Urgensi Bimbingan Konseling



BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu kompenen dari pendidikan kita. Mengingat bahwa bimbingan dan konseling ialah merupakan suatu kegiatan proteksi dan tuntunan yang diberikan kepada individu pada umumnya dan siswa pada khususnya disekolah dalam rangka meningkatkan mutunya. Pelayanan bimbingan merupakan penggalan integral dari acara pendidikan itu dan sebab sebagian besar dari tumpukan perkara yang yang dihadapi oleh penerima didik justru bersumber dari keaneka ragaman tuntutan mencar ilmu disekolah. Maka, para konselor sekolah harus mengenal bidang pendidikan sekolah secara konret.

Bimbingan merupakan proses membantu orang perorangan dalam memahami dirinya sendiri dan lingkungan, sedangkan konseling diartikan sebagai suatu proses interaksi yang membantu pemahaman diri dan lingkungan dengan penuh berarti, dan menghasilkan pembentukan atau klarifikasi tujuan-tujuan dan nilai sikap di masa mendatang
Oleh sebab itu,  kedudukan bimbingan dan konseling disini sangat penting. Bimbingan dan konseling akan sangat membantu lancarnya proses pembelajaran dalam suatu forum pendidikan, apalagi pada masa kini ini, dimana para kaum muda sudah banyak sekali mengalami problematika-problematika kehidupan. Keadaan menyerupai ini sangat membutuhkan suatu wadah(bimbingan dan konseling terutama di sekolah) untuk bisa membantu para kaum muda biar ia bisa mengatasi problematika yang ada sehingga ia bisa terus menyebarkan potensi yang dimilikinya secara optimal. 


1.2     Rumusan masalah:
1.2.1        Apakah urgensi bimbingan konseling itu?
1.2.2        Apakah fungsi dan tujuan bimbingan konseling?
1.2.3        Apa landasan bimbingan konseling? Bagaimana kiprah dan kedudukan bimbingan konseling dalam pendidikan?
1.2.4        Bagaimana bimbingan konseling untuk anak SD?

1.3   Tujuan
1.3.1        Mengetahui urgensi bimbingan konseling.
1.3.2        Mengetahui fungsi dan tujuan dari bimbingan konseling.
1.3.3        Mengetahui landasan bimbingan konseling.
1.3.4        Mengetahui kiprah dan kedudukan bimbingan konseling dalam pendidikan.
1.3.5        Mengetahui penerapan bimbingan konseling di SD. 



BAB II
PEMBAHASAN

`2.1 Urgensi Bimbingan dan Konseling
Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan aturan (perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting ialah menyangkut upaya memfasilitasi penerima didik yang selanjutnya disebut konseli, biar bisa menyebarkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual).
Konseli sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, konseli memerlukan bimbingan sebab mereka masih kurang mempunyai pemahaman atau wawasan perihal dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan konseli tidak selalu berlangsung secara mulus, atau bebas dari masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut.
Perkembangan konseli tidak lepas dari imbas lingkungan, baik fisik, psikis maupun sosial. Sifat yang menempel pada lingkungan ialah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan sanggup mempengaruhi gaya hidup (life style) warga masyarakat. Apabila perubahan yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar jangkauan kemampuan, maka akan melahirkan kesenjangan perkembangan sikap konseli, menyerupai terjadinya stagnasi (kemandegan) perkembangan, masalah-masalah pribadi atau penyimpangan perilaku. Perubahan lingkungan yang diduga mempengaruhi gaya hidup, dan kesenjangan perkembangan tersebut, di antaranya: pertumbuhan jumlah

penduduk yang cepat, pertumbuhan kota-kota, kesenjangan tingkat sosial ekonomi masyarakat, revolusi teknologi informasi, pergeseran fungsi atau struktur keluarga, dan perubahan struktur masyarakat dari agraris ke industri.
Iklim lingkungan kehidupan yang kurang sehat, menyerupai : maraknya tayangan pornografi di televisi dan VCD; penyalahgunaan alat kontrasepsi, minuman keras, dan obat-obat terlarang/narkoba yang tak terkontrol; ketidak harmonisan dalam kehidupan keluarga; dan dekadensi moral orang remaja sangat mempengaruhi pola sikap atau gaya hidup konseli (terutama pada usia remaja) yang cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah moral (akhlak yang mulia), seperti: pelanggaran tata tertib Sekolah/Madrasah, tawuran, meminum minuman keras, menjadi pecandu Narkoba atau NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya, seperti: ganja, narkotika, ectasy, putau, dan sabu-sabu), kriminalitas, dan pergaulan bebas (free sex).
Penampilan sikap remaja menyerupai di atas sangat tidak diharapkan, sebab tidak sesuai dengan sosok pribadi insan Indonesia yang dicita-citakan, menyerupai tercantum dalam tujuan pendidikan nasional (UU No. 20 Tahun 2003), yaitu: (1) beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) berakhlak mulia, (3) mempunyai pengetahuan dan keterampilan, (4) mempunyai kesehatan jasmani dan rohani, (5) mempunyai kepribadian yang mantap dan mandiri, serta (6) mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan tersebut mempunyai implikasi imperatif (yang mengharuskan) bagi semua tingkat satuan pendidikan untuk senantiasa memantapkan proses pendidikannya secara bermutu ke arah pencapaian tujuan pendidikan tersebut.
Upaya menangkal dan mencegah perilaku-perilaku yang tidak diharapkan ialah menyebarkan potensi konseli dan memfasilitasi mereka secara sistematik dan terprogram untuk mencapai standar kompetensi kemandirian. Upaya ini merupakan wilayah garapan bimbingan dan konseling yang harus dilakukan secara proaktif dan berbasis data perihal perkembangan konseli beserta aneka macam faktor yang mempengaruhinya.
Dengan demikian, pendidikan yang bermutu, efektif atau ideal ialah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional atau kurikuler, dan bidang bimbingan dan konseling. Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang administratif dan instruksional dengan mengabaikan bidang bimbingan dan konseling, hanya akan menghasilkan konseli yang arif dan terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang mempunyai kemampuan atau kematangan dalam aspek kepribadian.
Pada ketika ini telah terjadi perubahan paradigma pendekatan bimbingan dan konseling, yaitu dari pendekatan yang berorientasi tradisional, remedial, klinis, dan terpusat pada konselor, kepada pendekatan yang berorientasi perkembangan dan preventif. Pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan (Developmental Guidance and Counseling), atau bimbingan dan konseling komprehensif (Comprehensive Guidance and Counseling). Pelayanan bimbingan dan konseling komprehensif didasarkan kepada upaya pencapaian kiprah perkembangan, pengembangan potensi, dan pengentasan masalah-masalah konseli. Tugas-tugas perkembangan dirumuskan sebagai standar kompetensi yang harus dicapai konseli, sehingga pendekatan ini disebut juga bimbingan dan konseling berbasis standar (standard based guidance and counseling). Standar dimaksud ialah standar kompetensi kemandirian.
Dalam pelaksanaannya, pendekatan ini menekankan kerja sama antara konselor dengan para personal Sekolah/ Madrasah lainnya (pimpinan Sekolah/Madrasah, guru-guru, dan staf administrasi), orang renta konseli, dan pihak-pihak ter-kait lainnya (seperti instansi pemerintah/swasta dan para hebat : psikolog dan dokter). Pendekatan ini terintegrasi dengan proses pendidikan di Sekolah/Madrasah secara keseluruhan dalam upaya membantu para konseli biar sanggup mengem-bangkan atau mewujudkan potensi dirinya secara penuh, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.
Atas dasar tersebut, maka implementasi bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah diorientasikan kepada upaya memfasilitasi perkembangan potensi konseli, yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar, dan karir; atau terkait dengan pengembangan pribadi konseli sebagai makhluk yang berdimensi biopsikososiospiritual (biologis, psikis, sosial, dan spiritual).
2.2 Fungsi dan Tujuan Bimbingan Konseling
2.2.1        Fungsi bimbingan dan konseling
·       Pencegahan (preventif)
Layanan bimbingan sanggup berfungsi pencegahan, artinya merupakan perjuangan pencegahan terhadap timbulnya masalah. Layanan yang diberikan berupa proteksi bagi para siswa biar terhindar dari aneka macam perkara yang sanggup menghambat perkembangannya. Kegiatannya sanggup berupa acara orientasi, bimbingan karir, inventaris data.
·       Pemahaman
Maksudnya yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman perihal sesuatu pihak-pihak tertentu sesuai dengan keperluan pengembangan siswa dan biar siswa sanggup menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
            Untuk mencapai perkembangan optimal siswa sesuai dengan tujuan institusional forum pendidikan, intinya membina tiga perjuangan pokok, yaitu
o   Pengelolaan manajemen sekolah
o   Pengembangan pemahaman dan pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan melalui acara intrakulikuler maupun ekstrakulikuler
o   Pelayanan khusus kepada siswa dalam aneka macam bidang yang membulatkan pendidikan siswa/ menunjang kesejahteraan siswa menyerupai membina Osis, Pelayanan kesehatan, kerohanian, pengadaan warung sekolah, perpustakaan sekolah.
Dalam fungsi pemahaman disini mencakup: pemahaman perihal diri siswa, pemahaman perihal lingkungan siswa, pemahaman perihal lingkungan yang lebih luas.


·       Perbaikan (penyembuhan)
Fungsi bimbingan yang kuratif yaitu yang berkaitan erat dengan fungsi bimbingan dan konseling yang akan mengahasilkan terpecahkannya atau teratasinya aneka macam permasalahan siswa baik aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dipakai ialah konseling dan remidial teaching.
·         Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
Yang berarti layanan bimbingan dan konseling yang diberikan sanggup membantu siswa dalam memelihara dan menyebarkan pribadinya secara mantap, terarah dan berkelanjutan. Yaitu konselor senantiasa berupaya membuat lingkungan mencar ilmu yang kondusif, memfasilitasi perkembangan siswa. Dengan demikian, siswa sanggup memelihara dan menyebarkan aneka macam potensi dan kondisi yang positif dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
·         Fungsi penyaluran (distributif)
Yaitu fungsi bimbingan memberi proteksi kepada siswa dalam menentukan kemungkinan kesempatan yang ada dalam lingkungan sekolah. Misalnya kegiatan ekstrakurikuler jurusan, acara studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
·         Fungsi pembiasaan (adative)
Yaitu fungsi bimbingan sebagai pemberi proteksi para pelaksana pendidikan khususnya konselor guru atau dosen untuk mengadaptasikan acara pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, bakat, kebutuhan serta kemampuan siswa dan memperhatikan dinamika kelompok.
·         Fungsi penyesuaian (adjuditive)
Fungsi bimbingan sebagai pemberi proteksi kepada siswa biar sanggup mengikuti keadaan secara dinamis dan konstruktif terhadap acara pendidikan, peraturan sekolah atau norma agama.

Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui penyelenggaraan aneka macam jenis layanan bimbingan dan pendukung bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil sebagaimana yang terkandung dalam masing-masing fungsi.
Setiap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling harus dilaksanakan secara eksklusif mengacu pada salah satu atau beberapa fungsi tersebut, biar hasil yang hendak dicapai secara terang sanggup diidentifikasikan dan dievakuasi.

2.2.2  Tujuan bimbingan dan konseling
·         Tujuan umum :
Tujuan umumnya ialah sesuai dengan tujuan pendidikan sebagaimana dalam UU Sistem Pendidikan Nasional tahun 1989 (UU No. 2/1989) yaitu terwujudnya insan Indonesia seutuhnya yang cerdas, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, mempunyai pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan berdikari serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan:
o   Mengenal dan memahami potensi, kekuatan dan kiprah perkembangannya
o   Mengenal dan memahami potensi/ peluang yang ada dilingkungannya
o   Mengenal dan menentukan tujuan hidupnya
o   Memahami dan mengatasi permasalahan pribadi
o   Menggunakan kemampuan untuk kepentingan pribadi, forum dan masyarakat
o   Menyesuaikan diri dengan lingkungan
o   Mengembangkan segala potensi dan kekuatannya secara sempurna dan teratur secara optimal.
·    Tujuan khusus :
Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu penerima didik biar sanggup mencapai tujuan perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, perkembangan mencar ilmu (akademik), dan perkembangan karir.
o   Tujuan bimbingan dan konseling yang menyangkut aspek pribadi-sosial siswa antara lain:
o   Memiliki kesadaran diri, yaitu menggambarkan penampilan dan mengenal kekhususan yang ada pada dirinya.
o   Dapat menyebarkan sikap positif, menyerupai menggambarkan orang-orang yang mereka senangi
o   Membuat pilihan secara sehat
o   Mempu menghargai orang lain
o   Memiliki rasa tanggungjawab
o   Mengembangkan keterampilan kekerabatan antar pribadi
o   Dapat menuntaskan konflik
o   Dapat membuat keputusan secara efektif.
                                   
              Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek perkembangan mencar ilmu (akademik) ialah :
o   Dapat melaksanakan keterampilan atau teknik mencar ilmu secara efektif.
o   Dapat menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan
o   Mampu mencar ilmu secara efektif
o   Memiliki keterampilan, kemampuan dan minat.
o   Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek perkembangan karir, antara lain:
o   Mampu membentuk identitas karir, dengan mengenali ciri-ciri pekerjaan didalam lingkungan kerja
o   Mampu merencanakan masa depan
o   Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir
o   Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat.

2.3 Landasan Bimbingan dan Konseling
Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama dalam menyebarkan layanan bimbingan dan konseling. Secara teoritik, menurut hasil studi dari beberapa sumber, secara umum terdapat empat aspek pokok yang mendasari pengembangan layanan bimbingan dan konseling, yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial-budaya, dan landasan ilmu pengetahuan (ilmiah) dan teknologi. Selanjutnya, di bawah ini akan dideskripsikan dari masing-masing landasan bimbingan dan konseling tersebut :

2.3.1 Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang sanggup mengatakan aba-aba dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis. Landasan filosofis dalam bimbingan dan konseling terutama berkenaan dengan perjuangan mencari tanggapan yang hakiki atas pertanyaan filosofis perihal : apakah insan itu ? Untuk menemukan tanggapan atas pertanyaan filosofis tersebut, tentunya tidak sanggup dilepaskan dari aneka macam aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik hingga dengan filsafat modern dan bahkan filsafat post-modern. Dengan memahami hakikat insan tersebut maka setiap upaya bimbingan dan konseling diharapkan tidak menyimpang dari hakikat perihal insan itu sendiri. Seorang konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harus bisa melihat dan memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh insan dengan aneka macam dimensinya.

2.3.2 Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan landasan yang sanggup mengatakan pemahaman bagi konselor perihal sikap individu yang menjadi target layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor ialah perihal : (a) motif dan motivasi; (b) pembawaan dan lingkungan, (c) perkembangan individu; (d) belajar; dan (e) kepribadian.
a. Motif dan Motivasi
Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan seseorang berperilaku baik motif primer yaitu motif yang didasari oleh kebutuhan orisinil yang dimiliki oleh individu semenjak ia lahir, menyerupai : rasa lapar, bernafas dan sejenisnya maupun motif sekunder yang terbentuk dari hasil belajar, menyerupai rekreasi, memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu dan sejenisnya. Selanjutnya motif-motif tersebut tersebut diaktifkan dan digerakkan,– baik dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik)–, menjadi bentuk sikap instrumental atau kegiatan tertentu yang mengarah pada suatu tujuan.
b. Pembawaan dan Lingkungan
Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang membentuk dan mempengaruhi sikap individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu yang dibawa semenjak lahir dan merupakan hasil dari keturunan, yang meliputi aspek psiko-fisik, menyerupai struktur otot, warna kulit, golongan darah, bakat, kecerdasan, atau ciri-ciri-kepribadian tertentu. Pembawaan intinya bersifat potensial yang perlu dikembangkan dan untuk mengoptimalkan dan mewujudkannya bergantung pada lingkungan dimana individu itu berada.
c. Perkembangan Individu
Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya individu yang merentang semenjak masa konsepsi (pra natal) hingga tamat hayatnya, diantaranya meliputi aspek fisik dan psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial. Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus memahami aneka macam aspek perkembangan individu yang dilayaninya sekaligus sanggup melihat arah perkembangan individu itu di masa depan, serta keterkaitannya dengan faktor pembawaan dan lingkungan.
d. Belajar
Belajar merupakan salah satu konsep yang amat fundamental dari psikologi. Manusia mencar ilmu untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan sanggup mempertahankan dan menyebarkan dirinya, dan dengan mencar ilmu insan bisa berbudaya dan menyebarkan harkat kemanusiaannya. Inti perbuatan mencar ilmu ialah upaya untuk menguasai sesuatu yang gres dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri individu. Penguasaan yang gres itulah tujuan mencar ilmu dan pencapaian sesuatu yang gres itulah gejala perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor/keterampilan.
e. Kepribadian
Hingga ketika ini para hebat sepertinya masih belum menemukan rumusan perihal kepribadian secara lingkaran dan komprehensif. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 definisi perihal kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya, risikonya ia menemukan satu rumusan perihal kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat ia bahwa kepribadian ialah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam mengikuti keadaan terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian ialah penyesuaian diri.
Untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling serta dalam upaya memahami dan menyebarkan sikap individu yang dilayani (klien) maka konselor harus sanggup memahami dan menyebarkan setiap motif dan motivasi yang melatarbelakangi sikap individu yang dilayaninya (klien). Selain itu, seorang konselor juga harus sanggup mengidentifikasi aspek-aspek potensi bawaan dan menjadikannya sebagai modal untuk memperoleh kesuksesan dan kebahagian hidup kliennya. Begitu pula, konselor sedapat mungkin bisa menyediakan lingkungan yang aman bagi pengembangan segenap potensi bawaan kliennya. Terkait dengan upaya pengembangan mencar ilmu klien, konselor dituntut untuk memahami perihal aspek-aspek dalam mencar ilmu serta aneka macam teori mencar ilmu yang mendasarinya. Berkenaan dengan upaya pengembangan kepribadian klien, konselor kiranya perlu memahami perihal karakteristik dan keunikan kepribadian kliennya. Oleh sebab itu, biar konselor benar-benar sanggup menguasai landasan psikologis, setidaknya terdapat empat bidang psikologi yang harus dikuasai dengan baik, yaitu bidang psikologi umum, psikologi perkembangan, psikologi mencar ilmu atau psikologi pendidikan dan psikologi kepribadian.
3. Landasan Sosial-Budaya
Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang sanggup mengatakan pemahaman kepada konselor perihal dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap sikap individu. Seorang individu intinya merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan dibelajarkan untuk menyebarkan pola-pola sikap sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya. Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial-budaya sanggup menjadikan tersingkir dari lingkungannya. Lingkungan sosial-budaya yang melatarbelakangi dan melingkupi individu berbeda-beda sehingga menimbulkan perbedaan pula dalam proses pembentukan sikap dan kepribadian individu yang bersangkutan.
Dalam proses konseling akan terjadi komunikasi interpersonal antara konselor dengan klien, yang mungkin antara konselor dan klien mempunyai latar sosial dan budaya yang berbeda. Pederson dalam Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber kendala yang mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar budaya, yaitu : (a) perbedaan bahasa; (b) komunikasi non-verbal; (c) stereotipe; (d) kecenderungan menilai; dan (e) kecemasan. Kurangnya penguasaan bahasa yang dipakai oleh pihak-pihak yang berkomunikasi sanggup menimbulkan kesalahpahaman. Bahasa non-verbal pun sering kali mempunyai makna yang berbeda-beda, dan bahkan mungkin bertolak belakang. Stereotipe cenderung menyamaratakan sifat-sifat individu atau golongan tertentu menurut prasangka subyektif (social prejudice) yang biasanya tidak tepat. Penilaian terhadap orang lain disamping sanggup menghasilkan evaluasi positif tetapi tidak sedikit pula menimbulkan reaksi-reaksi negatif. Kecemasan muncul ketika seorang individu memasuki lingkungan budaya lain yang unsur-unsurnya dirasakan asing. Kecemasan yanmg berlebihan dalam kaitannya dengan suasana antar budaya sanggup menuju ke culture shock, yang menimbulkan ia tidak tahu sama sekali apa, dimana dan kapan harus berbuat sesuatu. Agar komuniskasi sosial antara konselor dengan klien sanggup terjalin harmonis, maka kelima kendala komunikasi tersebut perlu diantisipasi.

4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang mempunyai dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun prakteknya. Pengetahuan perihal bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan memakai aneka macam metode, seperti: pengamatan, wawancara, analisis dokumen, mekanisme tes, inventory atau analisis laboratoris yang dituangkan dalam bentuk laporan penelitian, buku teks dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya.
Sejak awal dicetuskannya gerakan bimbingan, layanan bimbingan dan konseling telah menekankan pentingnya logika, pemikiran, pertimbangan dan pengolahan lingkungan secara ilmiah (McDaniel dalam Prayitno, 2003).
Berkenaan dengan layanan bimbingan dan konseling dalam konteks Indonesia, Prayitno (2003) memperluas landasan bimbingan dan konseling dengan menambahkan landasan paedagogis, landasan religius dan landasan yuridis-formal.
Landasan paedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi, yaitu: (a) pendidikan sebagai upaya pengembangan individu dan bimbingan merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan; (b) pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan konseling; dan (c) pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan layanan bimbingan dan konseling.
Landasan religius dalam layanan bimbingan dan konseling ditekankan pada tiga hal pokok, yaitu : (a) insan sebagai makhluk Tuhan; (b) sikap yang mendorong perkembangan dari perikehidupan insan berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama; dan (c) upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya (termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi) serta kemasyarakatan yang sesuai dengan dan meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan pemecahan masalah.

5. Landasan religius
Dalam landasan religius BK diharapkan pementingan pada 3 hal pokok:
1)      Keyakinan bahwa insan dan seluruh alam ialah mahluk tuhan
2)      Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan insan berjalan kearah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama
3)      Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-kaidah agama untuk membentuk perkembangan dan pemecahan perkara individu.
Landasan Religius berkenaan dengan :
a. Manusia sebagai Mahluk Tuhan
Manusia ialah mahluk Tuhan yang mempunyai sisi-sisi kemanusiaan. Sisi-sisi kemanusiaan tersebut tdiak boleh dibiarkan biar tidak mengarah pada hal-hal negatif. Perlu adanya bimbingan yang akan mengarahkan sisi-sisi kemanusiaan tersebut pada hal-hal positif.
b. Sikap Keberagamaan
Agama yang menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan alam abadi menjadi isi dari sikap keberagamaan. Sikap keberagamaan tersebut pertama difokuskan pada agama itu sendiri, agama harus dipandang sebagai pedoman penting dalam hidup, nilai-nilainya harus diresapi dan diamalkan. Kedua, menyikapi peningkatan iptek sebagai upaya lanjut dari penyeimbang kehidupan dunia dan akhirat.
c. Peranan Agama
Pemanfaatan unsur-unsur agama hendaknya dilakukan secara wajar, tidak dipaksakan dan sempurna menempatkan klien sebagai seorang yang bebas dan berhak mengambil keputusan sendiri sehingga agama sanggup berperan positif dalam konseling yang dilakukan agama sebagai pedoman hidup ia mempunyai fungsi :
d. Memelihara fitrah
e. Memelihara jiwa
f. Memelihara akal
g. Memelihara keturunan
      Dalam pengertian bimbingan dan konseling di sekolah, ada beberapa konsep yang sanggup dijadikan sebagai acuan. Hal ini mempunyai kegunaan sebab konsep penting khusus bagi pengertian bimbingan dalam lingkup sekolah, yaitu :
a) Bimbingan dalam pelaksanaannya merupakan suatu proses. Maksudnya ialah bimbingan itu dilaksanakan dalam rentang waktu yang relatif panjang, tidak sepintas lalu, insidental, dan tidak sepintas jalan. Semua itu sebab bimbingan bukanlah bencana yang terjadi pada suatu hari sekolah. Proses tersebut mengandung pengertian bahwa bimbingan dilakukan secara sistematis dan metodis dalam sifatnya yang berencana, berprogram dan evaluative, yang pada risikonya membuat bimbingan sanggup berkembang maju.
b) Bimbingan mengandung arti proteksi atau pelayanan. Maksudnya ialah bimbingan itu tercipta atas kesukarelaan subyek bimbing. Kesukarelaan pembimbing diwujudkan dalam sifat dan sikap yang tidak memaksakan kehendaknya untuk membimbing individu, namun memperlihatkan dan membuat suasana yang membuat individu sadar bahwa dirinya memerlukan layanan atau proteksi dari pihak lain. Kesukarelaan si individu terbantu, diwujudkan dengan adanya keleluasaan dalam mengekspresikan pikiran, perasaan dan sikap sehubungan dengan arah dan pemahaman diri, pengambilan keputusan, pembuatan pilihan dan pemecahan perkara dalam proses bimbingan. Pemaduan antara kesukarelaan subyek bimbing, pembimbing dan kesukarelaan si terbimbing akan melahirkan suatu kekerabatan yang demokratis diantara keduanya.
c) Kelancaran pelaksanaan bimbingan dan pencapaian hasil bimbingan diharapkan adanya subyek pelaksana bimbingan yang kompeten. Kompetensi itu diperoleh dari pendidikan khusus, ajar-latih, keterampilan serta pribadi dan sikap dasar yang meyakinkan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain, khususnya bagi si terbimbing. Ini membuktikan pada keperluan adanya tenaga professional yang punya kemampuan/ kecakapan/ keterampilan dalam wujud penggunaan pendekatan metode dan teknik-teknik bimbingan yang memadai.
d) Bantuan diperuntukan bagi semua individu, semua penerima didik yang berada dalam kondisi tertentu yang memerlukan bantuan, namun mereka (peserta didik) mempunyai kemungkinan untuk “bangkit” atau lebih maju sendiri selama atau setelah pelayanan. Tidak hanya bagi penerima didik yang bimbang menentukan kelompok acara atau jenis pekerjaan/ karier, tidak juga hanya bagi penerima didik yang mengalami gangguan mencar ilmu dan tidak pula hanya bagi penerima didik yang mengalami salah-suai (maladjusted). Ciri semua penerima didik pada umumnya ialah mempunyai kemungkinan untuk “bangkit diri” (self actualization) dan daya “nyata diri” (self realization). Memang diakui bahwa pemilikan hal-hal tersebut ialah berbeda derajatnya antara penerima didik satu dengan yang lain. Yang ini menimbulkan perbedaan diantara para penerima didik mengenai kecakapan memahami diri (self understanding), mendapatkan diri (self acceptance) dan mengarahkan diri (self direction). Keperbedaan itu menimbulkan konsekuensi dalam hal derajat pengutamaan bimbingan pada setiap penerima didik, dan perbedaan jenis layanan yang diutamakan bagi aneka macam kelompok penerima didik.
e) Bimbingan mempunyai tujuan “jangka pendek” dan tujuan “jangka panjang”. Tujuan jangka pendek merupakan seperangkat kumampuan yang diharapkan dicapai penerima didik selama dan setelah proses bimbingan diberikan. Tujuan jangka pendek ini antara lain : kemampuan si terbimbing memahami diri, mendapatkan diri dan mengarahkan diri; kemampuan aktual diri yang diwujudkan dalam kecakapan memecahkan persoalan-persoalan, membuat pilihan-pilihan dan mengadakan penyesuaian terhadap diri dan lingkungan sesuai sesuai dengan tingkat perkembangan yang dicapainya. Adapun tujuan jangka panjang : bimbingan merupakan suatu patokan ideal yang diharapkan dicapai individu yang telah memperoleh layanan bimbingan, dengan pencapaian kesejahteraan mental yang optimal bagi individu (terbimbing) dan pencapaian kebahagian pribadi yang bermanfaat bagi diri dan lingkungan sekitarnya. Tujuan jangka pendek bimbingan menjadi dasar bagi pencapaian tujuan jangka panjang. Hal ini membuat tujuan-tujuan jangka pendek yang efektif sanggup memudahkan/ menunjang pencapaian kesejahteraan mental dan kebahagian yang ingin dimaksud

2.4 Peran bimbingan dan penyuluhan dalam pendidikan
Peranan bimbingan dan penyuluhan disekolah ialah mempelancar usaha-usaha sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Usaha untuk mencapai tujuan ini sering mengalami hambatan, dan ini terlihat pada belum dewasa didik. Mereka tidak bisa mengikuti acara pendidikan disekolah sebab mereka mengalami masalah, kesulitan ataupun ketidakpastian. Disinilah letak peranan bimbingan dan penyuluhan, yaitu untuk mengatakan proteksi untuk mengatasi perkara tersebut sehingga belum dewasa sanggup mencar ilmu lebih berhasil. Dengan begitu, pencapaian tujuan pendidikan lebih sanggup diperlancar.

 Kedudukan bimbingan dan penyuluhan dalam pendidikan
Beberapa kriteria yang menjadi syarat bahwa pendidikan sanggup dikata bermutu ialah pendidikan yang bisa mengintregasikan tiga bidang kegiatan utama secara efektif, yaitu: bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional dan kurikulum, dan bidang pelatihan siswa (bimbingan dan konseling).
§  Bidang administratif dan kepemimpinan
Bidang ini merupakan kegiatan yang berkaitan dengan perkara manajemen dan kepemimpinan, yaitu perkara yang berafiliasi dengan cara melaksanakan kegiatan secara efesien.
§  Bidang pengajaran dan kurikuler
Bidang ini bertanggung jawab dalam kegiatan pengajaran dan bertujuan untuk mengatakan bekal, pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada pesertadidik.
Pada umumnya bidang ini merupakan sentra kegiatan pendidikan dan merupakan tanggung jawab utama staff pengajar.
§  Bidang pelatihan siswa (bimbingan dan konseling).
Bidang ini terkait dengan acara pemberian layanan proteksi kepada penerima didik dalam upaya mencapai perkembangannya yang optimal melalui interaksi yang sehat dengan lingkungannya.
Menurut Dr. Thari Musnamar, bimbingan dan penyuluhan disekolah dalam pelaksanaannya mempunyai beberapa pola atau kemungkinannya operasionalnya:
·         Bimbingan identik dengan pendidikan.
·         Bimbingan sebagai suplemen pendidikan.
·         Bimbingan dan penyuluhan sebagai suplemen kurikuler.
·         Bimbingan dan penyuluhan sebagai penggalan dari layanan urusan kesiswaan.
·         Bimbingan dan penyuluhan sebagai sub sistem pendidikan.

2.5  Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
       Sekolah dasar bertanggung jawab mengatakan pengalaman-pengalaman dasar kepada anak,yaitu kemampuan dan kecakapan membaca,menulis dan berhitung,pengetahuan umum serta perkembangan kepribadian,yaitu sikap terbuka terhadap orang lain,penuh inisiatif,kreatifitas,dan kepemimpinan,ketrampilan serta sikap bertanggung jawab guru sekolah dasar memegang peranan dan memikul tanggung jawab untuk memahami anak dan membantu perkembangan social pribadi anak.
Bimbingan itu sendiri sanggup diartikan suatu penggalan integral dalam keseluruhan acara pendidikan yang mempunyai fungsi positif,bukan hanya suatu kekuatan kolektif.proses yang terpenting dalam pentingnya bimbingan ialah proses inovasi diri sendiri. Hal tersebut akan membantu anak mengadakan penyesuaian terhadap situasi baru,mengembangkan kemampuan anak untuk memahami diri sendiri dan meerapkannya dalam situasi mendatang. Bimbingan bukan lagi suatu tindakan yang bersifat hanya mengatasi setiap krisis yang dihadapi oleh anak, tetapi juga merupakan suatu pemikiran perihal perkembangan anak sebagai pribadi dengan segala kebutuhan,minat dan kemampuan yang harus berkembang.
1. Tindakan preventif di sekolah dasar
Tuntutan untuk mengadakan identifikasi secara awal diakui kebenarannya oleh para hebat bimbingan karena:
a.       kepribadian anak masih luwes,belum menemukan banyak masalh hidup,mudah terbentuk dan masih akan banyak mengalami perkembangan.
b.      orang renta murid sering berafiliasi dengan guru dan gampang dibuat kekerabatan tersebut,orang renta juga aktif pendidikan anaknya disekolah.
c.        masa depan anak masih terbuka sehingga sanggup mencar ilmu mengenali diri sendiri dan sanggup menghadapi suatu perkara dikemudian hari.
Bimbingan tidak hanya pada anak yang bermasalah melainkan pandangan bimbingan remaja ini yaitu menyediakan suasana atau situasi perkembangan yang baik,sehingga setiap anak di sekolah sanggup terdorong semangat belajarnya dan sanggup menyebarkan pribadinya sebaik mungkin dan terhindar dari praktik-praktik yang merusak perkembangan anak itu sendiri.
2.    Kesiapan disekolah dasar
Konsep psikologi mencar ilmu mengenai kesiapan mencar ilmu memperlihatkan bahwa kendala pendidikan sanggup timbul kalau kurikulum diberikan kepada anak terlalu cepat/terlalu lambat, untuk menghadapi perubahan dan perkembangan pendidikan yang terus menerus perlu adanya penyuluhan untuk menumbahkan motivasi dan membuat situasi balajar dengan baik sehingga diperoleh kreatifitas dan kepemimpinan yang positif pada aktrifitas melalui penyuluhan kepada orang renta dan murid.


BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah ialah menyangkut upaya memfasilitasi penerima didik yang selanjutnya disebut konseli, biar bisa menyebarkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual). Adapun fungsi-fungsi dari bimbingan dan konseling ialah :
·         Pencegahan (preventif)
·         Pemahaman
·         Perbaikan (penyembuhan)
·         Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
·         Fungsi penyaluran (distributif)
·         Fungsi pembiasaan (adative)
·         Fungsi penyesuaian (adjuditive)
Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama dalam menyebarkan layanan bimbingan dan konseling.
Peranan bimbingan dan penyuluhan disekolah ialah mempelancar usaha-usaha sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Beberapa kriteria yang menjadi syarat bahwa pendidikan sanggup dikata bermutu ialah pendidikan yang bisa mengintregasikan tiga bidang kegiatan utama secara efektif, yaitu: bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional dan kurikulum, dan bidang pelatihan siswa (bimbingan dan konseling).





DAFTAR RUJUKAN

Abdillah, Irfad Faiq, 2012. HAKIKAT DAN URGENSI BIMBINGAN DAN KONSELING. (online), (http://irfadfaiq.blogspot.com/), diakses tanggal 23 Januari 2014.

Anonim, 2010. Perlunya Bimbingan dan Konseling Di SD dan Sekolah Menengah. (online), (http://karyailmiahkampus.blogspot.com/search?q=perlunya-bimbingan-dan-konseling-di), diakses tanggal 23 Januari 2014.

Huda, Khaerul, 2012. URGENSI BIMBINGAN KONSELING DALAM PENDIDIKAN. (online), (http://karyailmiahkampus.blogspot.com/search?q=perlunya-bimbingan-dan-konseling-di), diakses tanggal 23 Januari 2014.















 
Share on Google Plus

About Raden

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.