Makalah Paragraf Narasi
Oleh : Eduardus Sateng Tanis
A. Pengertian Paragraf dan Alinea
1 Poerwadarminta
Menurut Poerwadarminta (1961-652), dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, paragraf berasal dari bahasa Eropa, dan mempunyai arti: (a) pecahan dari pecahan dalam buku; pasal; (b) pecahan dari pecahan (c) hal; perkara; pokok pembicaraan; (d) wacana hal; mengenai hal; (e) sebab; lantaran. Di dalam kamus yang sama (1961: 32), Poerwadarminta menyebut bahwa kata alinea juga berasal dari bahasa Eropa, dan mempunyai arti: ganti garis; baris gres (pada tulisan).
2 Anton Moeliono
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Moeliono, 1988:648), asal kata paragraf dari bahasa apa tidak lagi disebutkan, dan kata itu mempunyai arti: (a) pecahan bagian dalam suatu karangan (biasanya mengandung satu pandangan gres pokok dan dimulai penulisannya dengan garis baru; alinea; (b) pecahan wacana yang ditandai oleh baris pertama yang menjorok ke dalam atau jarak spasi yang lebih; paragraf; (c) dalam ragam percakapan alinea berarti ganti baris: baris gres (pada tulisan).
3 Harimurti Kridalaksana
Di dalam Kamus Linguistik (Kridalaksana, 1982:120), kata paragraf diartikan 'bagian wacana yang mengungkapkan pikiran utuh atau hal tertentu yang lengkap tetapi yang masih berkaitan dengan isi seluruh wacana, sanggup terjadi dari satu kalimat atau sekelompok kalimat yang berkaitan'. Di dalam kamus yang sama (1982:7), kata alinea sama pengertiannya dengan Paragraf
4 Kamus Webster's
Di dalam Webster's Ninth New Coolegiate Dictionary ( 1985:853), kata Paragraph diartikan, antara lain, a subdivision of a written composition that consists of one or more sentences, deals with one point or gives the words of one speaker, and begins on a new usually intended line.
5 John. M. Echols dan Hassan Shadily
Kamus Inggris-Indonesia karangan John. M. Echols dan Hassan Shadily (1995: 417), kata Inggris Paragraph diterjemahkan paragraf, ayat, alinea. Kata alinea tidak terdapat di dalam bahasa Inggris. jadi, kata alinea kiranya bukan kata Inggris, melainkan kata dari salah satu atau bahasa Eropa.
6 Arnaudet dan Barret
Di dalam buku Paragraph Development (Arnaudet dan Barret, 1990:1), Paragraph diartikan sebagai 'is a group of sentences which develop one central idea. The central idea is usually stated in a topic sentence"
7 Gorys Keraf
Di dalam bidang karang-mengarang, kata paragraf (alinea) diisi dengan pengertian khusus menyerupai berikut: ... suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. la merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Dalam alinea itu gagasan tadi men adi terang oleh uraian-uraian tambahan, yang maksudnya tidak lain untuk menampilkan pokok pikiran tadi secara lebih terang (Keraf, 1980: 62).
8 A. Widyamartaya
Dengan formulasi yang berbeda, A. Widyamartaya (1993: 32) mengartikan paragraf (alinea) sebagai "sekelompok kalimat yang saling berkaitan dan yang menyebarkan satu gagasan".
9 M. Ramlan
Ramlan dalam Paragraf: Alur Pikir dan kepaduannnya dalam Bahasa Indonesia (1993:1) mengartikan paragraf sebagai pecahan dari suatu karangan atau tuturan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan satuan gosip dengan pandangan gres pokok sebagai pengendalinya.
Yang sanggup disimpulkan ialah bahwa kata Paragraf dan Alinea sanggup saling bergantian apabila digunakan dalam kaitannya dengan kata wacana yang berarti: satuan bahasa terlengkap, realisasinya tampak pada bentuk karangan yang utuh, menyerupai novel, buku, atau artikel (Moeliono, 1988: 1005). Kata wacana ternyata tidak (belum?) terdapat di dalam kamus Poerwadarminta (1961). Dari penelusuran arti yang terdapat di kamus dan buku menyerupai diuraikan di atas, dan dari uraian Gorys Keraf (1980:62), serta A Widyamartaya (1993:32) sanggup disimpulkan bahwa paragraf atau alinea lazimnya terdiri dari sekelompok kalimat yang mengungkapkan satu gagasan. Gagasan itu merupakan satu gagasan bawahan dari sebuah karangan atau wacana.
Paragraf (alinea) ialah suatu kesatuan pikiran dan merupakan kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Paragraf merupakan himpunan dari banyak sekali kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Dalam suatu paragraf, gagasan tersebut menjadi terang oleh uraian-uraian suplemen untuk menampilkan pokok pikiran secara lebih jelas.
B. Macam-macam Paragraf
(a) Berdasarkan Letak Kalimat Utama
(1) Paragraf deduktif ialah paragraf yang letak kalimat utamanya terdapat di awal paragraf. Contoh:
(1)Kosa-kata memegang peranan penting dalam berbahasa dan merupakan unsur yang paling fundamental dalam kemampuan berbahasa, khususnya dalam mengarang. (2) Jumlah kosakata yang dimiliki oleh seseorang sanggup menj'adi petunjuk wacana pengetahuan yang dimilikinya. (3) Di samping itu, menjadi indikator bahwa ia mengetahui sekian banyak konsep. (4) Semakin banyak data yang dikuasainya, berarti semakin banyak pula pengetahuannya.
Catatan: Pikiran utama, pandangan gres pokok, kalimat utama untuk paragraf ini terdapat pada kalimat nomor (1). Kalimat (2), (3), dan (4) merupakan kalimat penjelas yang dikenal dengan istilah kalimat berisi pikiran penjelas atau kalimat pengembang paragraf.
(2) Paragraf induktif ialah paragraf yang kalimat utamanya terletak di simpulan paragraf.
Contoh:
Ketika anak didik memasuki dunia pendidikan, pengajaran bahasa Indonesia secara metodologis dan sistematis bukanlah merupakan halangan baginya untuk memperluas dan memantapkan bahasa daerahnya. Hal ini karena setelah meninggalkan kelas, mereka kembali mempergunakan bahasa daerah, baik dalam pergaulan dengan temantemannya ataupun dengan orang tuanya. Ia merasa lebih bersahabat bila menggunakan bahasa daerah. Pada jam sekolah yang hanya berlangsung selama beberapa jam, baik pada waktu istirahat atau pun selang waktu di antara jam-jam pelajaran, bahasa kawasan tetap menerobos dalam pergaulan anak didik. Ditambah lagi bila sekolah itu bersifat homogen dan gurunya pun penutur orisinil bahasa kawasan itu. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan pengetahuan si anak terhadap bahasa wilayahnya akan melaju terus dengan cepat.
(3) Paragraf Campuran ialah paragraf yang letak kalimat di awal dan di simpulan paragraf.
Contoh:
Peningkatan taraf pendidikan para petani sama pentingnya dengan perjuangan peningkatan taraf hidup mereka. Petani yang berpendidikan cukup, sanggup mengubah sistem pertanian tradisional contohnya bercocok tanam hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan, menjadi petani modern yang produktif. Petani yang berpendidikan cukup akan bisa menunjang pembangunan secara positif. Mereka sanggup menunjukkan umpan balik yang setimpal terhadap gagasan-gagasan yang dilontarkan perencana pembangunan, baik di tingkat pusat, maupun di tingkat daerah. Itulah sebabnya, peningkatan taraf pendidikan para petani dirasakan sangat mendesak.
(b)Berdasarkan Tujuannya
1) Paragraf narasi ialah paragraf yang mengisahkan suatu kejadian atau kejadian.
Contoh:
Pada suatu hari Kusno sakit kepala. Ia tahu, bahwa sakit kepala itu segera akan hilang, bila ia sanggup mengisi perutnya. Dua hari dua malam tak ada lain yang sanggup dimakannya selain daun-daun kayu. Ada terlayang di pikirannya untuk menjual celana 1001 itu, guna membeli sekadar masakan yang pantas dimakan manusia. Tapi lekas dibuangnya pikiran itu. Jika celana itu dijualnya, perutnya kenyang buat beberapa detik, tapi sehabis itu dengan apa akan ditutupnya auratnya? Sekiali pula ada niatnya untuk mencuri barang orang lain, tapi Tuhan berkata, jauhi dirimu dari curi mencuri. Dan keluarga Kusno bebuyutan takut kepada Tuhan itu, sungguh pun belum dilihatnya.
2) Paragraf deskripsi ialah paragraf yang menggambarkan atau memerikan sesuatu dengan sejelas-jelasnya sehingga pembaca seakan-akan menyatakan atau mengalami sendiri hal atau kejadian yang digambarkan itu.
Contoh:
Langgar itu berada di sebelah kanan rumah Paman Udin dan terletak pada pecahan sisi sungai yang rendah. Pada beberapa tempat, sisi sungai itu sedemikian meneluknya hingga mencapai pecahan depan rumah penduduk. Namun, sungai itu tidak begitu dalam, kira-kira satu meter dua puluh saja saat air pasang. Di sungai itu, banyak anak yang berguru berenang. Sepanjang kampungku dan kampung-kampung lain di sebelah barat dan di timur, tiap-tiap rumah mempunyai suatu jembatan yang menghubungkan dengan jembatan lain hingga pada jembatan panjang yang menghubungkan kampung demi kampung.
3) Paragraf eksposisi ialah paragraf yang berusaha menerangkan atau menginformasikan suatu hal untuk memperluas wawasan pembaca.
Contoh
Gagap bukanlah merupakan penyakit, melainkan suatu gangguan atau kelainan bicara yang sanggup disembuhkan. Seseorang dikatakan gagap bila dalam berbicara ia sering tersendat-sendat, mengulang-ulang atau memperpanjang ucapan beberapa suku kata yang disertai dengan menegangnya otot-otot pada beberapa bagian, contohnya pada otot muka, bibir, dan leher.
(4) Paragraf argumentasi ialah paragraf yang bertujuan membuktikan sesuatu. Melalui pangamatan dan penelitian, serta analisis dan sintesis, sanggup dikumpulkan banyak sekali fakta, angka, grafik, peta, dan lain-lain untuk membuktikan kebenaran paparan paragraf itu. Contoh:
Kalsium berperan menurunkan hipertensi. Dalam suatu studi, Dr. Villar dan rekan-rekannya menunjukkan 1000 mg kalsium pada sekelompok orang sehat, dan menunjukkan kalsium palsu kepada kelompok lainnya. Setelah di lakukan penelitian terbukti bahwa laki-laki pada kelompok pertama mengalami penurunan tekanan darah 9%, sedangkan pihak perempuan mengalami penurunan 5,6%. Selain itu, juga terbukti bahwa penderita hipertensi yang melaksanakan diet mengalami kekurangan 10-65% kalsium dibandingkan dengan orang-orang yang mempunyai tekanan darah normal.
(5) Paragraf persuasi ialah paragraf yang bertujuan menghipnotis pekiran, pendapat atau sikap-pembaca dengan menunjukkan aksentuasi aspek emosional. Contoh:
Kandungan minyak alami dalam pigeon baby oil membuat kulit si kecil menjadi higienis total, tidak menyebabkan iritasi, bahkan bisa mencegah terjadinya kulit kering dan lecet hingga pecahan lipatan yang sulit dijangkau. Dengan pigeon baby oil, kulit buah hati Anda menjadi lembut tepat dan membuat orang lain merasa ingin tau kalau belum menyentuhnya.
C. Paragraf Narasi
a. Pengertian Narasi
· Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) menerangkan bahwa kata narasi (kata benda) berarti pengisahan suatu kisah atau kejadian; kisah atau deskripsi suatu kejadian atau peristiwa; kisahan. Dari kata narasi terbentuk kata sifat naratif, artinya bersifat narasi, atau bersifat menguraikan (menjelaskan).
· Menurut Gorys Keraf (2007, 135-136),
- Narasi : suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau kejadian sehingga tampak seakan-akan pembaca melihat atau mengalami sendiri kejadian itu. Unsur penting dari narasi ialah perbuatan atau tindakan dan waktu (kronologi peristiwa). Dengan demikian, unsur dasar sebuah narasi ialah perbuatan atau tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu.
- Narasi : suatu wacana yang target utamanya ialah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah kejadian yang terjadi dalam satu kesatuan waktu; atau suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu kejadian yang telah terjadi. Dengan demikian, pertanyaannya yang harus dijawab oleh narasi ialah “Apa yang telah terjadi?”
· Dari pengertian itu, terdapat unsur-unsur penting narasi, yaitu 1) kejadian atau kejadian; 2) tindak-tanduk atau perbuatan tokoh; 3) tokoh; dan 4) rangkaian kesatuan waktu.
b. Ciri atau Karakteristik Paragraf Naratif
- Berdasarkan keempat unsur penting narasi tersebut, ada dua teknik narasi, yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif.
- Narasi ekspositoris bertujuan menunjukkan informasi. Sasarannya ialah ketepatan gosip mengenai suatu kejadian yang dideskripsikan. Ada beberapa ciri penting narasi ekspositoris:
1) Menggugah pikiran pembaca (penalaran) untuk mengetahui apa yang dikisahkan
2) Sasarannya ialah rasio atau pikiran pembaca, berupa ekspansi pengetahuan pembaca setelah membaca kisah tersebut
3) Menyampaikan gosip mengenai berlangsungnya suatu peristiwa
4) Tahap-tahap kejadian atau rangkaian perbuatan disampaikan kepada pembaca sejelas-jelasnya
5) Sifatnya generalisasi dan khusus (atau khas). Generalisasi, yaitu narasi yang memberikan suau proses yang umum, yang sanggup dilakukan oleh siapa saja, dan sanggup dilakukan secara berulang-ulang. Misalnya narasi membuat tempe, nasi goreng, dll. Khusus atau khas, yaitu narasi yang berusaha menceriterakan suatu kejadian yang khas yang hanya terjadi satu kali. Misalnya, narasi wacana pengalaman pertama kali masuk sekolah; pengalaman pertama kali berlibur ke Eropa, dll.
- Narasi sugestif bertujuan merangsang daya khayal dalam diri pembaca/pendengar. Sasarannya ialah ingin membuat kesan pada para pembaca mengenai objek narasi (memberikan suatu maksud tertentu atau amanat terselubung dari peristiwa). Jadi, berusaha memberi makna atas kejadian atau kejadian sebagai suatu pengalaman.
- Bentuk khusus narasi ialah narasi fiktif dan narasi nonfiktif. Narasi fiktif ialah narasi yang berisi kejadian atau kejadian rekaan atau imajinasi pengarang. Narasi nonfiktif ialah narasi yang berisi kejadian atau kejadian yang benar-benar ada.
c. Struktur dasar narasi
- Struktur narasi mencakup alur, perbuatan, penokohan, latar, dan sudut pandang.
- Alur ialah kesambungsinambungan peristiwa-peristiwa dalam kekerabatan alasannya ialah akibat. Alur menandai mulai, terjadi, dan selesainya suatu peristiwa.
- Suatu perbuatan mengandung kausalitas (hubungan alasannya ialah akhir antartindakan), waktu, tokoh (karakter tokoh), konflik, dan makna. Konflik yang sanggup terjadi berupa konflik dengan alam, konflik antarmanusia, dan konflik dengan dirinya sendiri
- Latar mencerminkan tempat dan suasana kejadian terjadi
- Sudut pandang merupakan darimana penulis memandang suatu kejadian yang dikisahkan
- Jadi, dalam narasi dijabarkan mengenai apa, bagaimana, dan mengapa suatu kejadian terjadi. Dengan kata lain, narasi mencerminkan 1) adanya rangkaian kejadian (bahwa ada alasan logis dari setiap kejadian itu terjadi dan berkaitan satu sama lain); 2) adanya kesatuan tindakan; 3) adanya proses (tahapan narasi awal, transformasi, dan akhir); dan 4) adanya kekerabatan kausal dalam suatu konflik yang membentuk struktur kisah secara keseluruhan.
d. Pola pembangan paragraf naratif
- Langkah-langkah menyebarkan paragraf naratif: (1) menentukan tema (atau topik), (2) menentukan tujuan penulisan, (3) mengumpulkan materi tulisan, (4) menyiapkan kerangka tulisan, dan (5) menyebarkan tulisan.
Beberapa pola paragraf naratif dalam bentuk karangan yang lebih panjang
Paragraf 1:
Sore itu, cahaya candik ala menyelinap lewat jendela menerpa lemari beling tempat memajang foto ayah dalam bingkai. Mungkin karena rinduku pada ayah, kulihat seakan foto ayah bergerak, tangannya melambai kepadaku. Terasa di dalam dadaku ada yang menggelepar-gelepar.
Kudengar pula dari Lik Kasdi, ayah bersama para tahanan beberapa usang ini sedang dipekerjakan membuat tanggul sepanjang rawa besar di kawasan tak jauh dari rumah kami. Katanya tanggul yang sepanjang tiga kilometer ini sekaligus untuk jalan penghubung antardesa yang terpisah oleh rawa. Karena rinduku tak tertahankan lagi, dengan mengendap-endap lewat pintu dapur, tanpa sepengetahuan ibu dan tanpa takut dengan cuaca candik ala, sambil membawa pancing bambu, kugenjot sepedaku lari kencang ke rawa, dengan cita-cita ayah masih di sana.
Setiba di sana, nampak banyak orang berseragam loreng dengan menyandang senjata laras panjang. Mereka berjaga di sebelah timur rawa, di mana kulihat ratusan orang sedang bekerja menggali tanah dan mengangkat batu. Dalam terpaan cahaya kuning, wajah-wajah kurus semakin mempertegas cekungan mata bagai mayit hidup. Dadaku berdebar-debar, tak sabar untuk bisa cepat-cepat bertemu ayah, yang mungkin ada di sana. Beberapa meter sebelum mencapai tempat mereka, seorang petugas mengusirku, dan menyuruhku mancing agak jauh dari situ.
Kutaruh sepeda di pinggir jalan, kemudian duduk mencangkung di atas kerikil padas di pinggir rawa. Dengan berpura-pura memancing, terus kutajamkan mataku mencari ayah di antara ratusan orang yang sedang bekerja. Langit yang membiaskan warna kuning agak menyilaukan mataku, sehingga sulit mencari di mana ayah berada. Ketika langit berubah warna memerah, menandakan magrib menjelang tiba, dan saat saya nyaris putus asa, kulihat di kejauhan seseorang berdiri tegak memandang ke arahku, sementara yang lain masih bekerja…. Itulah ayah! Kulempar pancing, tanpa menghiraukan para petugas, saya pun berlari, menangis sambil berteriak keras-keras memanggil ayah. Ayah menyerupai tertegun melihat kedatanganku (1).
Paragraf 2:
Tragedi gagal panen yang melanda sawah di Desa Mangunsari tahun 1985-1987 meresahkan para petani. Tanaman padi dengan bibit VUTW yang ditanam petani sesuai tawaran Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) hancur karena terjangkit hama wereng dan tikus. Petani yang sudah mengeluarkan banyak modal untuk membeli benih padi, pupuk kimia, dan pestisida pun terpuruk. Namun, ada seorang petani, Mbah Suko mencoba mencari jalan keluar dengan tidak menggunakan benih sumbangan pemerintah. Bagi Mbah Suko, petani bebas menentukan benihnya sendiri, begitu juga membeli pupuk dan obat. Seorang diri, Mbah Suko bergerilya mencari benih-benih padi lokal dan membudidayakannya di lahan seluas 0,3 hektar yang disewa. Dia tak mau menggunakan pupuk kimia, tetapi menentukan menggunakan pupuk sangkar dan kompos. Padinya juga tak pernah disemprot dengan pestisida. Dia menyebarkan predator alami yang dibiakkan di laboratorium mini di belakang rumahnya. Untuk menambah hasil produksi, Mbah Suko memelihara ikan di sela tanaman padinya dengan sistem minatani. Hasilnya ternyata menggembirakan. Menjelang simpulan tahun 2000, hasil sawah dan ikan Mbok Suko terus mengalami peningkatan. Mbah Suko hasilnya bisa merasa merdeka karena tidak bergantung pada pihak luar untuk memproduksi padi.(2)
REFERENSI
- GM Sudarta. 2008. Candik Ala dalam Cinta di Atas Perahu Cadik, Cerpen Kompas Pilihan 2007. Jakarta: Penerbit Buku Kompas
- Haryanto, Ign. (Penyunting). 2009. Menuju Jurnalisme Berkualita. Jakarta: PT Gramedia, hlm. 102 – 103
- Keraf, Gorys. 1980. Komposisi. Ende-Flores: Nusa Indah.
- ---------------. 2007a. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia.
- ---------------. 2007b. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia.
___________________
1 Candik Ala karangan GM Sudarta dalam Cinta di Atas Perahu Cadik, Cerpen Kompas Pilihan 2007, hlm. 95].
2 Menuju Jurnalisme Berkualitas, hlm. 102 – 103