yaitu sebagai berikut :
1. Pengamatan digunakan penelitian dan telah direncanakan secara sistimatis
2. Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah direncanakan
3. Pengamatan tersebut dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu set yang menarik perhatian saja.
4. Pengamatan sanggup dicek dan dikontrol atas validitas dan reliabilitasnya.[5]

Jika dilihat dari segi instrumentasi yang digunakan, maka observasi sanggup dibedan menjadi observasi terstruktur dan observasi tidak terstruktur.[6] Observasi terstruktur yaitu observasi yang telah dirancang secara sistematis wacana apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya. Makara jelasnya peneliti telah mengetahui dengan niscaya wacana variable apa yang akan diamati. Sedangkan observasi tidak terstruktur yaitu observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis wacana apa yang akan diobservasi, alasannya peneliti belum tahu secara niscaya wacana apa yang akan diamati.

Namun jikalau dilihat dari proses pelaksanaan pengumpulan data , observasi dibedakan menjadi observasi berperan serta (Participant observation) dan Non Participant observation. Dalam observasi partisipan, peneliti terlibat dengan acara sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian, artinya sambil melaksanakan pengamatan, peneliti ikut melaksanakan apa yang dikerjakan oleh sumber data dan ikut mencicipi suka dukanya. Sebaliknya dengan observasi non partisipan, peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.

Pengumpulan Data dengan Pertanyaan (Wawancara dan Kuesioner) Wawancara yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara peneliti dan responden dengan alat panduan wawancara. Adapun hal yang perlu dipegang oleh peneliti dalam memakai metode wawancara dan angket berdasarkan Sutrisno Hadi yaitu :

- Bahwa responden yaitu orang yang tahu wacana dirinya sendiri
- Bahwa apa yang dinyatakan oleh responden kepada penelitiadalah benar dan sanggup dipercaya
- Bahwa interpretasi responden wacana pertanyaan – pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya yaitu sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti[7].

Wawancara dalam penelitian sanggup dilakukan secara terstruktur dan tidak terstruktur.Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti telah mengetahui dengan niscaya wacana informasi apa yang akan diperoleh. Oleh alasannya itu peneliti dalam melaksanakan wawancara telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan–pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya telah disiapkan, responden diberi pertanyaan yang sama dan peneliti mencatatnya dan merekamnya. Wawancara model ini biasanya disebut dengan wawancara secara tertutup. Sedangkan wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara yang bebas, dimana peneliti tidak memakai fatwa wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya, dan wawancara ini disebut wawancara terbuka.

Sedangkan kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan dan pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner sanggup berupa pertanyaan atau pernyataan tertutup atau terbuka , sanggup diberikan kepada responden secara pribadi atau dikirim melalui pos atau internet. Kuesioner harus mempunyai center perhatian yakni duduk perkara yang ingin dipecahkan sehingga setiap pertanyaan harus merupakan bab dari hipotesa yang ingin diuji. Untuk memperoleh keterangan yang berkisar sekitar duduk perkara yang ingin dipecahkan itu maka secara umum isi kuesioner sanggup berupa pertanyaan wacana fakta, wacana pendapat dan wacana persepsi diri.[8]

Menurut Uma Sekaran (1992) yang dikutip oleh Sugiono bahwa prinsip-prinsip dalam penulisan kuesioner sebagi teknik pengumpulan data adalah[9] :

a. Bahwa isi pertanyaan tersebut merupakan bentuk pengukuran atau bukan. Kalau berbentuk pengukuran maka dalam menciptakan pertanyaan harus teliti, artinya setiap pertanyaan harus skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variable yang diteliti.
b. Bahasa yang digunakan dalam penulisan kuesioner harus diadaptasi dengan kemampuan berbahasa responden
c. Tipe pertanyaan dalam kuesioner sanggup tertutup atau terbuka, dan bentuknya sanggup memakai kalimat positif atau negatif.
d. Pertanyaan dalam kuesioner jangan mendua (double barreled) sehingga menyulitkan responden untuk memperlihatkan jawaban
e. Setiap pertanyaan sebaiknya tidak menanyakan hal-hal yang sekiranya responden sudah lupa atau pertanyaan yang memerlukan balasan denngan berfikir berat.
f. Pertanyaan dalam kuesioner sebaiknya juga tidak menggiring ke balasan yang baik saja atau yang buruk saja, dan tidak terlalu panjang.
g. Urutan pertanyaan dalam kuesioner dimulai dari yang umum menuju yang spesifik atau dari yang gampang menuju ke yang sulit
h. Bahwa kuesioner yang diberikan kepada responden yaitu merupakan instrumen penelitian, oleh alasannya itu harus sanggup digunakan untuk mendapat data yang valid dan reliable wacana variable yang diukur, untuk itu sebelumnya instrumen harus diuji terlebih dahulu.
i. Penampilan fisik kuesioner hendaknya sanggup menarik responden untuk mengisi atau menjawabnya.

4. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan acara awal sebelum peneliti melaksanakan analisa terhadap data yang sudah dikumpulkan. Kegiatan ini mencakup tahap editing ( investigasi data ), coding ( proteksi arahan ) dan penyederhanaan data. Tahap investigasi dan meneliti kembali data ( editing ) yang sudah terkumpul bermaksud untuk mengetahui apakah data yang terkumpul tersebut dalam kondisi baik sehingga sanggup dipersiapkan untuk tahap analisis berikutnya. Selain itu juga untuk mengetahui apakah informasi yang tampak pada kuesioner jelas, terang, sanggup dibaca, relevan dan sempurna atau tidak.

Sedangkan tahap proteksi arahan (coding) dilakukan sebagai perjuangan untuk menyederhanakan data, yaitu dengan memberi symbol angka pada setiap jawaban, atau suatu cara mengklasifikasi balasan responden atas suatu pertanyaan berdasarkan macamnya dengan jalan menandai masing-masing balasan dengan arahan tertentu. Jelasnya tahap coding berdasarkan Sarantakos (2002) yang dikutip oleh Sutinah yaitu proses dimana pertanyaan-pertanyaan dan balasan – balasan diubah menjadi angka[10].Pemberian symbol atau arahan yang berupa angka merupakan suatu cara menggolongkan balasan atas pertanyaan sehingga memudahkan analisis data. Dalam hal ini Neuman (2000) mengartikan coding sebagai pengorganisasian data mentah secara sistimatis ke dalam format yang sanggup dibaca [11]. Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti untuk memudahkan reduksi data, analisis, penyimpanan dan penyebaran data serta memudahkan menciptakan perbandingan antar balasan responden.

5. Analisa dan Interpretasi Data
Bahwa tujuan penelitian akan tercapai bila peneliti sanggup merumuskan hipotesis melaksanakan pengumpulan data, mengolah data dan menganalisis data serta meng interpretasikannya. Analisis data yaitu suatu proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih gampang dibaca dan diinterpretasikan[12]

Dalam acara analisa data sering digunakan alat bantu ibarat penghitungan dengan tes statistik, yang fungsi pokoknya antara lain menyederhanakan data hasil penelitian yang jumlahnya sangat besar menjadi suatu informasi yang lebih sederhana dan gampang dimengerti. Selain itu statistik juga sanggup digunakan untuk membandingkan antara hasil yang diperoleh dari penelitian dan hasil yang terjadi secara kebetulan, denngan demikian maka peneliti dimungkinkan untuk melaksanakan pengujian apakah hubungan antar variable tersebut benar-benar terjadi alasannya adanya hubungan yang sistematis dan konkret antara variable-variabel yang diteliti ataukah sekedar terjadi secara kebetulan. Tahap pertama dalam acara analisa data yaitu membagi data atas kelompok atau kategori-kategori. Beberapa ciri dalam menciptakan kategori berdasarkan F.N. Kerlinger yang dikutip oleh Moh Nazir adalah[13] :

a.Kategori yang dibentuk harus sesuai dengan duduk perkara dan tujuan penelitian
b.Kategori harus lengkap ( Exhaustive )
c.Kategori harus bebas dan terpisah
d.Tiap kategori harus berasal dari satu klasifikasi
e.Tiap kategori harus dalam satu level.

Pada penelitian social, analisa data sering kali dibagi ke dalam dua kelompok yaitu analisa untuk data categorical dan bersambungan. Analisis yang sering digunakan untuk data kategorikal yaitu metode tabulasi silang atau analisis elaborasi. Sedangkan analisis data bersambungan, biasanya digunakan banyak sekali teknik / tes statistik ibarat distribusi frekuensi, ukuran kecenderungan dan variabilitas sentral, analisis korelasi, analisis komparasi, analisis varians, analisis regresi dan sebagainya.

Bahwa inti acara analisa data yaitu menguji kebenaran atau keberlakuan hipotesa yang ditetapkan oleh peneliti semenjak awal dalam proses penelitian dengan data-data empiris yang telah dikumpulkan. Oleh alasannya itu menguji hipotesa tidaklah hanya memaparkan data yang sanggup membenarkan hipotesa yang diajukan, tetapi menguji apakah kebenaran atau keberlakuan hipotesa tersebut ditolak atau tidak ditolak berdasarkan data yang obyektif.

Selain hal tersebut diatas bahwa menguji hipotesa yaitu menaksir parameter populasi berdasarkan data sample. Dalam hal ini ada dua cara penaksiran[14], yaitu a point estimate ( titik taksiran ) dan interval estimate ( taksiran interval ). Titik taksiran yaitu suatu taksiran parameter populasi berdasarkan suatu nilai dari rata-rata data sample.Contoh Hipotesanya berbunyi , Bahwa daya tahan kerja orang Indonesia yaitu 10 jam / hari, disebut a point estimate alasannya daya tahan kerja orang Indonesia ditaksir melalui satu nilai yaitu 10 jam / hari.

Sedangkan taksiran interval yaitu suatu taksiran parameter populasi berdasarkan nilai interval data sample. Contoh hipotesanya berbunyi, Daya tahan kerja orang Indonesia antara 8 hingga dengan 12 jam / hari, alasannya yang ditaksir nilai intervalnya yaitu 8 hingga dengan 12 jam / hari. Untuk lebih jelasnya pengujian hipotesa, penulis mengutip table atau matriks penggunaan statistik parametriks dan non parameteriks dari bapak Sugiyono dalam bukunya Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.

Meski penghitungan dengan tes statistik yaitu penting, akan tetapi masih ada yang perlu diperhatikan yaitu interpretasi, alasannya penghitungan statistik tidak mempunyai banyak arti manakala tidak di interpretasikan di dalam suatu kerangka teorotis tertentu. Bagaimana arti dan makna di balik data dan penghitungan statistik yang berkaitan denngan tanda-tanda social yang diteliti, itulah yang jauh lebih penting.Dengan demikian yang utama yaitu bagaimana peneliti bias mengartikan data dan hasil penghitungan statistik melalui interpretasinya sanggup menjelaskan atau memahami tanda-tanda social yang ditelitinya.

Interpretasi sanggup dilakukan dengan dua cara[15] yaitu pertama, interpretasi secara terbatas dimana peneliti hanya melakkukan interpretasi atas data dan hubunngan yang ada dalam penelitiannya, cara ini dilakukan secara bersamaan pada ketika analisis data dilakukan. Cara kedua, peneliti berusaha mencari pengertian yang lebih luas wacana hasil-hasil yang diperoleh dari analisis, cara ini dilakukan dengan membandingkan hasil analisisnya dengan kesimpulan peneliti lain serta menghubungakn interpretasi tersebut dengan teori.

Footnote
[1].Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D (Bandung :Alfabeta, 2006) h.114
[2] Ibid. h. 116
[3]Ibid. h. 135
[4]Moh. Nazir, Metode Penelitian, Cet III (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988 ) h. 212
[5]Ibid
[6] Sugiono, Metode Penelitian …………….h. 163
[7]Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach, Jilid I ( Yogyakarta : UGM Press, 1986 ) h. 19
[8] Moh. Nazir, Metode Penelitian ………h. 246
[9] Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif …………………h. 159 - 161
[10]Bagong Suyanto – Sutinah ( Ed ), Metode Penelitian Sosial ( Jakarta : Kencana, 2005 ) h. 95
[11]Ibid.
[12]Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (ed), Metode Penelitian Survai, edisi revisi (Jakarta : LP3ES, 1989 ) h.43
[13]Moh Nazir, Metode Penelitian ……h.419
[14]Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif ……….h.179
[15]Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (ed), Metode penelitian Survai………..h.56
Share on Google Plus

About Raden

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.