Pengertian Pemerolehan Bahasa Pertama
Pemerolehan bahasa pertama (B1) sangat erat hubungannya dengan perkembangan kognitif yakni pertama, kalau anak sanggup menghasilkan ucapan-ucapan yang berdasar pada tata bahasa yang teratur rapi, tidaklah secara otomatis mengimplikasikan bahwa anak telah menguasai bahasa yang bersangkutan dengan baik. Kedua, pembicara harus memperoleh ‘kategori-kategori kognitif’ yang mendasari aneka macam makna ekspresif bahasa-bahasa alamiah, menyerupai kata, ruang, modalitas, kausalitas, dan sebagainya. Persyaratan-persyaratan kognitif terhadap penguasaan bahasa lebih banyak dituntut pada pemerolehan bahasa kedua (PB2) daripada dalam pemerolehan bahasa pertama (PB1).
Pemerolehan bahasa pertama terjadi bila anak pada awal kehidupannya tanpa bahasa sekarang telah memperoleh satu bahasa. Pada masa pemerolehan bahasa tersebut, bahasa anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi daripada bentuk tata struktur bahasanya. Anak akan mengucapkan kata berikutnya untuk keperluan komunikasinya dengan orang bau tanah atau kerabat dekatnya.
Gracia (dalam, Krisanjaya, 1998) menyampaikan bahwa pemerolehan bahasa anak sanggup dikatakan mempunyai ciri kesinambungan, mempunyai suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju adonan kata yang lebih rumit (sintaksis). Kalau kita beranggapan bahwa fungsi tangisan sebagai awal dari kompetensi komunikasi, maka ucapan kata tunggal yang biasanya sangat individual dan kadang ajaib seperti: “mamam” atau “maem” untuk makan, hal ini menandai tahap pertama perkembangan bahasa formal. Untuk perkembangan berikutnya kemampuan anak akan bergerak ke tahap yang melebihi tahap awal tadi, yaitu anak akan menghadapi tugas-tugas perkembangan yang berkaitan dengan fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik.
Ada dua pandangan mengenai pemerolehan bahasa (Mc Graw dalam Krisanjaya, 1998). Pertama pemerolehan bahasa mempunyai permulaan mendadak atau tiba-tiba. Kebebasan berbahasa dimulai sekitar satu tahun ketika bawah umur memakai kata-kata lepas atau terpisah dari simbol pada kebahasaan untuk mencapai aneka tujuan sosial mereka. Pandangan kedua menyatakan bahwa pemerolehan bahasa mempunyai suatu permulaan yang gradual yang muncul dari prestasi-prestasi motorik, sosial dan kemampuan kognitif pralinguistik.
Lenneberg spesialis teori berguru bahasa yang sangat populer (1969) menyampaikan bahwa perkembangan bahasa bergantung pada pematangan otak secara biologis. Pematangan otak memungkinkan ilham berkembang dan selanjutnya memungkinkan pemerolehan bahasa anak berkembang. Terdapat banyak bukti, insan mempunyai warisan biologis yang sudah ada semenjak lahir berupa kesanggupannya untuk berkomunikasi dengan bahasa khusus untuk manusia. Bukti yang memperkuat pendapatnya itu, antara lain:
a. Kemampuan berbahasa sangat erat hubungannya dengan bagian-bagian anatomi dan fisiologi insan kepingan otak tertentu yang mendasari bahasa. Tingkat perkembangan bahasa anak sama bagi semua anak normal.
b. Kelainan hanya sedikit besar lengan berkuasa terhadap keterlambatan perkembangan bahasa anak.
c. Bahasa tidak sanggup diajarkan kepada mahluk lain.
d. Bahasa bersifat universal, setiap bahasa dilandasi unsur fonologi, semantik dan sintaksis yang universal.
Steinberg (1990) spesialis psikolinguistik , menjelaskan perihal kekerabatan bahasa dan pikiran. Menurutnya sistem pikiran yang terdapat pada bawah umur dibangun sedikit-demi sedikit apabila ada rangsangan lingkungan sekitarnya sebagai masukan atau input. Input ini berupa apa yang didengar, dilihat dan apa yang disentuh anak yang menggambarkan benda, insiden dan keadaan sekitar anak yang mereka alami. Lama-kelamaan pikirannya akan terbentuk dengan sempurna. Apabila pikiran telah berbentuk dengan tepat dan apabila masukan bahasa dialami secara serentak dengan benda, peristiwa, dan keadaan maka barulah bahasa mulai dipelajari.
Walaupun masih terdapat perbedaan ihwal teori pemerolehan bahasa anak, tetapi kita semua meyakini bahwa bahasa merupakan media yang sanggup dipergunakan anak untuk memperoleh nilai-nilai budaya, moral, agama, dan nilai-nilai lain yang hidup di masyarakat. Pemerolehan bahasa pertama erat kaitannya dengan perkembangan sosial anak dan karenanya erat hubungannya dengan pembentukan identitas sosial. Agar anak sanggup disebut menguasai bahasa pertama ada beberapa unsur penting yang berkaitan dengan perkembangan kognitif anak, yaitu pemahaman ihwal waktu, ruang, modalitas, alasannya ialah akhir yang merupakan kepingan penting dalam perkembangan kognitif penguasaan bahasa ibu seorang anak.
· Strategi Pemerolehan Bahasa Pertama
Anak-anak proses pemerolehan bahasa pada umumnya memakai 4 strategi. Strategi pertama ialah meniru/imitasi. Strategi pertama dalam pemerolehan bahasa dengan berpedoman pada: tirulah apa yang dikatakan orang lain. Tiruan akan digunakan anak terus, meskipun ia sudah sanggup tepat melafalkan bunyi. Ada pendapat yang menyampaikan bahwa seni administrasi tiruan atau seni administrasi imitasi ini akan menjadikan dilema besar. Mungkin ada orang berkata bahwa imitasi ialah menyampaikan sesuatu yang sama menyerupai yang dikatakan orang lain. Akan tetapi ada banyak pertanyaan yang harus dijawab berkenaan dengan hal ini.
Ada aneka macam ragam peniruan atau imitasi, yaitu imitasi impulsif atau spontaneous imitation, imitasi pemerolehan atau elicited imitation, imitasi segera atau immediate imitation, imitasi terlambat delayed imitation dan imitasi dengan ekspansi atau imitation with expansion, reduced imitation.
Strategi kedua dalam pemerolehan bahasa ialah seni administrasi produktivitas. Produktivitas berarti keefektifan dan keefisienan dalam pemerolehan bahasa yang berpegang pada pedoman buatlah sebanyak mungkin dengan bekal yang telah Anda miliki atau Anda peroleh. Produktivitas ialah ciri utama bahasa. Dengan satu kata seorang anak sanggup “bercerita atau mengatakan” sebanyak mungkin hal. Kata papa contohnya sanggup mengandung aneka macam makna bergantung pada situasi dan intonasi.
Strategi ketiga ialah seni administrasi umpan balik antara seni administrasi produksi ujaran (ucapan) dengan responsi.
Strategi keempat ialah apa yang disebut prinsip operasi. Dalam seni administrasi ini anak dikenalkan dengan pedoman, “Gunakan beberapa prinsip operasi umum untuk memikirkan serta memakai bahasa” (hindarkan kekecualian, prinsip khusus: menyerupai kata; berajar menjadi belajar).
Pengertian Pemerolehan Bahasa Kedua
Pemerolehan bahasa kedua dimaknai ketika seseorang memperoleh sebuah bahasa lain sesudah terlebih dahulu ia menguasai hingga batas tertentu bahasa pertamanya (bahasa ibu. Ada juga yang menyamakan istilah bahasa kedua sebagai bahasa asing. Khusus bagi kondisi di Indonesia, istilah bahasa pertama atau bahasa ibu, bahasa orisinil atau bahasa utama, berwujud dalam bahasa kawasan tertentu sedangkan bahasa kedua berwujud dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing. Tujuan pengajaran bahasa asing kadang kala berbeda dengan pengajaran bahasa kedua. Bahasa kedua biasanya merupakan bahasa resmi di negara tertentu, oleh karenanya bahasa kedua sangat diharapkan untuk kepentingan politik, ekonomi, dan pendidikan.
Terdapat perbedaan dalam proses berguru bahasa pertama dan bahasa kedua. Proses berguru bahasa pertama mempunyai ciri-ciri:
- Belajar tidak disengaja
- Berlangsung semenjak lahir
- Lingkungan keluarga sangat menentukan
- Motivasi ada lantaran kebutuhan
- Banyak waktu untuk mencoba bahasa
- Banyak kesempatan untuk berkomunikasi.
Pada proses berguru bahasa kedua terdapat ciri-ciri:
· Belajar bahasa disengaja, contohnya lantaran menjadi salah satu mata pelajaran di sekolah
· Berlangsung sesudah pelajar berada di sekolah
· Lingkungan sekolah sangat menentukan
· Pelajar tidak mempunyai banyak waktu untuk mempraktikan bahasa yang dipelajari.
· Bahasa pertama mempengaruhi proses berguru bahasa kedua
· Ada orang yang mengorganisasikannya, yakni guru dan sekolah.
Strategi Belajar Bahasa Kedua
Dalam kaitannya dengan proses berguru bahasa kedua perlu diperhatikan beberapa seni administrasi yang sanggup diterapkan. Stern (1983) menjelaskan ada sepuluh seni administrasi dalam proses berguru bahasa, yaitu:
· Strategi perencanaan dan berguru positif.
· Strategi aktif, pendekatan aktif dalam kiprah belajar, libatkan siswa anda secara aktif dalam berguru bahasa bahkan melalui pelajaran yang lain.
· Strategi empatik, ciptakan empatik pada waktu berguru bahasa.
· Strategi formal; perlu ditanamkan kepada siswa bahwa proses berguru ini formal/terstruktruktur alasannya ialah pendidikan yang sedang ditanamkan ialah pendidikan formal bukan alamiah.
· Strategi eksperimental; tidak ada salahnya kalau anda mencoba-coba sesuatu untuk peningkatan berguru siswa anda.
· Strategi semantik, yakni menambah kosakata siswa dengan aneka macam cara, contohnya permainan (contoh teka-teki); permainan sanggup meningkatkan keberhasilan berguru bahasa.
· Strategi praktis; pancinglah harapan siswa untuk mempraktikan apa yang telah didapatkan dalam berguru bahasa, anda sendiri harus sanggup membuat situasi yang aman di kelas.
· Strategi komunikasi; tidak hanya di kelas, motivasi siswa untuk memakai bahasa dalam kehidupan positif meskipun tanpa pantau, berikan pertanyaan-pertanyaan atau PR yang memancing mereka bertanya kepada orang lain sehingga seni administrasi ini terpakai.
· Strategi monitor; siswa sanggup saja memonitor sendiri dan mengkritik penggunaan bahasa yang dipakainya, ini demi kemajan mereka.
· Strategi internalisasi; perlu pengembangan/pembelajaran bahasa kedua yang telah dipelajari secara terus-menerus/berkesinambungan.
Selanjutnya Rubin (dalam Stern, 1983) menyebutkan ciri-ciri pelajar yang baik ketika melaksanakan proses berguru bahasa:
· Ia mau dan menjadi seorang penerka yang baik (dapat mengira bentuk yang gramatikal dan yang tidak gramatikal)
· Suka berkomunikasi
· Kadang-kadang tidak aib terhadap kesalahan dan siap memperbaikinya; berguru sesudah berbuat salah
· Suka mengikuti perkembangan bahasa
· Praktis, tidak terlalu teoritis
· Mengikuti ujarannya dan membandingkan dengan ujaran yang baku, ini baik untuk pelafalan
· Mengikuti perubahan makna sesuai kontes sosial.
Kegunaan Bahasa Pertama dan Kedua dalam Berbagai Konteks
Keterampilan Berbahasa Lisan
Dalam pembelajaran bahasa di SD, difokuskan pada kemampuan siswa memahami dan memakai bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan berbahasa terdiri dari keterampilan menyimak dan keterampilan berbicara.
v Keterampilan Menyimak
Dalam pengajaran berbahasa verbal dijumpai istilah mendengar, mendengarkan, dan menyimak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mendengar diartikan sebagai menangkap bunyi (suara) dengan telinga. Mendengarkan berarti mendengar sesuatu dengan sungguh-sungguh. Sedangkan menyimak berarti mendengarkan (memperhatikan) baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang.
Menyimak merupakan suatu proses yang meliputi kegiatan mendengar, mengidentifikasikan, menginterpretasi bunyi bahasa kemudian menilai hasil interpretasi makna dan menanggapi hikmah di dalam wahana bahasa tersebut. Dengan kata lain, menyimak berarti kemampuan memahami pesan yang disampaikan melalui bahasa lisan. Hal ini bertujuan untuk melatih siswa memahami bahasa lisan. Oleh alasannya ialah itu, lebih baik pemilihan materi pembelajaran menyimak diubahsuaikan dengan karakteristik siswa SD. Pembelajaran menyimak di kelas rendah tidak disertai dengan kegiatan menulis alasannya ialah kemapuan menulis siswa kelas rendah masih sangat terbatas. Bahan simakan untuk kelas di SD berupa perintah, pertanyaan atau petunjuk verbal yang menghendaki tanggapan singkat atau perbuatan sebagai jawabannya.
Secara umum, materi pembelajaran menyimak sanggup memakai materi pembelajaran membaca, menulis, kosakata, karya sastra, materi yang disusun oleh guru sendiri atau diambil dari media cetak. Setelah memberikan materi pembelajaran, guru secara eksklusif sanggup mengadakan tanya jawab ihwal isi materi yang sudah disampaikannya atau menugasi siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah disiapkan lebih dulu yang disusun secara sistematis.
v Keterampilan Berbicara
Keterampilan Berbicara sanggup diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk mengekspresikan atau memberikan pikiran, gagasan, atau perasaan secara lisan. Sifat kegiatannya sangat kompleks, alasannya ialah banyak faktor yang terkait di dalamnya. Faktor pemahaman dalam berbicara memegang peranan penting, lantaran tanpa pemahaman kegiatan berbicara akan tersendat-sendat.
Dalam pembelajaran siswa di SD, tujuan utamanya ialah melatih siswa sanggup berbicara dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru sanggup memakai materi pembelajaran membaca atau menulis, kosakata, dan sastra sebagai materi pembelajaran berbicara, contohnya menceritakan pengalaman yang mengesankan, menceritakan kembali kisah yang pernah dibaca atau didengar, mengungkapkan pengalaman pribadi, bertanya jawab menurut bacaan, bermain peran, atau berpidato. Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan bahwa pembelajaran berbicara harus dikaitkan dengan pembelajaran keterampilan lainnya. Faktor-faktor yang diamati ialah lafal kata, intonasi kalimat, kosakata, tata bahasa, kefasihan bicara, dan pemahaman.
v Menulis
Salah satu kepingan dari mata pelajaran Bahasa Indonesia ialah menulis perkembangan anak dalam menulis terjadi secara perlahan-lahan dan perlu mendapatkan dan meningkatkan bimbingan. Melalui menulis anak akan terlatih dalam menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan berkreasi.
Menulis merupakana kegiatan membuat aksara (angka dsb) dengan pena. Menulis dapayt di pandang sebagai rangkaian kegiatan yang bersifat fleksibel. Rangkaian kegiatan yang dimaksud meliputi: pramenulis, penulisan draft, revisi, penyuntingan, dan publikasi atau pembahasan (Rofi’uddin dan Zuhdi, 1998/1999: 76). Selain it Rofi’uddin dan Zuhdi, (1998/1999: 158) menyatakan bahwa menulis ialah suatu proses menuangkan pikiran, gagasan, pendapat ihwal sesuatu tanggapan terhadap suatu pernyataan, keinginan, atau pengungkapan perasaan dengan memakai bahasa secara tertulis.
Manfaat Pemerolehan Bahasa Pertama dan Bahasa Kedua
v Merangsang anak yang masuk masa periode pertumbuhan.
Pada masa pertumbuhan, komunikasi amat diperlukan. Karena dengan adanya komunikasi dari orang bau tanah kepada anak sanggup menjadikan rangsangan-rangsangan yang sanggup membantu anak tersebut memperoleh bahasa pertamanya, dimana bahasa tersebut didapat dari orang bau tanah anak.
v Sebagai materi dasar orang bau tanah untuk membekali anak-anaknya dalam berbicara.
Setelah seorang anak mendapatkan bahasa pertamanya, kiprah lanjutan orang bau tanah ialah menambah pengusaan bahasa itu sendiri. Dengan begitu meskipun belum maksimal, modal awal seorang anak dalam berbahasa telah ia peroleh.
v Mengajari anak untuk berkomunikasi secara baik dan benar.
Dengan adanya faktor lingkungan, banyak bahasa-bahasa atau istillah-istilah gres yang belum dimengerti anak. Tugas orang bau tanah ialah membenarkan bahasa yang kurang tepat, lantaran bagaimanapun adanya perubahan dan perbedaan bahasa sanggup mempengaruhi proses berguru anak.
v Mempermudah anak mendapatkan lingkungan.
Dengan adanya bahasa yang telah dipahami anak, memudahkan seorang anak mendapatkan dan diterima di lingkungannya.
v Sebagai jendela seorang anak untuk mengetahui dunia luar.
Adanya bahasa yang universal, dengan aneka macam macam asal dan sejarah bahasa. Membuat seorang anak mau tidak mau harus bisa mengerti bahasa kawasan atau bahkan negara lain. Seperti bahasa inggris yang pada kesudahannya nanti akan masuk dalamm materi pembelajaran siswa SD.
v Sebagai bekal anak di masa yang akan datang.
Setelah anak tersebut menerima pengetahuan atau penguasaan bahasa, hal itu akan berdampak positif bagi si anak tersebut. Anak akan terbuka dan gampang mendapatkan hal-hal yang gres dalam memahami atau mendalami bahasa.
v Memudahkan seseorang bertukar pikiran atau gagasan dengan maksud dan tujuan yang tepat.
v Mengurangi atau meminimalisir adanya mist communication atau salah paham pada individu satu dengan yang lainnya.
Selain beberapa manfaat di atas, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai berikut:
Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi.
Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi.
· Bahasa merupakan akhir yang lebih jauh dari ekspresi diri.
· Komunikasi tidak akan tepat bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami.
Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi, mempunyai tujuan tertentu yaitu supaya kita dipahami oleh orang lain. Makara dalam hal ini respons pendengar atau lawan komunikan yang menjadi perhatian utama kita.
• Bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan alat untuk merumuskan maksud kita.
• Dengan komunikasi, kita sanggup memberikan semua yang kita rasakan, pikirkan, dan ketahui kepada orang lain.
• Dengan komunikasi, kita sanggup mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita dan apa yang telah dicapai oleh orang-orang sejaman kita.
• Bahasa ialah alat untuk berkomunikasi melalui verbal (bahsa primer) dan goresan pena (bahasa sekunder). Berkomunikasi melalui verbal (dihasilkan oleh alat ucap manusia), yaitu dalam bentuk symbol bunyi, dimana setiap simbol bunyi mempunyai cirri khas tersendiri. Suatu simbol bisa terdengar sama di pendengaran kita tapi mempunyai makna yang sangat jauh berbeda. Misalnya kata ’sarang’ dalam bahasa Korea artinya cinta, sedangkan dalam bahasa Indonesia artinya sangkar atau tempat.
• Tulisan ialah susunan dari simbol (huruf) yang dirangkai menjadi kata bermakna dan dituliskan. Bahasa verbal lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh sanggup bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah setajam pisau / silet oleh lantaran itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan bicara / sasaran komunikasi.
• Bahasa sebagai sarana komunikasi mempunyaii fungsi utama bahasa ialah bahwa komunikasi ialah penyampaian pesan atau makna oleh seseorang kepada orang lain. Keterikatan dan keterkaitan bahasa dengan insan menimbulkan bahasa tidak tetap dan selalu berubah seiring perubahan kegaiatan insan dalam kehidupannya di masyarakat. Perubahan bahasa sanggup terjadi bukan hanya berupa pengembangan dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat. Terutama pada penggunaan Fungsi komunikasi pada bahasa asing Sebagai teladan masyarakat Indonesia lebih sering melekat ungkapan “No Smoking” daripada “Dilarang Merokok”, “Stop” untuk
“berhenti”, “Exit” untuk “keluar”, “Open House” untuk penerimaan tamu di rumah pada ketika lebaran. Makara bahasa sebagai alat komunikasi tidak hanya dengan satu bahasa melainkan banyak bahasa.
Contohnya :
Misalnya berupa :
Alat-alat itu digunakan untuk berkomunikasi contohnya gerak badaniah, alat bunyi-bunyian, kentongan, lukisan, gambar, dsb).
Contohnya :
a. Bunyi tong-tong memberi tanda bahaya
b. Adanya asap memperlihatkan ancaman kebakaran
c. Alarm untuk tanda segera berkumpul
d. Bedug untuk tanda segera melaksanakan sholat
e. Telepon genggam untuk memanggil orang pada jarak jauh
f. Simbol – tanda stop untuk pengguna jalan, simbol pria dan wanita bagi pengguna toilet.
g. Gambar peta yang memperlihatkan jalan
h. Suasana gemuruh kentongan dipukul tanda ketika ada bahaya
i. Adanya asap tampak dari kejauhan menandakan kebakaran
j. Bunyi alarm (suasana tanda ancaman gempa bumi/bencana alam) dsb.
Contohnya :
Misalnya berupa :
Alat-alat itu digunakan untuk berkomunikasi contohnya gerak badaniah, alat bunyi-bunyian, kentongan, lukisan, gambar, dsb).
Contohnya :
a. Bunyi tong-tong memberi tanda bahaya
b. Adanya asap memperlihatkan ancaman kebakaran
c. Alarm untuk tanda segera berkumpul
d. Bedug untuk tanda segera melaksanakan sholat
e. Telepon genggam untuk memanggil orang pada jarak jauh
f. Simbol – tanda stop untuk pengguna jalan, simbol pria dan wanita bagi pengguna toilet.
g. Gambar peta yang memperlihatkan jalan
h. Suasana gemuruh kentongan dipukul tanda ketika ada bahaya
i. Adanya asap tampak dari kejauhan menandakan kebakaran
j. Bunyi alarm (suasana tanda ancaman gempa bumi/bencana alam) dsb.
Contoh dalam kehidupan sehari hari
Misalkan seorang satpam perumahan berjaga-jaga/ronda pada malam hari, pada ketika sudah mendekati jam 12.00 malam satpam tersebut membunyikan kentongan yang bertanda bahwa waktu sudah tepat pukul 12.00 malam. Dan timbul timbal balik antara satpam sama orang-orang disekitar perumahan.setiap orang jadi lebih mengerti tanda waktu pergantian tersebut
Jadi, bahasa yang digunakan satpam tersebut berupa kentongan yang memperlihatkan menandakan sesuatu akan terjadi/ sesuatu yang sudah mestinya dilakukan.
Jadi, bahasa yang digunakan satpam tersebut berupa kentongan yang memperlihatkan menandakan sesuatu akan terjadi/ sesuatu yang sudah mestinya dilakukan.
Kesimpulan: Bahasa sebagai alat ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi sekaligus pula merupakan alat untuk memperlihatkan identitas diri. Melalui bahasa, kita sanggup memperlihatkan sudut pandang kita, pemahaman kita atas suatu hal, asal undangan bangsa dan negara kita, pendidikan kita, bahkan sifat kita. Bahasa menjadi cermin diri kita, baik sebagai bangsa maupun sebagai diri sendiri.