METODE KHUSUS PEMBELAJARAN BAHASA ARAB II
“PENGAJARAN BERBICARA DAN BERCAKAP”
Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. H. Aziz Fachrurrozi, M.A
Mukhshon Nawawi, M.A
Kelompok 5:
Khoiril Anwar
Ratih Nurafriani
Laila Suci P
Fitiya Muftiyatuddini
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012
PENDAHULUAN
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memperlihatkan nikmat kepada kita berupa kesehatan serta kemampuan yang sungguh luar biasa tepat dibandingkan makhluk yang lainnya. Sehingga dengan kemampuan berupa ilmu tersebut insan sanggup memanfaatkan dan mengolah semua yang terdapat di alam semesta ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, sehingga kita terbebas dari zaman kebodohan dan menjadi umat-nya yang Insya Allah dilindungi hingga selesai zaman. Amin. Serta kepada para keluarga, sahabat, tabi’at, tabi’in, serta kita sebagai umatnya yang selalu setia mengikuti ajarannya hingga selesai zaman.
Bahasa ialah alat komunikasi yang paling penting dalam kehidupan. Pembelajaran bahasa yang meliputi empat keterampilan yaitu: mendengar, berbicara, membaca, dan menulis, merupakan keterampilan pokok yang sanggup menunjang seseorang dalam aneka macam sektor kehidupan. Dalam pembelajaran bahasa, peserta didik diharuskan mempunyai keterampilan berbicara yang pada hakikatnya merupakan keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk memberikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan impian kepada orang lain.[1] Maka demi terciptanya komunikasi yang baik dalam lingkungan sekolah, sosial, dan lain-lain, dalam pembelajaran bahasa terutama Bahasa Arab, guru memperlihatkan teknik-teknik untuk pembelajaran keterampilan berbicara. Sehingga setidaknya, dengan teknik-teknik pembelajaran yang diberikan guru tersebut, peserta didik sanggup menerapkan keterampilan tersebut dalam ruang lingkup kecil menyerupai kelas contohnya.
Alhamdulillaah dengan aneka macam derma riil maupun materil, makalah wacana “Pembelajaran Berbicara dan Bercakap” sanggup kami selesaikan untuk memenuhi kiprah mata kuliah “Metode Khusus Pembelajaan Bahasa Arab”.
Terimakasih kepada teman-teman kelompok 5 yang telah bekerja keras menuntaskan makalah ini, terutama kepada Bapak Dosen Pembimbing Mata Kuliah ini yang telah menyempatkan waktunya untuk selalu membimbing kami, memperlihatkan trik-trik dalam belajar-mengajar Bahasa Arab sehingga sanggup terbina kader-kader guru yang profesional dan memperlihatkan pencerahan gres dalam dunia pendidikan terutama Pembelajaran Bahasa Arab.
PEMBAHASAN
A. Urgensi Pengajaran Berbicara (Maharah al-Kalam)
Manusia ialah makhluk sosial, tindakannya yang pertama dan paling penting dalam tindakan sosial ialah berkomunikasi. Komunikasi merupakan media untuk mempertukarkan pengalaman, saling mengemukakan dan mendapatkan pikiran, saling mengutarakan perasaan, atau saling mengekspresikan serta menyetujui suatu pendirian atau keyakinan.
Maharah al-Kalam secara bahasa sepadan dengan istilah speaking skill dalam bahasa Inggris yang bisa diartikan sebagai keterampilan berbicara. Berbicara ialah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta memberikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Selain itu juga, berbicara merupakan suatu bentuk sikap insan yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehingga sanggup dianggap sebagai alat insan yang paling penting bagi kontrol sosial.
Oleh lantaran itu, keterampilan bahasa (Maharah al-Kalam) ialah kemampuan seseorang untuk mengucapkan artikulasi bunyi-bunyi Arab (ashwath ‘arabiyyah) atau kata-kata dengan aturan-aturan kebahasaan (qawa’id nahwiyyah wa sharfiyyah) tertentu untuk memberikan ide-ide dan perasaan. Karena itu pengajaran bahasa Arab bagi non-Arab pada tahap awal bertujuan, antara lain, supaya siswa bisa mengucapkan bunyi-bunyi Arab dengan benar (khususnya yang tidak ada padanannya pada bahasa lain) dan dengan intonasi yang tepat, bisa melafalkan bunyi-bunyi abjad yang berdekatan, bisa membedakan pengucapan harakat panjang dan pendek, bisa mengungkapkan wangsit dengan kalimat lengkap dalam aneka macam kondisi, bisa berbicara dengan kalimat sederhana dengan nada dan intonasi yang sesuai, bisa berbicara dalam situasi formal dengan rangkaian kalimat yang sederhana dan pendek, serta bisa berbicara dengan lancar seputar topik-topik yang umum.[2]
Selain dari urgensi di atas, zaman Globalisasi menuntut berkomunikasi verbal (disamping tulisan) dalam aneka macam sektor kehidupan. Maka demikian, keterampilan berbicara (maharah al-kalam/ speaking skill) menjadi keterampilan khusus dan utama untuk berkomunikasi.[3]
Beberapa prinsip umum atau faktor yang mendasari acara berbicara[4], antara lain:
a) Membutuhkan paling sedikit dua orang, seorang pembicara dan pendengar.
b) Mempergunakan suatu sandi linguistik yang dipahami bersama.
c) Adanya penerimaan atau legalisasi atas suatu wilayah rujukan umum.
d) Merupakan suatu pertukaran antara pertisipan.
e) Menghubungkan setiap pembicara dengan yang lainnya dan kepada lingkungannya dengan segera.
f) Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini.
g) Melibatkan organ atau perlengkapan yang bekerjasama dengan suara/ bunyi bahasa dan indera pendengaran (vocal and auditory appartus).
h) Tidak pandang bulu menghadapi dan memperlakukan apa yang faktual dan apa yang diterima sebagai dalil dalam pelambangan dengan bunyi.
Seorang berbicara lantaran adanya dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan atau untuk mengungkapkan apa yang ada dalam dirinya kepada orang lain. Maka untuk itu, seseorang harus mempunyai empat kompetensi dasar[5] berikut:
1) Kompetensi gramatikal atau kompetensi linguistik.
2) Kompetensi sosiolinguistik.
3) Kompetensi wacana.
4) Kompetensi strategi.
B. Petunjuk Umum Pengajaran Berbicara
Secara umum tahapan dalam pembelajaran bahasa menyerupai halnya pengajaran bahan yang lain mengikuti alur perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Dalam konteks pengajaran Maharah al-Kalam, paling tidak ada empat aspek yang harus dipertimbangkan oleh guru saat merencanakan pelajaran yaitu: 1) Siapa yang akan diajar; 2) Apa yang perlu diajarkan; 3) Bagaimana cara mereka akan diajar; 4) Dengan alat bantu apa mereka akan diajar.
Terdapat beraneka macam teknik yang bisa dipakai untuk membuat konteks penuh makna untuk praktek berbicara dalam bahasa Arab, teknik-teknik pengajaran kalam sanggup diklasifikasikan dalam pengajaran kalam untuk tingkat pemula, tingkat menengah, dan tingkat lanjut. Beberapa petunjuk umum dalam pengajaran berbicara antara lain sebagai berikut:[6]
1. Pengajaran berbicara berarti melatih siswa berbicara.
2. Siswa hanya berbicara mengenai sesuatu yang dipahaminya.
3. Siswa dilatih untuk selalu menyadari apa yang dibicarakannya.
4. Guru dilarang memotong pembicaraan siswa atau terlalu banyak mengoreksi kesalahan siswa.
5. Guru tidak menuntut siswa bisa berbicara persis menyerupai orang Arab.
6. Objek atau topik pembicaraan ialah sesuatu yang bermakna bagi siswa.
Setelah mengetahui petunjuk umum pengajaran keterampilan berbicara di atas, latihan berbicara dikelompokkan menjadi tiga tingkatan dengan teknik pengajaran yang berbeda-beda.[7]
a. Teknik Pengajaran Maharah al-Kalam Tingkat Pemula
- Ulang-ucap (isma’ wa raddid/listen and repeat)
- Lihat dan ucapkan (undzur wa uzkur/see and say)
- Model Dialog (hiwar/dialogue)
- Tanya jawab (su’al wal jawab/question and answer)
- Praktek pola kalimat (tadrib anmath/pattern practice)
- Berbagi warta (akhbir jarak/share yours)
- Melengkapi kalimat (ikmal al-jumlah/completation)
- Menjawab pertanyaan (al-ijabah ‘ala al-as’ilah/answering the questions)
- Bertanya (taqdim al-as’ilah/giving the questions)
b. Teknik Pengajaran Maharah al-Kalam Tingkat Menengah
- Apa yang akan kau lakukan? (madza ta’mal?/what will you do?)
- Apa komentarmu? (madza taqulu?/what do you say?)
- Pertanyaan berantai (al-as’ilah al musalsalah)
- Reka dongeng gambar (ta’bir mushawwar)
- Bayangkan (takhayyal/imagine)
- Mendeskripskan
- Membuat ikhtisar (talkhish al-nash/taking summary)
- Pertanyaan menggali
- Melanjutkan cerita
- Cerita berantai
- Menceritakan kembali
- Percakapan (muhadatsah/conversation)
- Dramatisasi
- Bermain peran
c. Teknik Pengajaran Maharah al-Kalam Tingkat Lanjut
- Mengarang verbal (ta’bir syafawi/oral composition) atau berpidato (khatabah)
- Bercerita (sard al-qishash/telling story)
- Menceritakan bencana atau pengalaman berkesan (khibrah mutsirah/interesting experience)
- Laporan pandangan mata
- Wawancara (muqabalah syakhshiyyah)
- Diskusi (munaqasyah)
- Memberi petunjuk
- Debat dan berbicara bebas wacana suatu duduk perkara yang diusulkan
Tujuan keterampilan berbicara akan meliputi pencapaian hal-hal bagi setiap individu sebagai berikut:[8]
Ø Kemudahan berbicara
Ø Kejelasan
Ø Bertanggung jawab
Ø Membentuk indera pendengaran yang kritis
Ø Membentuk kebiasaan
Selain dari itu, terdapat kendala atau kesulitan yang dihadapi pengajar dan peserta didik, adalah:[9]
Ø Distorsi fonem sebagai duduk perkara artikulasi,
Ø Masalah gagap yang lebih bersifat individual,
Ø Pengacauan artikulasi kata-kata lantaran terlalu cepat keluarnya,
Ø Kesuliatan indera pendengaran yang bisa disebabkan oleh bunyi terlalu keras ataupun terlalu lembut,
Ø Peserta didik berbicara sendiri secara formal kepada pengajar atau peserta didik lainnya dengan bunyi lirih ataupun dengan bunyi terlalu keras.
C. Hakikat Bercakap
Bercakap ialah obrolan bebas yang berlangsung secara impulsif antara pihak tertentu mengenai topik tertentu.[10]
D. Perbedaan Bercakap dan Tanya-Jawab
Di bawah ini ialah perbedaan bercakap dan tanya jawab, yaitu:[11]
Bercakap | Tanya-jawab |
1. Topik tidak terbatas 2. Banyak sekali alternatif bentuk bahasa yang sanggup dipakai sehingga tidak sanggup diramalkan sebelumnya 3. Unsur-unsur paralinguistik (misalnya. Mimik, gestur) kadang dianggap cukup untuk memahami makna 4. Siswa mempelajari bentuk-bentuk bahasa dalam konteks 5. Siswa mencontoh bagaimana guru memakai bahasa dalam aneka macam aspeknya yang meliputi: tekanan, intonasi, jeda, dan kecepatan normal. | 1. Topik terbatas (misalkan. Mengenai isi bacaan) 2. Bentuk bahasa yang dipakai hampir selalu sama 3. Makna disampaikan melalui bentuk verbal bahasa 4. Bentuk bahasa yang dipakai sering terlepas dari konteks 5. Kurang memperdulikan aspek-aspek suprasegmental bahasa |
E. Tujuan Pengajaran Bercakap
1. Mengawali Percakapan
2. Menumbuhkembangkan perbendaharaan kebahasaan
3. Mendayagunakan pengetahuan kebahasaannya ( kosakata dan struktur )
4. Bersikap kreatif dan inovatif dalam menentukan respon yang sesuai konteks lingkungannya
5. Memahami konsep – konsep komunikasi dan menerapkannya secara efektif dengan penutur orisinil bahasa Arab
6. Memahami aspek-aspek psikologis percakapan
F. Tahapan Keterampilan Bercakap
§ Tingkat Pemula
Pada tingkat dasar ini siswa hanya terbatas pada pola-pola mengahafal percakapan Arab saja. Topik percakapannya pun terbatas hanya seputar perkenalan, profesi dan sebagainya. Teknik penyajiannya diawali dengan pengucapan bahan percakapan oleh guru untuk diotirukan, diperagakan dan dihafalkan oleh siswa.Guru dilarang memperlihatkan bentuk goresan pena dari percakapan yang sedang diperagakan oleh siswa.Guru juga sanggup memperlihatkan alternative vbentuk bahasa sesuai kemampuan siswa.
§ Tingkat Menengah
Setelah melewati tingkat dasar sebagai pemula, dilanjutkan naik pada tingkat yang lebih kompleks. Percakapan yang dilakukan di tingkat menengah topik yang diusung lebih luas dan lebih kompleks. Misalnya, memperbincangkan pokok-pokok pikiran dari teks baik yang berupa verbal maupun tulisan. Guru hanya menuliskan dan mengingatkan hal-hal yang dianggap penting contohnya nama- nama orang yang terlibat di dalam percakapan dan obrolan yang diperdengarkan dan kosakata serta bentuk bahasa yang diduga sulit bagi siswa.
§ Tingkat Lanjutan
Tahapan ini ialah tahap yang paling atas dan wujud percakapan yang sebenarnya. Guru berfungsi sebagai pengarah daripada percakapan tersebut.
G. Petunjuk Umum Pengajaran Bercakap
1) Memperhatikan linguistik siswa
2) Topik percakapan diberikan secara berjenjang
3) Tidak terjebak untuk memperlihatkan ungkapan-ungkapan yang sudah klise
4) Senantiasa menumbuhkembangkan kemampuan berbahasa siswa
5) Guru berusaha membuat siswa mempunyai rasa adab dalam bercakap
6) Berusaha menghantarkan siswa semoga sanggup melaksanakan percakapan dalam masyarakat
7) Memperhatikan tingkat kesulitan struktur kalimat.
8) Mengembangkan seni memberikan bahan percakapan
9) Memberikan alternatif bentuk bahasa Arab yang tepat dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip psikologis semoga tidak berdampak negatif bagi siswa.
H. Teknik Operasional Pembelajaran Hiwar (Bercakap)
· Mula – mula diberikan pengantar atau ilustrasi singkat mengenai mengenai topik yang akan didialogkan dengan mengajukan beberapa pertanyaan relevan dengan topik. Pengantar ini diikuti dengan langkah-langkah berikut.
· Pertama, siswa mendengarkan bahan hiwar melalui taape recorder dengan penuh perhatian; sementara itu buku mereka ditutup, semoga perhatian mereka sepenuhnya terkonsentrasi pada bunyi obrolan yang didengarkan.
· Kedua, pengulangan istima’ (mendengarkan) sambil memahami isi hiwar dengan melihat gambar yang tertera dalam buku. Tulisan hiwar dalam hal ini masih belum boleh dilihat.
· Ketiga, Pengulangan mendengar dengan dibarengi peniruan secara kolektif (bersama-sama).
· Keempat, pengulangan mendengarkan sekali lagi dengan diikuti peniruan secara berkelompok tertentu kemudian secara individual.
· Kelima, Pembacan teks hiwar (buku dibuka) oleh semua siswa, kelompok atau oleh individu-individu.
· Keenam, Sebagian siswa secara berpasang-pasangan diminta untuk melaksanakan dramatisasi dan bermain peranan sesuai dengan teks hiwar,
· Setelah isi hiwar dipahami, barulah ditindaklanjuti dengan bahasan berikutnya; tadribat, qawaid, qira’ah, insya’, dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengajaran Berbicara dan Bercakap dalam mata kuliah Metode Khusus Pendidikan Bahasa Arab sebagaimana yang telah dijelaskan pada penggalan sebelumnya, sanggup disimpulkan bahwa dalam pengajaran berbicara dan bercakap terdapat poin-poin penting yang harus dketahui dan dipahami oleh para calon guru bahasa Arab. Diantara poin-poin penting itu adalah:
1. Urgensi Pengajaran Berbicara (Maharah al-Kalam)
2. Petunjuk Umum Pengajaran Berbicara
3. Hakikat Bercakap
4. Perbedaan Bercakap dan Tanya-Jawab
5. Tujuan Pengajaran Bercakap
6. Tahapan Keterampilan Bercakap
7. Petunjuk Umum Pengajaran Bercakap
8. Teknik Operasional Pembelajaran Hiwar (Bercakap)
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan terhadap bahan yang telah dijelaskan sebelumnya. Diharapkan kepada setiap orang umumnya dan khususnya kepada mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab untuk sanggup mencari sumber lain yang lebih berkualitas dan demi memperkaya ilmu wacana pengajaran bahasa.
DAFTAR PUSTAKA
Fachrurrozi, Aziz dan Mukhshon Nawawi. 2010. أساليب تدريس المهارات اللغوية العربيّة . Jakarta.
Fachrurrozi, Aziz dan Erta Mahyuddin. 2011. Teknik Pembelajaran Bahasa Arab. Tangerang.
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung.
[1] Prof. Dr. Iskandarwassid, M.Pd. dan Dr. H. Dadang Sunendar, M.Hum. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung. Tahun: 2008. Hal: 241
[2] Prof. Dr. H. Aziz Fachrurrozi, MA dan Erta Mahyuddin, Lc., S.S., M.Pd.I. Teknik Pembelajaran Bahasa Arab. Tangerang. Tahun: 2011. Hal: 129-130
[3] Prof. Dr. H. Aziz Fachrurrozi, MA dan Mukhshon Nawawi, S.Ag.,أساليب تدريس المهارات اللغوية العربيّة . Hal: 14
[4] Prof. Dr. H. Aziz Fachrurrozi, MA dan Erta Mahyuddin, Lc., S.S., M.Pd.I. Teknik Pembelajaran Bahasa Arab. Tangerang. Tahun: 2011. Hal: 131
[5] Ibid. 132
[6] Prof. Dr. H. Aziz Fachrurrozi, MA dan Mukhshon Nawawi, S.Ag.,أساليب تدريس المهارات اللغوية العربيّة . Hal: 14
[7] Prof. Dr. H. Aziz Fachrurrozi, MA dan Erta Mahyuddin, Lc., S.S., M.Pd.I. Teknik Pembelajaran Bahasa Arab. Tangerang. Tahun: 2011. Hal: 139
[8] Prof. Dr. Iskandarwassid, M.Pd. dan Dr. H. Dadang Sunendar, M.Hum. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung. Tahun: 2008. Hal: 242
[9] Ibid. 243
[10] Prof. Dr. H. Aziz Fachrurrozi, MA dan Mukhshon Nawawi, S.Ag.,أساليب تدريس المهارات اللغوية العربيّة . Hal: 15
[11] Ibid. 15