Teori Perbandingan Politik Berdasarkan Gabriel A.Almond

Gabriel Abraham Almond ialah salah satu pengguna teori sistem politik Easton, namun Almond melaksanakan sejumlah modifikasi atas teori Easton. Jika Easton membangun suatu grand theory, maka Almond membangun suatu middle-range theory. Selain itu Almond menekankan pada teori makro, tidak menyerupai Easton yang lebih fokus kearah politik mikro. Dalam goresan pena yang berjudul Comparative Polititical System tahun 1956 Almond mengajukan tiga perkiraan yang dipertimbangkan dalam kajian sistem politik. Yang pertama mengenai sistem penandaan totalitas interaksi di antara unit-unit politik dan keseimbangan di dalam sistem yang selalu berubah. Yang kedua yaitu hal penting dalam sistem politik bukan semata-mata forum formal, melainkan juga struktur informal serta tugas yang dijalankan. Dan yang ketiga ialah budaya politik mempunyai kecenderungan utama dalam sistem politik, yang berarti budaya inilah yang sanggup membedakan satu sistem politik dengan sistem politik lain.
Menurut Almond (1956), sistem politik ialah totalitas interaksi antar unit-unit yang ada di dalamnya. Interaksi tersebut tidak hanya sebatas pada lembaga-lembaga atau pemain drama politik formal saja melainkan pemain drama informal. Keseimbangan di dalam sistem politik berdasarkan Almond selalu berubah sehingga sistem politik lebih bersifat dinamis. Perubahan keseimbangan ini tentu saja tidak lepas dari efek lingkungan intrasocietal dan extrasocietal. Pengaruh tersebut membuat perimbangan kekuatan antar struktur formal berubah, misalnya ialah dominasi kekuatan forum kepresidenan atas legislatif dan yudikatif di masa pra transisi politik tahun 1998 yang berganti rezim di periode selanjutnya. Almond bersama Sidney Verba secara khusus menyelidiki budaya politik ini yang tersusun di dalam buku The Civic Culture : Political Attitudes and Democracy in Five Nations yang terbit tahun 1963. Pada perkembangannya, konsep budaya politik ini semakin terkenal dan luas sehingga dipakai para peneliti di dunia termasuk Indonesia mengenai budaya politik. Budaya politik ialah hasil sosialisasi politik di masa kanak-kanak, pendidikan, media massa, dan akhir fenomena yang berbungan dengan kinerja sosial dan ekonomi yang ditunjukkan pemerintah. Budaya politik terdiri atas komponen-komponen kognitif yang berisi pengetahuan dan akidah ihwal realitas politik, afektif yakni rasa penghargaan atas politik, dan evaluatif yaitu kesepakatan atas nilai-nilai politik. Sehingga dampak yang ditimbulkan dari budaya politik cenderung mengikat struktur dan kinerja pemerintah.
Almond mendasarkan beberapa hal utama dalam sistem politik. Pertama, sistem politik merupakan sistem yang ada dalam masyarakat yang bebas. Kedua, tujuan ilmu politik ialah untuk mencapai suatu integrasi masyarakat. Ketiga, sistem politik absah dalam memakai kekuatan paksaan, paksaan ini sebagian besar dilakukan dengan paksaan hukum. Almond membandingkan lembaga-lembaga dalam proses politik yang terdapat didalamnya melalui tiga tahapan. Yang pertama ialah acara deskriptif, yaitu dengan melihat dan memusatkan perhatian pada semua rangkaian sistem politik. Yang kedua ialah memilah-milah dan mengelompokkan unit-unit dalam proses politik. Yang ketiga ialah mencari hubungan antar unit yang tergabung dalam sistem politik.
Menurut Almond ada tiga konsep yang dipakai dalam membandingkan banyak sekali sistem politik,  yaitu sistem, struktur, dan fungsi. Sistem dipakai sebagai konsep dengan adanya organisasi yang berinteraksi masyarakat dalam mencapai tujuan tertentu, dan supaya sistem berjalan dengan baik maka memerlukan struktur sebagai proses berjalannya fungsi politik tersebut. Lembaga politik mempunya tiga fungsi yaitu sosialisasi politik, yakni merupakan fungsi untuk menyebarkan dan memperkuat sikap-sikap politik di kalangan penduduk, untuk menjalankan peranan-peranan politik, administratif, dan yudisial. Fungsi yang kedua adalah rekruitmen politik, yakni merupakan fungsi yang dipakai untuk menyeleksi rakyat dalam acara politik dan jabatan pemerintahan melalui penampilan dalam media komunikasi, menjadi anggota organisasi, mencalonkan diri untuk jabatan tertentu. Yang ketiga adalah komunikasi politik, yaitu merupakan jalan mengalirnya isu melalui masyarakat dan melalui banyak sekali struktur yang ada dalam sistem politik.
Gabriel Almond memakai pendekatan dalam memahami dan menganalisis sistem politik di beberapa negara asal teori perbandingan politik ini muncul.  Yang menjadi subjek pembagian terstruktur mengenai sistem politik Gabriel Almond ialah negara-negara Anglo-American (Inggris dan Amerika), negara Pre Industri atau Partially Industrial State, negara Totaliter, dan negara-negara Eropa kontinental (Italia, Perancis, dan Jerman). Dalam sistem politik Anglo-Amerika, memuat ihwal homogenitas dan budaya politik yang sekuler. Homogenitas mengandung maksud kesamaan tujuan menyerupai kesatuan nilai kemerdekaan, kesejahteraan dan keamanan. Selanjutnya ialah sistem politik Pre industrial atau Partially Industrial State,sistem politik ini identik dengan sistem politik secara gabungan kultural. Sehingga tugas yang dilakukan oleh forum politik dan parlemen, namun tidak hanya terbatas pada kedua forum tersebut. Peran masing-masing forum politik sanggup saling bercampur satu sama lain dan bersifat unpredictable. Karena kecenderungan yang bercampur inilah, ada dua kemungkinan yang tidak sanggup diprediksi yang mana sewaktu-waktu sistem politik yang ada sanggup mengalami transformasi menuju sistem yang baru, atau menuju kembali ke sistem politik lama, berkultur tradisional. Kemudian sistem politik totaliter, bersifat homogen tetapi homogenitas di sini mempunyai arti homogen yang sintetik yaitu dibentuk dengan sengaja oleh aktor-aktor yang terlibat. Peran struktural identik dengan tidak adanya legitimasi kekuasaan atas wargnegara yang dipimpin. Karakteristik dari politik totaliter ialah penggunaan kekerasan, adanya dominasi berpengaruh oleh penguasa, sehingga membuat ketidakstabilan. Yang terakhir ialah sistem politik negara-negara kontinental Eropa, sistem kontinental Eropa merupakan pola budaya politik yang terkarakteristik oleh pola ketidakseimbangan perkembangan. Variasi kebudayaan ini merupakan outcroppings dari kebudayaan-kebudayaan sebelumnya dan dengan adanya manifestasi politik.
Dari penjabaran tersebut sanggup disimpulkan bahwa perbandingan politik antara Negara satu dengan Negara lain terdapat beberapa kesamaan dan kontradiktif. Budaya politik yang berasal dari empat Negara pioner tersebut memperlihatkan percontohan bagi Negara lain. Masing-masing negara mempunyai karakteristik dan kebudayaan masing-masing yang tidak sanggup diabaikan dalam perbandingan sistem politik. Budaya politik mempunyai kecenderungan utama dalam sistem politik, yang berarti budaya inilah yang sanggup membedakan satu sistem politik dengan sistem politik lain. Studi perbandingan politik hanya menyediakan banyak sekali pendekatan untuk memahami kecenderungan yang terjadi di masa depan. Penulis berpendapat bahwa sejalan dengan Almond yang menyatakan bahwa sistem perbandingan politik didasarkan pada aspek yang makro, maka terjadi keseimbangan interaksi antara lembaga, individu, dan kelompok yang sanggup dipakai sebagai tambahan dalam politik suatu Negara.

perbandingan politik gabriel almond
perbandingan sistem politik gabriel almond
perbandingan sistem politik berdasarkan gabriel almond
teori perbandingan politik gabriel almond
studi perbandingan sistem politik gabriel almond
teori perbandingan politik berdasarkan gabriel almond
teori perbandingan politik berdasarkan gabriel a almond
Share on Google Plus

About Raden

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.