Masuknya Agama Islam Dan Pengaruhnya Di Jawa

Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia. (Foto. Ilustrasi)


MASUKNYA ISLAM DAN PENGARUHNYA DI JAWA

Makalah

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Islam dan Budaya Jawa
Dosen Pengampu: Dr. Rupi’i Amri, M.Ag



Disusun Oleh:

Jannatun Naimah (122211040)

FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
TP. 2012

 

BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang Masalah
Makalah ini disusun dalam rangka menuntaskan Tugas Mata Kuliah Islam dan Budaya Jawa Jurusan Siyasah Jinayah (SJ) Semester kedua. Makalah ini membahas mengenai sejarah masuknya Islam di Jawa, teori masuknya Islam di Jawa,  dan bagaimana pola-pola yang dikembangkan dalam berbagi Islam di Nusantara khususnya di Jawa.
Menurut kisah rakyat dan pandangan umum belaku dalam sastra Jawa, Islam tiba dan menyebar di Jawa ialah berkat jasa sembilan pendakwah yang tergabung dalam suatu dewan yang disebut Walisongo. [1]
Menyiarkan agama Islam merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim. Setiap muslim harus menyiarka agamanya, baik yang pengetahuannya sedikit apalagi yang banyak, kepada orang lain yang belum mengetahuinya. Hal itu disebabkan lantaran kebenaran yang terkandung disetiap dada Muslim tidak akan diam, kecuali kebenaran itu terwujud dalam pikiran, perkataan dan perbutan. Dan ia tidak akan merasa puas sampai ia memberikan kebenaran itu pada tiap orang, sehingga apa yang ia percayai itu juga diterima sebagai kebenaran oleh anggota masyarakat dan umat insan pada umumnya. [2]
Allah SWT berfirman dalam Q.S an-Nahl ayat 125:
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan pesan tersirat dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik”. (Q.S an-Nahl (16): 125)”. [3]
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat rumusan dilema sebagai berikut:
1.      Bagaimana sejarah masuknya Islam di Jawa?
2.      Apa saja teori masuknya Islam di Jawa?
3.      Bagaiman pola-pola dakwah yang dikembangkan?
 



BAB II
PEMBAHASAN
A.       SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI PULAU JAWA
Islam merupakan unsur penting pembentuk jati diri orang jawa. Ajaran dan kebudayaan orang Islam mengalir sangat deras dari Arab dan Timur Tengah sehingga memberi warna yang sangat kental terhadap kebudayaan Jawa. Agama Islam disebarkan oleh Nabi Muhammad saw pada mulanya hanya pada kalangan terbatas , yaitu keluargadan sahabat terdekat.
1.         Masuknya Islam di Jawa
Ada dua macam sumber informasi yang menjelaskan apabila agama Islam mula-mula tiba ke Jawa. Sumber Barat dan sumber Timur. Sumber Barat berasal dari penulisan Dr. B.J.O. Schrieke dalam bukunya “Het Boek van Bonang” yang menunjukan bahwa Islam pertama masuk ke tanah Jawa pada tahun 1416 M. Pada tahun itu telah kedapatan saudagar-saudagar pendatang yang beragama Islam di pesisir pulau Jawa. Sudah banyak pula punggawa atau pembesar Majapahit yang memeluk agama Islam. Dr.B.J.O Schrieke juga mengunjungi desa Trowulan akrab Mojoagung Jawa belahan Timur dan menjumpai Makam Puteri Cempa di tengah-tengah makam keluarga Majapahit. Menurut catatan sejarah, Puteri Cempa ialah seorang permaisuri Raja Majapahit dan beragama Islam.
Sumber informasi yang kedua berasal dari Sayid Alwi bin Thahir Al Haddad Mufti kerajaan Johor Alwi dalam karyanya “Sejarah Perkembangan Islam di Timur Jauh”,yang antara lain menyebutkan kedatangan dua orang muballigh berjulukan Mahdum Ishaq dan pamannya yang berjulukan Maulana Malik Ibrahim yang wafat dan kuburannya terletak di Gresik, Jawa Timur pada hari senin 12 Rabi’ul awal (8 April tahun 1419 M).
Selain itu juga ditemukan watu nisan di desa Leran, Gresik bertuliskan nama Fatimah binti Maimun, wafat pada hari Jum’at 7 Rajab 495 Hijriah (27 April tahun 1102 M). apakah Fatimah binti Maimun itu orang Islam pertama yang tiba ke Jawa Timur, ataukah sebelumnya telah pernah tiba lebih dahulu mubaligh lain, belum diperoleh keterangan lebih jauh.
Semua hebat dan penulis sejarah sepakat, bahwa Islam memasuki Jawa sebagaimana Ia memasuki Sumatra dan lain-lain tempat Nusantara kita ialah dengan cara damai, bijaksana dan penuh toleransi tanpa mengorbankan prinsip.[4]

2.         Penyebaran Islam di Jawa
Pusat-pusat tertua penyebaran agama Islam ialah di tempat Gresik dan Surabaya yang merupakan pelabuhan-pelabuhan yang ramai dikunjungi oleh saudagar-saudagar asing.
Adapun yang memimpin penyebaran Islam ke Pulau Jawa sampaumur itu, ialah para wali (Walisongo), merekalah yang telah berjasa memimpin pengembangan agama Islam di seluruh Pulau Jawa. Kemudian menyebar ke seluruh kepulauan Indonesia.
a.         Sasaran Dakwah
Berbicara perihal target yang dijadikan obyek dakwah oleh lembaga dakwah “Walisongo” dalam mengIslamkan tanah Jawa, pertama yang harus dikupas ialah sepak terjang dan tugas penting tokoh utamanya, yaitu Raden Rahmat (Sunan Ampel). Ketika Raden Rahmat berusia 20 tahun, ia dikirim oleh ayahnya dari Campa pergi ke pulau Jawa menemui bibinya, yang saat itu menjadi permaisuri Raja Majapahit ke-7, yaitu Sri Kertawijaya. Di dalam perjalanan, ia mampir dulu di Palembangmenjadi tamu Arya Damar, yang hampir saja sanggup diIslamkan,hanya saja Arya Damar tidak berani menyatakan keIslamannya di hadapan umumkarena khawatir akan akan tindakan rakyatnya yang sangat terikat oleh kepercayaan lama. Raden Rahmat kemudian melanjutkan perjalanannya ke Majapahit, ia disambut baik oleh raja dan permaisuri dari Campa. Meskipun Raja menolak masuk Islam, namun ia sangat menghargai perjuangan Raden Rahmat.
b.        Organisasi Dakwah
Organisasi sebagai satu tanda-tanda dengan kompleksitas dan integrasinya telah dimanfaatkan untuk menjadi alat dakwah oleh para Walisongo.
Dinyatakan dalam suatu catatan yang terhimpun dalam sebuah primbon milik Prof.Moh.Adnan, perihal jejak para wali dalam usahanya mengIslamkan tanah Jawa, ialah senantiasa mengubah hal-hal usang yang tidak bersesuaian dengan Islam, misalnya:
1)                       Sunan Ampel, menyusun aturan-aturan  syariat Islam bagi orang-orang Jawa.
2)                       Sunan Gresik mengubah teladan motif batik lurik dan perlengkapan kuda. Sunan Majagung menyempurnakan masakan, perjuangan dan peralatan pertanian serta barang pecah belah.
3)                       Sunan Gunung Jati memperbaiki do’a dan mantra (pengobatan batin), firasat, jampi-jampi (pengobatan lahir) dan hal-hal yang berkenaan dengan urusan pembukaan hutan, transmigrasi atau berkenaan dengan pembukaan desa baru.
4)                       Sunan Giri menyusun peraturan-peraturan tata kerajaan, tata istana, mengubah perhitungan-perhitungan dari bulan, tahun, windu, masa dan memulai pembuatan kertas.
5)                       Sunan Bonang membuat aturan-aturan serta kaidah-kaidah keilmuan dan memperbaiki serba-serbi gamelan, lagu dan nyanyian.
6)                       Sunan Drajat mengubah bentuk rumah, alat angkutan. Sunan Kalijaga berkreasi pada lagu.
7)                       Sunan Kudus mengubah bentuk persenjataan, perawatan pertukangan besi dan emas serta membuat pedoman pengadilan dan perundang-undangan yang berlaku bagi orang-orang Jawa.
Sesuai dengan prinsip keorganisasian, lembaga Walisongo merupakan suatu kerjasama yang harmonis. Dalam acara ini dituturkan dalam buku Walisanga karya sunan Giri II,adanya fungsi-fungsi tertentu bagi tiap-tiap anggota dari dewan Walisongo tersebut, yaitu; Sunan Ampel sebagai guru ketua, Sunan Giri sebagai jaksa kepala, Sunan Ngudung  dan Sunan kudus sebagai panglima, Sunan Bonang sebagai raja ilmu keagamaan, sunan kalijaga sebagai diplomat.
c.         Strategi Dakwah
Strategi dakwah yang dilakukan oleh Walisongo itu sanggup diarttikan menjadi segala cara yang ditempuh oleh para wali untuk mengajak insan ke jalan Allah dengan memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki.
Dalam berdakwah cara wali menerapkan siasat yang bijaksana. Dalam cerita-cerita tradisional misalnya, dituturkan bahwa para wali itu kaya akan ilmu kesaktian, jaya kawijayan. Sedemikian sempurna dan hebatnya mereka membuat sistem pendekatan psikologis.
Sehubungan dengan itu, muncul Sunan Kalijaga dengan sensasinya melalui Gamelan Sekaten dan Saka Tatal di Masjid Demak yang dicipta dari tata kecil semalaman saja Cuma dengan sabda. Muncul pula Sunan Bonang dengan hipnotisnya yang membuat rakyat tak berdaya lantaran daya mukjizatnya yang berupa mantra-mantra Jawa.
Di samping pendekatan psikologis, para Walisongo khususnya Raden Patah juga menempuh jalan lain diantaranya yaitu sistem dakwah dilakukan dengan pendekatan persuasif yang berorientasi pada penanaman aqidah Islam. Metode persuasif juga dilakukan oleh sunan kalijaga saat berdakwah mengajak Adipati Pandanaran di Semarang.
d.        Metode Dakwah[5]
Hasil sukses yang diperoleh Walisongo dalam berbagi dakwah Islam di tanah Jawa tidak sanggup lepas dari metode dakwah yang digunakan kala itu.
Dalam berdakwah, secara konseptual Walisongo menerapkan metode  yaitu antara lain:
a)        Metode  mau’idhah al-hasanah wal mujadalah hiya ahsan.
Metode ini digunakan oleh mereka dalam tokoh-tokoh khusus menyerupai pemimpin, orang terpandang dan terkemuka dalam masyarakat, menyerupai para bupati, adipati, raja-raja ataupun menghadapi para ningrat lainnya.
b)        Metode al-mujadalah billati hiya ahsan.
Cara yang disebut terakhir ini terutama diterapkan terhadap tokoh yang secara terang-terangan menunjukkan kurang simpati dan oke terhadap dakwah Islam.
c)        Metode al-hikmah
Sistem dan cara-cara berdakwah para wali merupakan jalan kebijaksanaan yang diselenggarakan secara populer, atraktif dan sensasional.
d)    Metode tadarruj atau tarbiyatul ummah.
Metode ini dipergunakan sebagai proses pembagian terstruktur mengenai yang diadaptasi dengan tahap pendidikan umat semoga fatwa Islam sanggup dengan gampang dimengerti oleh umat dan alhasil dijalankan oleh masyarakat secara merata.
B.     TEORI MASUKNYA ISLAM DI JAWA
Ada beberapa teori yang sampai sekarang masih sering dibahas, baik oleh sarjana-sarjana Barat maupun kalangan intelektual Islam sendiri. Setidaknya ada beberapa teori yang menjelaskan kedatangan Islam ke Timur Jauh termasuk ke Nusantara.

1.         Teori Pertama, diusung oleh Snouck Hurgronje yang menyampaikan Islam masuk ke Indonesia dari wilayah-wilayah di anak benua India. Tempat-tempat menyerupai Gujarat, Bengali dan Malabar disebut sebagai asal masuknya Islam di Nusantara.
Dalam L’arabie et les Indes Neerlandaises, Snouck menyampaikan teori tersebut didasarkan pada pengamatan tidak terlihatnya tugas dan nilai-nilai Arab yang ada dalam Islam pada masa-masa awal, yakni pada kala ke-12 atau 13. Snouck juga mengatakan, teorinya didukung dengan kekerabatan yang sudah terjalin usang antara wilayah Nusantara dengan daratan India.
2.         Teori keduaadalah Teori Persia. Tanah Persia disebut-sebut sebagai tempat awal Islam tiba di Nusantara. Teori ini berdasarkan kesamaan budaya yang dimiliki oleh beberapa kelompok masyarakat Islam dengan penduduk Persia. Misalnya saja perihal peringatan 10 Muharam yang dijadikan sebagai hari peringatan wafatnya Hasan dan Husein, cucu Rasulullah. Selain itu, di beberapa tempat di Sumatera Barat ada pula tradisi Tabut, yang berarti keranda, juga untuk memperingati Hasan dan Husein. Ada pula pendukung lain dari teori ini yakni beberapa serapan bahasa yang diyakini tiba dari Iran. Misalnya jabar dari zabar, jer dari ze-er dan beberapa yang lainnya. Teori ini menyakini Islam masuk ke wilayah Nusantara pada kala ke-13. Dan wilayah pertama yang dijamah ialah Samudera Pasai.
Kedua teori di atas mendatang kritikan yang cukup signifikan dari teori ketiga, yakni Teori Arabia. Dalam teori ini disebutkan, bahwa Islam yang masuk ke Indonesia tiba pribadi dari Makkah atau Madinah. Waktu kedatangannya pun bukan pada kala ke-12 atau 13, melainkan pada awal kala ke-7. Artinya, berdasarkan teori ini, Islam masuk ke Indonesia pada awal kala hijriah, bahkan pada masa khulafaur rasyidin memerintah.Islam sudah mulai ekspidesinya ke Nusantara saat sahabat Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib memegang kendali sebagai amirul mukminin.[6]

C.     POLA-POLA DAKWAH YANG DIKEMBANGKAN









BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Masuknya Islam di Jawa
Ada dua macam sumber informasi yang menjelaskan apabila agama Islam mula-mula tiba ke Jawa. Sumber Barat dan sumber Timur. Sumber Barat berasal dari penulisan Dr. B.J.O. Schrieke dalam bukunya “Het Boek van Bonang” yang menunjukan bahwa Islam pertama masuk ke tanah Jawa pada tahun 1416 M.
Sumber informasi yang kedua berasal dari Sayid Alwi bin Thahir Al Haddad Mufti kerajaan Johor Alwi dalam karyanya “Sejarah Perkembangan Islam di Timur Jauh”,yang antara lain menyebutkan kedatangan dua orang muballigh berjulukan Mahdum Ishaq dan pamannya yang berjulukan Maulana Malik Ibrahim yang wafat dan kuburannya terletak di Gresik, Jawa Timur pada hari senin 12 Rabi’ul awal (8 April tahun 1419 M).
Selain itu juga ditemukan watu nisan di desa Leran, Gresik bertuliskan nama Fatimah binti Maimun, wafat pada hari Jum’at 7 Rajab 495 Hijriah (27 April tahun 1102 M). apakah Fatimah binti Maimun itu orang Islam pertama yang tiba ke Jawa Timur, ataukah sebelumnya telah pernah tiba lebih dahulu mubaligh lain, belum diperoleh keterangan lebih jauh.
Semua hebat dan penulis sejarah sepakat, bahwa Islam memasuki Jawa sebagaimana Ia memasuki Sumatra dan lain-lain tempat Nusantara kita ialah dengan cara damai, bijaksana dan penuh toleransi tanpa mengorbankan prinsip.[7]

Penyebaran Islam di Jawa
Pusat-pusat tertua penyebaran agama Islam ialah di tempat Gresik dan Surabaya yang merupakan pelabuhan-pelabuhan yang ramai dikunjungi oleh saudagar-saudagar asing.
Adapun yang memimpin penyebaran Islam ke Pulau Jawa sampaumur itu, ialah para wali (Walisongo), merekalah yang telah berjasa memimpin pengembangan agama Islam di seluruh Pulau Jawa. Kemudian menyebar ke seluruh kepulauan Indonesia.

Strategi Dakwah
Strategi dakwah yang dilakukan oleh Walisongo itu sanggup diarttikan menjadi segala cara yang ditempuh oleh para wali untuk mengajak insan ke jalan Allah dengan memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki.
Dalam berdakwah cara wali menerapkan siasat yang bijaksana. Dalam cerita-cerita tradisional misalnya, dituturkan bahwa para wali itu kaya akan ilmu kesaktian, jaya kawijayan. Sedemikian sempurna dan hebatnya mereka membuat sistem pendekatan psikologis.
Sehubungan dengan itu, muncul Sunan Kalijaga dengan sensasinya melalui Gamelan Sekaten dan Saka Tatal di Masjid Demak yang dicipta dari tata kecil semalaman saja Cuma dengan sabda. Muncul pula Sunan Bonang dengan hipnotisnya yang membuat rakyat tak berdaya lantaran daya mukjizatnya yang berupa mantra-mantra Jawa.
Di samping pendekatan psikologis, para Walisongo khususnya Raden Patah juga menempuh jalan lain diantaranya yaitu sistem dakwah dilakukan dengan pendekatan persuasif yang berorientasi pada penanaman aqidah Islam. Metode persuasif juga dilakukan oleh sunan kalijaga saat berdakwah mengajak Adipati Pandanaran di Semarang.

Metode Dakwah
Hasil sukses yang diperoleh Walisongo dalam berbagi dakwah Islam di tanah Jawa tidak sanggup lepas dari metode dakwah yang digunakan kala itu.
Dalam berdakwah, secara konseptual Walisongo menerapkan metode  yaitu antara lain:
a.       Metode  mau’idhah al-hasanah wal mujadalah hiya ahsan.
b.      Metode al-mujadalah billati hiya ahsan.
c.       Metode al-hikmah
d.      Metode tadarruj atau tarbiyatul ummah.
D.     TEORI MASUKNYA ISLAM DI JAWA

1.  Teori Pertama, diusung oleh Snouck Hurgronje yang menyampaikan Islam masuk ke Indonesia dari wilayah-wilayah di anak benua India. Tempat-tempat menyerupai Gujarat, Bengali dan Malabar disebut sebagai asal masuknya Islam di Nusantara.
2.  Teori keduaadalah Teori Persia. Tanah Persia disebut-sebut sebagai tempat awal Islam tiba di Nusantara. Teori ini berdasarkan kesamaan budaya yang dimiliki oleh beberapa kelompok masyarakat Islam dengan penduduk Persia.
Kedua teori di atas mendatang kritikan yang cukup signifikan dari teori ketiga, yakni Teori Arabia. Dalam teori ini disebutkan, bahwa Islam yang masuk ke Indonesia tiba pribadi dari Makkah atau Madinah. Waktu kedatangannya pun bukan pada kala ke-12 atau 13, melainkan pada awal kala ke-7. Artinya, berdasarkan teori ini, Islam masuk ke Indonesia pada awal kala hijriah, bahkan pada masa khulafaur rasyidin memerintah.Islam sudah mulai ekspidesinya ke Nusantara saat sahabat Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib memegang kendali sebagai amirul mukminin.[8]

































DAFTAR PUSTAKA
[1] Drs. Ridin Sofwan dkk., Islamisasi di Jawa. Walisongo, Penyebaran Islam di Jawa, Menurut Penuturan Babad, Celeban Timur: PUSTAKA PELAJAR. 2000, cet. I, h. 1
[1] Ibid., h. 229
[1] Muhammad Saed Abdul-Rahman., Tafsir Ibn Kathir Juz' 14 (Part 14): Al-Hijr 1 to An-Nahl 128 2nd Edition, MSA Publication Limited. 2009

[1] KH.Saifudin Zuhri. Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia. P.T. Alma’arif: Bandung. Hlm. 215-218.
[1]Ridin Sofwan, Wasit, Mundiri, Islamisasi di Jawa, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2000, Hal.266


    



[1] Drs. Ridin Sofwan dkk., Islamisasi di Jawa. Walisongo, Penyebaran Islam di Jawa, Menurut Penuturan Babad, Celeban Timur: PUSTAKA PELAJAR. 2000, cet. I, h. 1
[2] Ibid., h. 229
[3] Muhammad Saed Abdul-Rahman., Tafsir Ibn Kathir Juz' 14 (Part 14): Al-Hijr 1 to An-Nahl 128 2nd Edition, MSA Publication Limited. 2009

[4] KH.Saifudin Zuhri. Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia. P.T. Alma’arif: Bandung. Hlm. 215-218.
[5]Ridin Sofwan, Wasit, Mundiri, Islamisasi di Jawa, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2000, Hal.266
[7] KH.Saifudin Zuhri. Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia. P.T. Alma’arif: Bandung. Hlm. 215-218.

Share on Google Plus

About Raden

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.